Chapter 22

3.3K 395 45
                                    

Gadis kecil berambut pendek seleher menghampiri seorang wanita tengah baya ---ibunya--- yang sepertinya sedang sibuk dengan beberapa barang berantakan di sekelilingnya.

"Eomma, aku ingin keluar, ya ? Hanya sebentar." Pinta gadis itu dengan nada memelas.

"Kau mau kemana, Sayang?" Tanya ibunya sembari mengelus puncak kepala putrinya.

Gadis iu kecil tersenyum, "aku ingin bertemu temanku," jawabnya polos.

"Apa kau sudah membereskan barang-barangmu ?"

"Sudah, tapi cuma sebagian. Sisanya akan kubereskan besok."

Ibunya tersenyum lalu mengangguk. Kemudian gadis kecil itu membalas senyuman ibunya dan pergi.

.

.

.

Larinya semakin pelan ketika tempat tujuannya sudah bisa ia lihat dengan jelas setelah belokan tadi.

Ia berjalan pelan menuju sebuah bangku berwarna putih dan duduk di sana.

Kakinya terayun-ayun sesekali. Seperti biasa, ia gadis kecil yang selalu ceria.

Namun tampaknya sekarang ia tidak sedang ceria---seperti itu kelihatannya--- wajahnya murung dan mencoba mengunci dan menyembunyikan sesuatu.

Ia tertunduk, merenung.

Gadis kecil itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis saat menyadari seseorang yang ia tunggu sudah datang dan duduk di sampingnya.

Setelah itu, ia kembali tertunduk tanpa mengatakan apapun.
Tidak ada yang membuka pembicaraan.

..1 menit...
   ..2 menit...

"Yoon," ucapnya, kemudian.

"Ada apa ? Kau tidak pernah bicara dari tadi. Kau sedang sakit ?," Anak laki-laki itu meraba kening gadis sesusianya itu.

"Ani...hmm hanya saja...e..ee."

Gadis kecil itu tidak tahu harus memulai dari mana. Ia tidak ingin menyakiti satu-satunya sahabat yang ia punya dengan mengatakan bahwa ia akan pergi.

Gadis kecil itu diam.

'Aku akan pindah ke Busan' lirihnya dalam hati.

"Ada apa ?" Terlihat jelas bahwa anak laki-laki itu khawatir.

Gadis kecil itu ahu benar bahwa sikapnya sekarang pasti membuat sahabatnya itu khawatir. Ia bukan tipe anak pendiam.

Ia masih diam.

Kemudian tubuhnya bangkit dari kursi itu dan berdiri dihadapan sahabatnya yang memandangnya bingung.

Ia membungkukkan badannya 90 derajat sambil mengatakan sesuatu.

"Yoon, mau kan memaafkanku. Kumohon besok sore datang kesini, aku ingin memberitahukan sesuatu pada Yoon," suaranya bergetar mencoba menahan sesuatu.

Sedikit lagi air matanya jatuh.

"Wae ?. Kau sakit ya ?. Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya. Katakan padaku ada apa ?"

Air matanya menetes pada akhirnya. Ia tertunduk.

Anak laki-laki itu mengacak rambut hitam pendek Hyeri sembari tertawa gemas.
Membuat Hyeri semakin sakit hati. Ia tidak ingin meninggalkan sahabatnya itu, sangat. Sangat tidak ingin.

"Aku...a...aku harus pulang, ibu pasti mencariku. Ada banyak pekerjaan di rumah. Aku harus membantunya. Aku pergi dulu, dan jangan lupa untuk datang besok." ia kembali menunduk dan pergi dari sana tanpa mengatakan hal lain lagi.

Miracle Love [END]Where stories live. Discover now