Chapter 27

3.1K 335 35
                                    

Yoongi's Pov.

Pandanganku tidak pernah lepas dari pemandangan lampu-lampu kota yang terlihat lebih seperti bintik-bintik cahaya bintang dari atas sini.

Dari jendela kecil ini aku mengalihkan pandanganku ke langit malam. Sama indahnya dengan lampu-lampu kota itu.

Bintang-bintang itu berkelap-kelip bergantian seperti berusaha menghiburku. Atau cuma perasaanku saja ?

Semakin lama, kota itu sudah tidak terlihat ditutupi awan. Pada saat yang bersamaan aku menghela napas.

Kakiku tidak lagi menapak di kota itu, di tanah yang sama dengan Hyeri.

Namun kupertegas semuanya bahwa belahan dunia yang jauh seperti ini tidak akan bisa menghalangiku dan tidak akan bisa merubah semua hal tentangnya dalam hidupku.

Jujur kesedihan mendominasi perasaanku saat ini ketimbang rasa lega dan puas dengan kenyataan bahwa aku sudah menemukan orang itu. Bukan, bukan aku yang menemukannya, dia yang datang dan menemukanku.

Janji seorang gadis kecil berusia 11 tahun ternyata bukan sekedar janji semata. Semua merupakan kenyataan yang berupa bukti bahwa akan menemuiku di tempat yang sama.

Sepanjang sore hingga gelap menyelimuti langit. Kami hanya duduk disana, dalam diam. Aku tidak bisa menyembunyikan sedikitpun kebahagiaanku.

Waktu terasa berhenti saat kurasakan ia mentautkan jari-jari kami. Kehangatan mulai menyelubungiku.

"Bukankah, kau sudah ketinggalan pesawat ?" Tanyanya sembari menyandarkan kepalanya di bahuku.

"Begitulah." Aku sudah ketinggalan pesawat 30 menit yang lalu. Dan hal itu membuat orang tuaku mengomeliku di telepon. Tapi aku senang, aku sama sekali tidak pernah mendengar mereka mengomel. Dan tidak kusangkah aku akan menyukai omelan mereka itu. Dan kupikir Hyeri mulai merubah hidupku ke arah yang lebih baik. Itu opini sepihakku.

"Hey, kenapa kau tersenyum," gadis itu menarik kepalanya dari bahuku dan memandanku, namun aku kembali meraih kepalanya dan menuntunnya untuk tetap bersandar.

"Orang tuamu pasti marah karena kau terlambat."

"Tidak apa. Hanya terlambat, bukan berarti tidak jadi pergi. Mereka menunda penerbangannya, jadi tidak masalah."

Aku merasakan ia mengangguk,"Bolehkah aku mengantarmu ke bandara ?"

"Boleh, tapi setelah yang lain datang kemari menjemputmu, dan membawakan kursi roda untukmu."

Aku mengelus puncak kepalanya dengan lembut. Ya, aku tetap pergi.

Sebenarnya setelah mengetahui ini aku sama sekali tidak ingin sedikitpun angkat kaki dari sini. Tapi, Hyeri sepertinya cukup mengerti dengan keadaanku. Walaupun ia sempat menangis dan memohon padaku untuk tetap tinggal, tentunya.

"Tenang, aku akan kembali. Kau mau menunggu ?"

Ia hanya berdeham dan mengusap pelan punggung tangannku. "Sebenarnya tidak. Tapi ... akan ku anggap ini semua hukuman karena pernah membuatmu menunggu juga."

"Hey, aku tidak bermaksud menghukummu ?" Nada suaraku memekik sedikit terkejut.

Apa maksudnya menghukum. Jika bukan karena dia yang memintaku untuk tetap pergi, maka aku tak akan pergi dan tetap disini.

Miracle Love [END]Where stories live. Discover now