Senyuman yang Sempat Hilang

1.2K 48 4
                                    

Kadang, cinta bisa membuatmu tampak bodoh di hadapannya. -Dylan

•••
Dengan tak sabar, Ana keluar dari mobil serta berjalan di depan plang yang bertuliskan 'Festival Lampion' dan Ana membalikkan badan saat melihat Dylan baru saja keluar dari dalam mobil dengan langkah santai.

"Ayo Lan." untuk pertama kalinya, Ana memegang tangan Dylan selama mereka dekat, atau tidak bisa dikatakan memegang, lebih tepatnya menarik tangan Dylan memasuki Festival Lampion yang sudah ramai walaupun masih sore hari.
•••

"Lampionnya indah." ucap Ana dengan kagum pada berbagai macam bentuk lampion yang ada di festival.

"Iya, indah." balas Dylan yang memandang Ana alih-alih lampion yang tengah dipegang oleh Ana.

"Aku udah lama gak lihat festival lampion lagi," ujar Ana. "Mungkin sudah lima tahun."

Dylan dapat melihat pancaran mata Ana yang meredup, seolah ia kehilangan kebahagiaannya beberapa waktu yang lalu.

"Tenang aja, selama ada Bang Dylan yang cakep ini, kamu bakal diajak keliling festival lampion tiap bulannya." ucap Dylan menenangkan dengan gaya yang dilebih-lebihkan dan tangan yang merangkul bahu Ana. Sedangkan Ana hanya dapat tertawa melihat gaya Dylan yang berlebihan itu.

Ana sangat senang, baru kali ini ia bisa merasakan sebebas dan selepas ini.

"Kita makan dulu." ajak Dylan saat melihat berbagai macam stand makanan yang menggugah selera.

Dylan berhenti di depan pintu masuk stand dan menolehkan kepala ke kanan dan kiri dengan penuh minat. Ana langsung menarik tangan Dylan yang sempat terlepas darinya tadi dan menuntunnya menuju stand Iga Bakar.

"Bang, Iga Bakar 2, ya." pesan Dylan saat sang penjual menanyakan pesanan mereka. Mereka duduk di tenda yang telah di sediakan. Mereka saling terdiam dan Dylan bingung harus memulainya dengan apa.

"Jalannya bagus ya," Ana mendongakkan kepala saat Dylan mengatakan itu dan mengalihkan tatapan ke arah jalanan di hadapan mereka dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Hm." gumam Ana tanpa minat sedangkan Dylan tengah mengutuk mulutnya yang telah lancang berbicara seperti itu, setidaknya ia mengucapkan kata yang lebih berfaedah dari ia ucapkan.

"Makanannya enak," Ana makin menaikkan alisnya dengan bingung seraya melirik meja di hadapan mereka yang masih kosong.

"Bahkan makanan pun belum sampai Lan," ucap Ana dengan tertawa kecil karena tingkah konyol Dylan yang lainnya. Dylan hanya dapat menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya cengiran salah tingkahnya.

"Kamu lucu deh kalau gugup gitu," seketika wajah Dylan menjadi merah padam dan Ana semakin gencar menggodanya, bahkan ia tak segan-segan mencolek dagu Dylan seakan menggodanya.

"Silahkan Mbak, Mas." penjual itu memberikan dua porsi Iga Bakar kepada mereka dan tersenyum kecil saat melihat pasangan muda di hadapan mereka yang tampak manis.

Anak muda jaman sekarang mah beda ya, gak kayak jamanku dulu yang malu malu meong batin penjual.

Mereka memakan Iga Bakar yang terlihat sangat lezat di hadapannya itu.

"Iga Bakarnya enak." Dylan menengadahkan kepalanya dan melihat senyuman Ana yang membuatnya ikut tersenyum.

"Minumnya enak ya," seketika senyuman Ana maupun Dylan luntur dan mereka saling berpandangan melirik meja di hadapan mereka yang hanya tersedia dua porsi Iga Bakar yang hanya menyisakan butiran nasi.

DylanaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora