The Darkest Side

1K 41 3
                                    

Ana duduk terdiam diatas kursi meja belajarnya. Bayangan itu selalu menghantuinya, bayangan akan kejadian kelam dimasa lalunya.

Ia sering melamun. Matanya selalu berkaca-kaca. Sungguh, ia tidak kuat menjalani semua ini. Terbersit di pikirannya untuk mengakhiri saja hidupnya.

Toh, tidak ada yang menginginkannya didunia ini.

"Kak, bawa aku pergi. Ketempat indah yang sedang kau tinggali." pinta Ana, gadis itu sungguh frustasi akan hidupnya.

Sempat terfikir olehnya untuk bunuh diri, tapi ia masih mengingat akan dosa yang ia tanggung kelak.

Atau berdiri ditengah jalan raya dan tertabrak kendaraan, mungkin akan sakit. Tapi, hanya sebentar, setelah itu ia bisa tenang.

Pernah ia berfikir, mungkin jika ia menemui kakaknya, ia akan membuat semua orang bahagia.

Ia akan membagikan organ tubuhnya untuk orang yang lebih memerlukan daripada dirinya.

Orang yang pantas bahagia, dan disayang oleh semua orang.

Sempat ia berfikir, jika ia berada di alam yang indah ini, ia tak bisa membahagiakan orang lain.

Temannya yang tak memperdulikannya maupun teman yang mencarinya jika memerlukan sesuatu.

Sahabatnya yang tak mengerti dirinya. Ia selalu berkorban dalam hubungan ini. Ketika ia membutuhkan mereka, mereka seolah menjauh. Tetapi, jika mereka membutuhkannya, dengan senang hati Ana lakukan.

Kelurganya yang berubah karna kehilangan anak kesayangannya. Ia seperti makhluk tak kasat mata.

Orangtuanya yang mengabaikannya dan tak peduli dengan apa yang akan dilakukannya. Kecuali papanya.

Disaat ia dimarah oleh mamanya karena kesalahan kecil, papa selalu membelanya dan memeluk hangat tubuhnya.

Sering terlintas dibenaknya, apakah ia bukan anak kandung mereka? Apakah ia anak pungut?

Mengapa ia selalu dikucilkan, diberi kasih sayang yang berbeda?

Hanya papa yang selalu tersenyum hangat kepadanya, hanya papa yang selalu mengabulkan semua keinginannya.

Ia merasa tidak diinginkan.

Ketika ia ingin mengakhiri hidupnya, bayangan papa yang selalu memeluknya sepulang kerja, tersenyum jika ia bercerita, mengajarinya semua yang ia tahu.

Tuhan, bagaimana sekarang yang akan dilakukannya?

Lamunannya buyar akan suara tanda pesan masuk pada smartphone miliknya.

To : Ananda
From : Dynasty Prasejarah

Hai sayang, kamu kemana aja? Udah makan belum? Aku kerumah ya, aku khawatir

I Love You my bae

Senyuman tipis tercetak dibibir mungilnya. Sayang? pikirnya dalam hati. Senyumnya kian melebar mengingat hubungannya dengan Dylan. Hubungan yang sudah resmi dijalaninya dua bulan ini.

Dan Dylan, orang yang menjadi penyemangat kedua dalam kehidupanku.

Dengan segera Ana bersiap untuk menyambut tamu spesialnya itu. Tanpa membalas, ia segera berganti pakaian dengan baju rumahannya.

***

"Kemana aja kamu, aku khawatir tau." Ana membuka pintu rumahnya dan langsung disambut oleh perhatian khas Dylan yang langsung membekapnya dengan erat. Seakan takut kehilangan.

DylanaWhere stories live. Discover now