62. Pertaruhan Harta Karun

2.6K 57 1
                                    

Xiang Wentian menanggapi, "Ternyata begitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xiang Wentian menanggapi, "Ternyata begitu. Kalau pendekar biasa yang minum arak panas dan pedas seperti ini tentu tidak menjadi masalah. Namun, Tuan Kedua dan Tuan Keempat hidup menyepi di tepi Danau Xihu yang indah permai ini tanpa memedulikan urusan duniawi lagi, tentunya tidak dapat disamakan dengan orang-orang kasar dunia persilatan. Kalau arak anggur ini didinginkan dan hilang hawa panasnya, barulah sesuai dengan Tuan berdua sebagai jago-jago berkedudukan tinggi. Sama seperti dalam bermain catur, hanya mengandalkan kekuatan saja adalah permainan kelas rendah. Sedangkan permainan catur kaum papan atas tentu melibatkan jiwa dan pikiran ...."

Belum selesai ia berkata tahu-tahu bahunya sudah dicengkeram Heibaizi dengan mata terbelalak, yang kemudian bertanya dengan cepat, "Kau juga mahir main catur?"

Xiang Wentian menjawab, "Seumur hidup aku paling gemar main catur. Sayang sekali, bakatku kurang dan kemampuanku rendah. Sebab itulah aku berkelana melewati utara dan selatan Sungai Yangtze, juga ke hulu dan hilir Sungai Kuning demi mencari kitab-kitab catur. Selama tiga puluhan tahun terakhir permainan catur yang terkenal dari zaman dahulu tidak sedikit yang telah kuketahui dengan baik."

"Permainan catur apa saja yang telah kau pahami?" tanya Heibaizi bersemangat.

Xiang Wentian menjawab, "Cukup banyak. Misalnya, permainan yang disaksikan Wang Zhi ketika bertemu dewa di atas Gunung Tangkai Busuk; permainan antara Liu Zhongfu waktu bertanding melawan nenek dewi di Pegunungan Lishan; juga permainan antara mertua dan menantu siluman rubah yang didengar Wang Jixin ...."

"Ah, dongeng seperti itu mana bisa dipercaya?" tukas Heibaizi sambil menggeleng-geleng kecewa dan kemudian melepaskan cengkeramannya dari bahu Xiang Wentian. "Lagipula mana ada kitab catur yang ditulis berdasarkan pada dongeng-dongeng begitu?"

"Dahulu aku juga mengira kejadian-kejadian itu hanyalah dongeng belaka," kata Xiang Wentian. "Tapi sekitar dua puluh lima tahun yang lalu aku melihat sendiri ada kitab catur bergambar yang menceritakan permainan Liu Zhongfu melawan si nenek dewi dari Gunung Lishan. Langkah-langkahnya sungguh hebat. Orang biasa mana bisa membuatnya? Mau tidak mau aku jadi percaya cerita itu bukan cuma dongeng. Apakah Tuan juga gemar main catur?"

"Hahahaha!" Danqingsheng terbahak-bahak sampai janggutnya yang panjang ikut melambai.

Xiang Wentian bertanya, "Mengapa Tuan Keempat tertawa?"

Danqingsheng menjawab, "Kau bertanya kakak keduaku apakah gemar main catur atau tidak? Hahaha, Kakak Kedua bergelar Heibaizi, Si Hitam Putih. Dari namanya saja sudah ketahuan dia gemar catur atau tidak. Ketahuilah, Kakak Kedua mencintai catur seperti aku mencintai arak."

"Oh, aku telah sembarangan mengoceh di hadapan kaum ahli, laksana pamer kapak di hadapan Lu Ban. Mohon Tuan Kedua sudi memaafkan," kata Xiang Wentian.

Heibaizi menyahut, "Apa benar kau pernah melihat sendiri kitab bergambar tentang permainan catur antara Liu Zhongfu melawan nenek dewi Gunung Lishan itu? Aku hanya mengetahui dari kitab kuno. Konon, pada zaman itu Liu Zhongfu menyombongkan diri sebagai juara catur yang tiada tandingannya. Tapi di Gunung Lishan ia dikalahkan habis-habisan oleh seorang nenek petani, sampai muntah darah karena sedih. Maka, kitab catur itu disebut sebagai 'Kitab Muntah Darah'. Memangnya di dunia ini benar-benar ada Kitab Muntah Darah?" Jika tadi ia masuk ruangan dengan wajah acuh tak acuh, kini ia terlihat begitu bersemangat.

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang