13. Gadis Kecil Berbaju Hijau

3.5K 72 3
                                    

Yu Canghai terkejut dan sangat marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yu Canghai terkejut dan sangat marah. Tanpa membuang waktu ia langsung melesat ke arah datangnya suara. Dilihatnya seorang anak perempuan berbaju hijau sedang berdiri di dekat meja. Tanpa pikir lagi, ia langsung memegang lengan anak itu.

"Aduh, Ibu!" jerit si gadis kecil kesakitan. Ia kemudian menangis keras-keras.

Yu Canghai merasa serbasalah. Begitu mendengar suara seseorang mengejek Perguruan Qingcheng ia langsung menerjang dengan sekuat tenaga tanpa berpikir panjang. Tak disangka, ternyata yang berteriak demikian hanyalah seorang gadis kecil dan terlanjur ia cengkeram. Seketika ia merasa telah melakukan kesalahan besar karena gadis sekecil itu mana mungkin mampu melemparkan tubuh kedua muridnya. Di hadapan banyak orang, tentu perbuatan ini sangat memalukan, apalagi dirinya seorang ketua perguruan ternama. Maka dengan segera ia pun melepaskan lengan gadis kecil tersebut.

Tak disangka anak itu justru menangis semakin keras. "Aduh, Ibu! Dia telah mematahkan lenganku! Ooo, Ibu, tanganku sakit sekali! Aduh, aduh! Uh-uh-uh, sakit sekali!" demikian teriaknya.

Yu Canghai memang sudah banyak berpengalaman di dunia persilatan. Berbagai masalah yang sangat rumit dapat diatasinya. Akan tetapi baru kali ini ia menemui masalah yang sangat memalukan. Menghadapi seorang anak kecil seperti itu ternyata ia merasa kesulitan. Di bawah sorot mata ratusan hadirin, wajahnya terlihat merah padam. Seolah-olah mereka menuduh dirinya tidak berani menghadapi Mu Gaofeng dan mengalihkan serangan pada seorang anak kecil.

Dengan suara perlahan Yu Canghai mencoba membujuk gadis kecil itu, "Sudah, jangan menangis! Tanganmu tidak apa-apa; tidak patah, juga tidak sakit."

"Tanganku sudah patah!" jerit anak itu semakin keras. "Tanganku sudah patah! Aduh, Ibu, sakit sekali. Uh-uh-uh, orang tua menyakiti anak kecil. Aduh, sakit!"

Para hadirin memandang gadis kecil itu dengan seksama. Usianya baru sekitar tiga belas tahun; kulitnya putih bersih dan wajahnya terlihat menyenangkan. Seketika timbul rasa simpati mereka terhadap anak berbaju hijau tersebut. Bahkan, ada dua orang yang berteriak kasar, "Hajar saja hidung kerbau itu!"

Yu Canghai merasa terpojok. Ia sadar telah membangkitkan amarah banyak orang. Merasa serbasalah, ketua Perguruan Qingcheng itu mencoba membujuk lagi, "Adik kecil, jangan menangis. Aku minta maaf. Coba kulihat tanganmu apa ada yang terluka."

Baru saja tangannya bergerak, gadis kecil itu kembali menjerit keras, "Tidak mau! Jangan sentuh aku! Aduh, Ibu! Tanganku telah dipatahkan pendeta pendek ini!"

Sementara Yu Canghai kebingungan, seorang berseragam ungu maju untuk membantu. Ia tidak lain adalah Fang Renzhi, murid paling cerdik dalam Perguruan Qingcheng. Dengan menggunakan jurus memutarbalikkan fakta, ia pun menyapa si gadis kecil, "Hei, Nona kecil. Kau jangan berpura-pura. Tangan guruku sama sekali tidak menyentuh bajumu. Lantas, bagaimana bisa mematahkan lenganmu?"

Di luar dugaan, anak itu justru berteriak, "Ibu, ada yang hendak memukulku!"

Biksuni Dingyi yang sejak tadi menahan kesal akhirnya maju dan langsung melayangkan tangan untuk menampar wajah Fang Renzhi sambil membentak, "Memalukan! Orang tua beraninya menggertak anak kecil!"

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang