Chapter 12

4K 390 14
                                    

9 Years Ago

"Eomma...saat salju sudah agak tebal, temani aku bermain salju ya." Sahut seorang anak laki-laki duduk dan memainkan beberapa mainannya.

"Hmm, Ne. Tapi, apa kau tidak mengajak Appamu ?" Tanya seorang wanita yan duduk di sofa sembari memperhatikan putranya bermain.

"Hahaha Ne, appa juga boleh ikut." Guman anak laki-laki itu sambil melemparkan senyuman manis pada kedua orang tuanya dan diikuti oleh tawa bahagia mereka.

Keluarga bermarga Min, begitulah mereka, bahagia sebelum kesibukan akan dunia bisnis menjaring mereka.

Tuan dan Nyonya Min beralasan bahwa mereka bekerja keras sampai tidak mempunyai waktu untuk keluarga adalah untuk putra kesayangan mereka, Min Yoongi. Padahal harta mereka lebih dari cukup untuk membuat mereka bahagia.

Tapi niat baik kedua orang tua Yoongi, kesibukan mereka untuk 'menunjang' masa depan Yoongi, justru memberi dampak buruk bagi putra mereka itu.

Umur Yoongi masih menginjak 5 tahun, dan dia harus selalu berpisah dengan orang tuanya bahkan di musim libur seperti musim dingin. Masa kecil Min Yoongi tidak semulus anak-anak sebayanya.

Sejak ia jarang bertemu dengan orang tuanya, membuat sifat anak itu berubah. Jika sebelumnya ia adalah seorang yang ceria, baik hati dan rendah hati sekarang ia adalah seorang yang dingin, murung, tidak pernah terlihat bersemangat, tidak ingin bergaul dengan siapapun dan menjadi agak 'jahat' pada teman-temn sebayanya.

Sikapnya ini membuat dia tidak mempunyai teman. Yoongi kecil hanya ingin mempunyai teman yang peduli padanya. Namun jangankan teman, bahkan orang tuanya tidak selalu bersamanya.

---

tookkk...tookkk...toookk...

Yoongi mengetuk pintu kamar orang tuanya dengan tempo yang agak cepat dan penuh penekanan.

"Eomma....Appa....bukankah tahun ini kalian berjanji menemaniku bermain salju." Ia kembali mengetuk pintu itu.

Sikapnya memang sudah jauh berubah sebelum kesibukan memecah keluarganya. Namun ia tidak bisa berhenti berharap bahwa keluarganya yang dulu bisa kembali.

Hampir setiap tahun ia menagih janji ibu dan ayahnya. Yaitu bermain salju dengannya. Namun sayang, kedua orang tuanya hanya terus mengutarakan sebuah janji buta.

Kleeekk...

Sekarang pintu itu terbuka. Dua orang dewasa keluar dari kamar itu, pakaian mereka rapi, dan membawa dua buah koper.

"Ke--kemana kalian akan pergi." Yoongi memandang ibu dan ayahnya, matanya berkaca-kaca.

"Mian, Yoongi-ah. Kami harus pergi keluar kota untuk urusan bisnis," Tuan Min memegang pundak anaknya dengan wajah menyesal.

"Ta--tapi kalian ber--janji tahun ini a-akan...," sekarang air matanya jatuh, ia menyingkirkan tangan ayahnya dari pundanya dengan kasar.

"Mianhe, kau bermain dengan ahjumma saja ya. Oh ya, berapa umurmu sekarang ?" Tanya ibunya.

'Bahkan kalian lupa berapa umurku sekarang, umurku 9 tahun' batin anak itu benar-benar merintih kesakitan.

"Oeh, Yoongi tentunya sudah besar. Yoongi bisa bermain sendiri kan ? Atau bermain dengan teman-teman." Lanjut ayahnya.

"Ka--kalian, kalian itu bukan orang tuaku, aku tidak mengenal kalian. Pergi saja sana, jangan kembali. Aku sudah biasa hidup tanpa kalian."

Yoongi berlari meninggalkan kedua orang tuanya yang berdiri mematung disana. Mencoba mencerna kalimat yang baru saja anak itu lontarkan pada mereka.

Miracle Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang