93. Kejutan di Upacara Pelantikan

2.9K 62 1
                                    

Keduanya mempercepat langkah menjauhi keenam orang tua konyol yang masih berdebat persoalan tidak penting itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keduanya mempercepat langkah menjauhi keenam orang tua konyol yang masih berdebat persoalan tidak penting itu. Sayup-sayup terdengar Dewa Dahan Persik berkata, "Tentu saja namanya Lisuo Dangran Bukebujie, artinya 'Tanpa Membantah Tanpa Ragu Tidak Boleh Tanpa Pantangan'."

Dewa Bunga Persik bertanya, "Lantas, kalau Lisuo Dangran Bukebujie memiliki murid, diberi gelar apa?"

Dewa Ranting Persik menjawab, "Bisa memakai nama Lisuo Dangran Bukebujie Zhizhi, artinya 'Tanpa Membantah Tanpa Ragu Tidak Boleh Tanpa Pantangan Sudah Pasti'."

Tian Boguang memulai cerita, "Ketua Linghu, tempo hari aku datang menemuimu di Puncak Huashan atas perintah Kakek Guru Bujie. Namun sebenarnya masih banyak kisah di balik itu semua."

Linghu Chong berkata, "Yang aku tahu hanyalah dia memaksamu menggunakan racun, juga menipu dirimu telah menotokmu pada titik mematikan."

"Benar, itu juga sudah kuceritakan kepadamu," ujar Tian Boguang. "Saat aku bertarung melawan si pendek Yu Canghai di luar Wisma Kumala di Kota Hengshan, aku khawatir para pendekar aliran lurus akan semakin banyak yang berdatangan. Maka, aku memutuskan untuk meloloskan diri dari si pendek itu. Perjalananku akhirnya sampai ke Henan. Sebenarnya aku malu untuk menceritakannya. Saat itu kebiasaan lamaku sedang kambuh. Di Kota Kaifeng, aku menyelinap ke dalam rumah seorang perempuan muda dari keluarga kaya. Ketika kusingkap kelambu di kamar tidurnya, dan kuraba ranjangnya, ternyata yang kurasakan adalah kepala gundul seseorang."

Linghu Chong tertawa, "Hahaha. Tentu dia seorang biksuni. Kau takut dengan biksuni, bukan?"

Tian Boguang tersenyum hambar, "Kau salah. Dia seorang biksu."

Linghu Chong tertawa semakin keras dan berkata, "Seorang wanita muda di dalam kamar bersama biksu? Aku sama sekali tidak pernah membayangkan seorang wanita terhormat memasukkan pria ke dalam kamarnya, apalagi memasukkan seorang biksu."

Tian Boguang menggeleng, "Kau salah lagi. Biksu itu adalah Kakek Guru. Sebenarnya Kakek Guru sedang memburuku. Beliau akhirnya menemukan jejakku di daerah Kaifeng itu. Beliau diam-diam melihatku saat mengendap-endap di dekat rumah perempuan itu pada siang hari. Maka, Beliau pun mendahului pergi untuk memberi tahu keluarganya, dan mendapat izin bersembunyi di tempat tidur perempuan itu agar bisa menyergapku."

Linghu Chong berkata, "Saudara Tian tentu sangat menderita waktu itu."

Tian Boguang berkata, "Apa perlu diceritakan? Ketika aku meraba kepala Kakek Guru waktu itu, aku merasa ada yang tidak beres. Tiba-tiba perutku terasa sakit karena Beliau telah menotok titik nadi pentingku. Kakek Guru melompat dari ranjang dan menyalakan lampu. Beliau bertanya apakah aku memilih hidup atau mati. Aku sadar seumur hidup banyak melakukan kejahatan, pasti suatu hari akan mendapatkan pembalasan. Maka, aku pun menjawab, 'Aku pilih mati.'

Kakek Guru tercengang dan bertanya, 'Kenapa kau pilih mati?'

Aku menjawab, 'Aku kurang berhati-hati dan tertangkap olehmu. Kenapa aku masih berharap hidup?'

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang