17: Masa Lalu

259 18 2
                                    

17
Anita

"Jadi gini, kan kamu sahabat terdekatnya Vira sekarang," aku memulai. "Bener nggak?"

"Iya," jawab Danny. Ah, singkat-singkat amat sih jawabnya?

"Selain Danny, kamu juga termasuk temennya sekarang kan, An?" tanya Dylan.

"Iya, tapi kan lebih deket sama Danny."

Danny mengerutkan kening. "Terus, apa hubungannya sama rencanamu?"

Aku menarik napas panjang. "Kamu tau nggak,─"

"Nggak," Dylan memotong. Hih, dasar.

Aku kembali melanjutkan penjelasanku. "Tau nggak kalau di akhir semester nanti, sebelum libur semester, yaa.. sekitar dua mingguan lagi lah, akan ada trip?"

"Tau."

Eh Masya Allah, aku nanya panjang-panjang juga cuma gitu doang jawabnya? Elah, Vira kok mau-mau aja yah sahabatan sama tuh anak? Tapi aku tetap melanjutkan penjelasan rencanaku.

"Nah, kita akan bikinin surprise buat Ayra sama Maritza," jelasku lagi. "Vira juga kita kasih tau. Tapi itu entar aja."

Danny mengangguk mengerti. "Oke oke. Kaya gimana surprise-nya?"

Untuk kedua kalinya, aku menghela napas panjang dan mulai menjelaskan lagi. Setelah aku menjelaskan, Danny pun menyetujui itu.

"Satu lagi," tambahku. "Kamu harus pinter-pinter jaga mood-nya, biar dia kesel atau ngerasa down. Oke?"

"Sip deh," Danny mengacungkan jempol.

Dalam hati.... aku berharap rencanaku berhasil.

•••

She has got everything
Happiness
Friendship
Trust
I wonder
When will I get all of those?
I just wanna be
The girl that I used to be
The girl who has got a dream
A big dream
I wonder
Can I become like her?
Just wondering if I can
Take it all from her
Cause she has got everything
that I have to live without.

•••

"Hahaha, dasar anak ga berguna."

"Liat! Dia nangis guys!"

"Hahahahaha! Payah! Anita payah!"

Aku menutup telingaku. Caci maki terus dilontarkan, tentu tertuju padaku. Air mata menetes di pipiku, membuat tawa ejekan semakin keras saja. Aku memejamkan mataku, dan berteriak...

"TOLONG!!!"

"Anita?" panggil sebuah suara yang lembut. "Hey, An, bangun..."

"Ah!" aku terbangun dari mimpi burukku, lalu melihat Vira di depanku. "Hah? Aku ketiduran?"

"Kelihatannya sih gitu," jawab Vira, yang kemudian disusul dengan tawa kecil. "Ke kantin yok?"

Aku mengangguk setuju. "Ayok."

Tadi, waktu istirahat pertama, aku sudah menjelaskan rencanaku padanya. Ia menyetujui itu.

"Kamu 'tokoh utama' di rencananya, lho, jadi harus pikirin bener-bener. Aku sama Danny sama Dylan, bantu ...." aku membisikkan sesuatu ke telinga Vira. "Bantu itu aja. Sip kan?"

"Iyaaa, sip banget," Vira tersenyum manis. "Thanks lho An."

"Iya iya, kamu udah ucapin thanks berkali-kali," aku tertawa kecil.

-

Part 17 guys! Udah lumayan panjang juga ya, hehehe. Gimanaa?? Comment dong, aku pengen tau pendapat2 kalian ttg cerita ini.
Reads nya naik terus, makasih bgt ya! Meskipun baru dikit, but ok, lumayan jugaa. Btw sori ya kalo bahasaku agak berubah dr part awal2 ke part2 yg aku publish habis cerita ini 'on hold'. Semoga tetep suka! Baca terus yaaa💕 - V xx

Real Friends? ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz