Part 15

9.3K 932 113
                                    

Jongsuk memijit pelipisnya, matanya terpejam berusaha untuk menenangkan diri yang merasa sangat cemas karena kejadian akhir-akhir ini.

"Jadi dia tetap ingin keluar?" Tanyanya pelan, Kangjoon yang sedari tadi duduk dihadapannya hanya mengangguk memberikan tatapan penyesalan pada pria itu.

"Lalu apa yang akan dilakukannya?"

"Aku masih belum tau paman, dia sangat susah ditemui belakangan ini," jawaban Kangjoon sama sekali tidak mendatangkan kelegaan untuknya, ia sungguh khawatir dengan apa yang terjadi pada putra sematawayangnya itu.

"Kangjoon, kau tau apa yang terjadi padanya?"

Kangjoon menghela nafasnya panjang, "kurasa ini ada kaitannya dengan Sooji. Hubungan mereka telah berakhir," tebaknya, ia sebenarnya tidak terlalu tau apa yang sebenarnya terjadi karena Myungsoo sama sekali tidak memberitahu apapun kepadanya selain jika hubungannya dengan wanita itu telah kandas.

"Benarkah? Sudah berapa lama?"

"Sudah lewat sebulan. Dia benar-benar kacau."

Jongsuk terdiam ditempatnya, ia kembali mengenang malam itu. Dimana ia dengan percaya diri merencanakan pertemuan itu dengan meminta bantuan Sooji, berharap bahwa Myungsoo mau luluh padanya sekali saja tapi ia tidak menyangka jika hanya karena keinginannya untuk berdiskusi pada putranya malah berujung malapetaka pada hubungan mereka. Bukan cuma hubungan Myungsoo dan Sooji, tapi hubungannya bersama Haeri juga.

Ia masih sangat mengingat waktu Haeri mengembalikan cincin pemberiannya, itu sangat menyakitkan tapi lebih menyakitkan melihat airmata wanita itu terjatuh saat mengatakan ingin mereka menjauh untuk sementara sampai masalah Myungsoo selesai. Dan akhirnya, sampai saat ini ia tidak pernah sekalipun berhubungan dengan Haeri, meskipun sulit tapi ia tetap harus melakukannya. Ini demi hubungan mereka dan ia sangat menghargai keputusan Haeri

"Sooji pergi, kurasa masalah mereka cukup berat," suara Kanjoon membuyarkan lamunannya, Jongsuk menatap pria itu lalu mendesah panjang.

"Mugkin semua ini salahku, aku yang membuat mereka berpisah."

"Myungsoo hanya membutuhkan waktu paman dan ini sama sekali bukan salahmu."

Kangjoon menatap iba pada Jongsuk, bagaimana pria paruh baya itu terlihat kusut akhir-akhir ini. Bukan hanya masalah pribadi yang memberatkan pikirannya tapi masalah pekerjaan sangat membuatnya lelah, mengingat Myungsoo telah mengundurkan diri dan menolak untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan perusahaan ayahnya membuat Jongsuk lebih ekstra bekerja setiap hari.

"Itu harapanku Kangjoon, tapi kenyataannya semua memang salahku. Sejak awal."

###

Ia tidak tau bagaimana bisa bertahan hidup sampai saat ini, mengingat pola hidup yang ia lakukan sebulan terakhir merupakan yang terburuk. Ia tidak melakukan apapun, hanya duduk merenung hingga tiba waktunya tidur, ia akan tidur dan ketika pagi menyapa--ia kembali merenung hingga waktu tidurnya kembali. Begitu terus. Ia bahkan makan hanya ketika mengingatnya.

Tidak pernah sekalipun dalam hidup ia merasakan perasaan seperti ini, hampa. Seperti ada relung kosong yang bernaung dalam dirinya, bahkan tidak ketika ibunya memilih pergi untuk meninggalkannya. Kala itu ia hanya merasa sedih dan marah, karena ibunya tidak mengajaknya bersama melainkan ia ditinggalkan dengan keadaan yang tidak berdaya.

Tapi saat ini, perasaan yang ia rasakan lebih besar dari itu. Entah mengapa sesuatu dalam hatinya seolah meraung-raung meminta dibebaskan, sayangnya ia tidak tau apa sesuatu itu. Ia hanya tau jika mulai saat ini mungkin ia tidak akan pernah lagi merasakan bahagia.

Tidak untuk dirinya ataupun untuk orang lain.

"Myungsoo angkat teleponmu. Ayolah, sampai kapan kau akan mengurung diri. Aku bisa mendengarmu, kau bisa bercerita padaku seperti biasa. Jangan seperti ini."

My Lovely Mr.Gay [COMPLETED]Where stories live. Discover now