Ia menarik napas, berusaha menetralkan detak jantungnya.
***
Aku menghembuskan napasku lega saat punggung Taehyung yang tak lagi terlihat olehku.
Untung saja ia tak melihatku
Tapi baru beberapa detik aku bernapas lega, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.
"Sedang apa?" Jungkook berdiri di belakangku.
"Omo! Kkamjjagiya!" seruku. (Astaga! Kau membuatku kaget!)
Jungkook menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil terkekeh, "Mian, mian. Aku kan hanya bertanya." (Maaf, maaf)
Aku mengatur napasku karena terkejut, "Tapi jangan mengendap-endap seperti itu! Kupikir kau hantu tadi!"
Jungkook menyeringai, "Hantu? Di siang seperti ini? Yang benar saja," balasnya.
Aku mengerucutkan bibirku kesal, lalu berbalik memunggunginya.
Jungkook lagi-lagi terkekeh, lalu tangannya menarik pinggangku untuk berbalik menghadapnya.
Aku membulatkan mataku saat melihat wajah Jungkook yang begitu dekat denganku saat berbalik.
Rasanya cukup aneh.
"M-mwo?" ucapku pelan.
Lalu Jungkook melepaskan tangannya dari pinggangku, dan beralih ke pipiku.
"Aigoo. Kenapa kau sangat imut saat marah? Aku jadi gemas." Jungkook memainkan pipiku gemas.
"Lucu? Lucu bagaimana?" bantahku.
"Entahlah, tapi kau benar-benar terlihat lucu hingga rasanya aku ingin menciummu saja." ucapnya santai.
Aku membulatkan mataku, bahkan hampir saja tersedak salivaku sendiri.
Apa tadi? Menciumku?
Heol.
"Kau b-bilang apa?" balasku terbata-bata.
Bisa kurasakan pipiku memanas.
Lagi.
"Hah? Bilang apa?" Jungkook bertanya polos.
"Kau tadi bicara apa? Kau bilang ingin... um..." Aku terlalu malu untuk mengucapkan kata selanjutnya.
"Menciummu?" tanya Jungkook polos.
Aku mengangguk malu-malu. Jantungku rasanya mau keluar saja.
Serius.
"E-eoh. Itu..." jawabku gugup.
Jungkook melepaskan cubitannya, "Memangnya kenapa?"
Aku kembali membulatkan mataku, lalu mengalihkan pandanganku ke samping.
Pipiku terasa terbakar. Dan jantungku... jangan ditanya lagi.
