25 (I)

47.5K 3K 174
                                    

kissesfromaries
Yaampunn gak sabar baca lanjutannyaa, deg degannn banget😣😣

RosyannaMargret0
Riani sama Lando ja deh...

Maapkeun update ngaret 😂😂

Lanjut? Okeeh

Typo maapin

Happy Reading Reader 😊😊

----------

Riani POV

"Katakan jika semua itu bohong Le!" Gemuruh, bagai petir yang menyambar diriku. Penyangkalan selalu dilakukan didalam benakku, tapi logikaku?

"Apa kau sedang bercanda Le?"
Ucapku tertunduk lemah di kursiku sekarang.

Leo menggeleng pelan kepalanya yang juga tertunduk
"Aku tidak ingin mempercayainya namun itu begitu nyata bagiku untuk mengingkarinya, diriku yang lain, diriku membunuh wanitaku"

Sekali lagi napasku sesak mendengar penjelasannya.

"Ba..bagaimana bisa?"

Leo terdiam, tidak menjawab pertanyaanku, matanya dipejamkan seolah memutar memori kejadian kelam diotaknya.
"Aku membenci fakta itu, membenci rasa sakit ini, dan membencinya!" Aku tersentak mendengar luapan emosinya.

Lengan pria yang terduduk di hadapanku sudah menggenggam erat ujung gagang violin, wajahnya merah padam. Ia menggertakkan giginya yang saling beradu, berusaha menahan rasa sakitnya.

"Lee" ucapku lirih

"Pergilah jangan pedulikan aku. Aku bukan Leo yang kau kenal sekarang, pergi!" tanganku yang  perlahan ingin menyentuh bahu kokohnya cepet membungkam mulutku menutupi keterkejutanku. Miris, sangat miris melihat sisi kelamnya seperti ini.

Kulihat keringat dingin sudah membasahi pelipisnya, dan  tubuh atletisnya yang ikut mengigil. Lengan gemetarnya memposisinya violin itu di bahunya, matanya ia pejamkan dan mulai berusaha mengalunkan sebuah lagu. Namun yang kudengar dari violon itu hanyalah nada-nada sumbang, menyakitkan, Mengingatkan aku pada diriku sendiri pada rasa takutku, pada phobiaku.

"Brengsek!" Ucapnya, saat aku tahu ia gagal berusaha mengalunkan sebuah lagu untuk terapinya, ketenangannya.

Grep!

Naluri dalam diriku menggerakkan anggota tubuhku meraihnya, meraih pria kacau dihadapanku kedalam pelukanku. Tidak! Aku tidak akan pergi meninggalkannya seperti ini.

Aku bisa merasakan tubuh besar ini menegang, namun tidak ada penolakan darinya. dia masih kacau masih dengan emosinya, rasa sakitnya.

Aku bergumam pelan, semua yang aku lakukan diluar kendaliku, aku hanya menuruti kata hatiku dan mengabaikan logikaku.

Could i have eased your pain?
Why did i turn away?

Aku bersenandung lirih dibahu kanannya, lenganku berusaha menjangkau tubuh besarnya

I wish i could save you
I wish i could say to you
I'm not going nowhere

Jika dia mengatakan musik adalah terapinya, boleh sekali saja aku menjadi musik itu, yang bisa menenangkannya?

I wish i could say to you
It's gonna be alright

Aku terus mengulang lirik itu dengan nada pelan, sambil mengusap pipiku yang mulai basah, dan masih tetap kupeluk tubuh gemetarnya yang mulai tenang.

****

FR POV

Cukup lama keduanya diam dengan posisinya. Leo yang membungkuk menundukkan kepalanya dan Riani yang masih Setia memeluk tubuh besar itu. Tak ada yang berubah hingga Leo yang sudah tenang menolehkan kepalanya mengamati cukup lama wajah wanita yang bertopang pada bahu kanannya dengan tatapan kosong lurus kedepan. Tangan besar Leo diarahkan pada pipi Riani yang basah dan mengusapnya pelan membuatnya tersentak dan menjauhkan wajah serta tubuhnya yang sedang memeluknya.

"Tetaplah seperti ini, please" Leo menjangkau tubuh Riani yang merenggang darinya agar tetap memeluknya. Riani tertegun sejenak lalu menuruti permintaan pria disampingnya.

"Apa kau sudah lebih baik Lee?" Tanya Riani menatap Leo yang juga menatapnya.

Leo tersenyum, Riani lega melihat pria itu sekarang sudah bisa tersenyum
"Terimakasih untuk senandungnya" Ucapnya tulus.

Riani masih tetap diposisinya
"Sepertinya kau harus merekam suaraku" kekeh Riani mencoba menghibur pria berkacamata itu.

"Dan suaramu akan aku jadikan ringtone handphoneku" balas Leo yang sudah mulai bisa menggoda wanita disebelahnya.

"Kau terlalu berlebihan" cibir Riani

Leo tersenyum memamerkan gigi putih rapihnya.
"Kau tau, aku selalu berharap suatu saat dia bisa melihat permainan violinku, dan hari ini Tuhan mengabulkan permohonanku. Dia disini melihat permainan violinku"

Riani mengerutkan keningnya. Dia? Wanita yang Leo bicarakan ada disini? Dimana? Riani sudah melemparkan tatapan keseluruh penjuru ruangan mencari sosok itu. Namun ia tak menemukan sosok yang dibicarakan pria itu.

"Jangan menakut-nakutiku Lee!" Riani sudah menatap awas pada sekelilingnya, memikirkan adanya hantu wanita berkeliaran di ruangan ini yang hanya bisa dilihat oleh pria dihadapannya.

"Aku tidak sedang menakut-nakutimu nona manis" ucapnya.

"Apa kau sedang berhalusinasi?" Riani menepuk kedua pipi pria tampan dihadapannya.

Lengan Riani pun di tahannya
"Tidak!" Tegasnya

"Kau pasti tidak percaya, namun kau harus mempercayainya" kening Riani semakin berkerut bingung.

"Dia, wanita itu ada dihadapanku sekarang, sedang mengerutkan keningnya seperti orang bodoh" Leo sudah melupakan rasa sakitnya tadi. Sekarang dirinya sudah terkikik geli melihat ekspresi gadis dihadapannya.

"Hanya ada aku disini Lee! Kau membuatku merinding! Aku takut!" Riani nampak gelisah mendengar ucapan Leo yang dipikirnya tidak masuk akal.

"Hey aku belum selesai berbicara, tenanglah tidak ada hantu disini" Riani mengerucutkan bibirnya kesal.

"Dirimu, terlalu mirip dengannya, dengan mommy ku, Cinta pertamaku" ucap Leo serius manik matanya sudah mengunci pandangan Riani.

Plak!

Satu pukulan Riani mendarat pada lengan kekar Leo.

"assh!" Leo mengaduh dan mengusap bekas pukulan di lengannya.

"Gurauanmu tidak lucu Lee! Bagimana bisa? Sudah jelas aku tidak percaya!" Riani tidak habis pikir dengan pria dihadapannya mungkin efek halusinasinya terlalu kuat sehingga membuat dirinya dianggap mirip dengan ibunya.

"Tatap aku, apa aku terlihat seperti sedang bergurau?" Leo menguatkan cengramannya apada kedua lengan Riani.

Riani kembali menatapnya,  terlihat jelas wajah Leo sedang tidak bercanda sekarang, menampilkan wajah seriusnya. Riani tersadar, baru kali ini dirinya mengamati Leo selekat ini, mengamati wajah tampannya yang ternyata juga memiliki perbedaan dengan kembarannya. Alisnya tebal namun tak setebal milik Lando, matanya lebih sipit mungkin efek dari kacamata yang selalu dipakainya, lalu ada satu tahi lalat kecil dibawah mata sebelah kirinya.

"Bisa kau terus seperti ini? melihat kearahku? menjadikanku pusat perhatianmu dan alasan kebahagiaanmu" ucap Leo ketika Riani terlena nemperhatikan wajah tampannya.

Tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir mungil itu, dan Leo melanjutkan kembali kata-katanya
"karena dirimu seperti itu dimataku, dan disini" Leo membawa lengan Riani pada dada bidangnya lalu melanjutkan kata-katanya "aku sangat menyayangimu Nona manis ku"

Riani masih menatap bodoh pria dihadapnnya, mencerna setiap kata-kata Leo yang seperti bahasa asing di telinganya. Dirinya tak menyangka Leo akan mengatakan hal itu, hingga dirinya tak sanggup berkata-kata.
"Maaf" ucap Leo pada Riani yang masih membeku disusul dengan bibirnya yang mendarat pada bibir mungil Riani. Membuat Riani membulatkan matanya terkejut dan menatap pria yang sedang terpejam menikmati ciumannya.

-----

Duuhh maapin yaaa atas keterlambatannya, dimaapin gak nih? Haha😄😄

Terimakasih🙏🙏🙏

Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya yaaa 👍👍

See you next chapter 🙌🙌🙌

UnpredictableWhere stories live. Discover now