19

53.9K 3.6K 117
                                    

airamumtazah
👍👍👍I like this story 😀😀😀

FikriAkmal2
penasaran bagt, riani lando pendekatan hahaha.

AriedaFariecha
Sukaaaaaaaaaa bngeeeeeddd sm moment2 Lando-Riani....heheheLanjuuuuuuuuuuuutttttt....Fighting

Hafidah02
Ah, selalu ada bayang² perempuan lain 😭

Haha hollaahh.. maapkan kemaren sempet php update 😆😆😆

Okee lanjut...

Are you ready guys?
Monggo dibacaa... hhaa

Typo? Kasih tau 😊😊😊

Happy Reading 😄😄😄

---------

FR POV

Tiga jam sudah Riani mengompres dahi pria yang masih terbaring di ranjangnya. Riani berdiri dengan kedua lututnya menghadap sisi ranjang sambil memperhatikan pria yang membuatnya panik tadi. Kerutan di dahinya sudah menghilang, demam yang dialaminya juga sudah mulai menurun.

Perasaan panik yang serasa mengikat jantungnya sudah digantikan dengan perasaan lega. Kepalanya sudah ditundukaan ke bagian sisi ranjang yang tak ditempati bosnya itu. Ya, Riani lelah, sangat lelah, berulang kali ia harus berjalan kesana dan kemari mengganti air yang digunakan untuk mengompres bosnya itu. Belum lagi disela-sela waktu menunggunya ia habiskan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Benar-benar menguras energi dan pikiran tentunya.

Orlando terbangun dari tidurnya. Memandang sekeliling ruangan, mengerutkan dahinya merasakan ada sesuatu diatas dahinya, diambilnya kain basah itu dengan tangan kirinya yang sudah tak diperban.

Orlando bangkit dari tidurnya berlalu menuju pantry. Ketika akan mengambil segelas air ia menoleh kearah ruang santai melihat gadis aneh yang membuat moodnya memburuk beberapa hari lalu sedang merapikan kertas-kertas yang berserakan.

"Tuan.. eh.. emm.. Lando kau sudah bangun?" Tanya gadis aneh itu yang berjalan kearahnya sambil membawa setumpuk berkas di tangannya.

"Maaf" ucapnya sambil kedua kakinya berjinjit menjulurkan tangan mungil itu menyentuh dahinya.

"Baiklah, sepertinya demammu sudah benar-benar turun" ucapnya lagi. Orlando diam membisu memperhatikan gadis aneh dihadapannya.

"ini aku memesan bubur, aku tak sempat memasak untukmu karena ini, maaf" ucap Riani sambil menunjukan setumpuk berkas yang ada di gendongannya.

Orlando masih mematung dihadapan Riani, tak ada ucapan sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

"Emm.. kau harus lebih banyak beristirahat. Aku akan menjengukmu nanti malam"
Ucap Riani cepat membalikkan tubuhnya kearah pintu keluar, meninggalkan bosnya yang tak bergeming sedikitpun.

Blam!

Pintu kamar bos tampan ditutupnya. Didepan pintu Riani menarik napas panjang, Mengatur debaran detak jantungnya yang tadi sempat dikagetkan dengan kemunculan bosnya dengan kebisuannya.
"Apa dia masih marah padaku?" Riani menerka-nerka dengan sikap pria itu padanya. Dua detik kemudian Riani mengenyahkan pikiran buruknya dan kembali kekamarnya.

*****

Pukul delapan malam Riani mengetuk pintu kamar 31 itu. Sepuluh detik tak ada jawaban, membuat kepanikan Riani muncul. Riani mengetuk pintu itu sekali lagi dan menunggunya hingga detik kelima.

"Atau jangan-jangan dia.." Kali ini Riani sudah tak sabar, pikirannya sudah melayang pada kejadian siang tadi. Langsung dibukanya pintu kamar itu dengan tergesa-gesa. Pandangan Riani dengan cepat menelusuri ruangan dan menemukan sosok pria yang ia khawatirkan sedang duduk di sofa panjang dengan tatapan kosong sedang memperhatikan siaran televisi.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang