Bab Dua

9.4K 1.1K 95
                                    

☆Sherry Kim☆

.

"Papa..." tangisan Daehan menyambut kepulangan Yunho. Bocah itu menangis se-segukan di dalam gendongan Ahra saat Yunho memasuki kamar yang di tempati Daehan dan Ahra. "Pa...Pa..."

"Jagoan." segera, Yunho menghampiri putranya, memeluk bocah itu dengan sayang. "Apa yang terjadi?"

"Aku tidak tahu, sepertinya dia mimpi buruk dan terbangun dalam keadaan menangis." Ahra menjelaskan. "Aku takut dia sakit, Yun. Daehan tidak pernah seperti ini sebelumnya."

"Kita bawa dia ke dokter."

Yunho mengamati wajah sembab putranya. Tidak ada yang terlihat aneh dari wajah putranya kecuali wajah sembab itu.

"Aku akan ganti pakaian sebentar." Ahra berlari memasuki ruang ganti.

"Aku tunggu di luar." teriak Yunho.

Di ruang tamu, Yunho mencoba menenangkan putranya. Bukannya berhenti menangis, Daehan malah semakin histeris. Membuat Yunho takut jika terjadi sesuatu hal yang buruk dengan putranya itu. Sesuatu yang tak terlihat lebih menakutkan ketimbang penyakit luar.

"Aku sudah memanggil dokter." Mrs. Jung berjalan keluar dari perpustakaan dengan penuh wibawa. Wanita itu selalu terlihat elegan laksana Ratu pada jaman dahulu dengan rambut di sanggul di atas kepala. "Istrimu tak berguna. Menenangkan bocah sekecil cucuku saja tidak becus."

"Mama..." Yunho menghentikan ucapannya melihat Ahra behenti dengan wajah pucat di tengah tangga.

Selama ini ibunya memang tidak menutupi ketidak sukaannya kepada Ahra, bahkan setelah lima tahun berlalu pun ibunya masih membenci wanita malang itu. Malahan terkesan semakin menjadi setelah kakaknya meninggal. Ibunya juga menyalahkan Ahra atas ketidak bahagiaan Il Woo karena beberapa kali gagal menikah. Yang pada dasarnya Il Woo lah yang lebih menyukai kehidupan bebas ketimbang hidup berumah tangga.

"Aku akan tetap membawanya ke dokter." ujar Yunho pada akhirnya. “Ahra, kau sudah mengambil tasmu?" Wanita itu mengangguk, wajahnya terlihat sedih yang hanya membuat Yunho merasa kasihan kepadanya.

"Cepatlah," ujarnya. Mengabaikan ibunya yang masih protes di belakang mereka. Yunho menunggu Ahra sebelum mereka berjalan keluar mansion.

"Ibumu masih tidak menyukaiku." ujar Ahra setelah mobil melaju keluar gerbang.

"Dia tidak menyukai siapapun selain kakakku." kata itu Yunho ucapkan dengan kering.

Ahra tahu itu. Meski ia tidak tahu mengapa kedua orang tua Yunho membenci pria baik seperti Yunho. Ahra merasa simpati, ia memang tidak mencintai Yunho, begitu juga sebaliknya. Namun hidup di bawah atap yang sama selama lebih dari lima tahun membuatnya memahami Yunho melehibi ia memahami kakak Yunho sendiri.

Il Woo adalah playboy yang terkenal di Busan. Sedangkan Jung Yunho pria polos yang baik.

Jung Il Woo dan Jung Yunho, keduanya adalah pria tampan yang di inginkan setiap wanita di sekitar kota. Namun lebih banyak wanita bodoh menyukai Il Woo ketimbang Yunho. Termasuk dirinya.

Il Woo adalah pria periang yang selalu mampu membuat semua orang tertawa. Di sukai banyak orang karena mampu mencairkan suasana dengan sikap cerianya. Murah hati bahkan soal uang pun pria itu selalu royal kepada semua temannya.

Namun, hidup dalam kasih sayang orang tua yang berlebihan, uang berkecukupan tanpa pernah merasakan penderitaan bagaimana rasanya mencari uang membuat pria itu seakan tak menghargai arti sebuah harta dan pengorbanan.

Il Woo terlalu menggap remeh semua masalah. Karena bagi pria itu masalah akan selesai hanya dengan uang dan kedudukan ayahnya. Masalah akan terselesaikan dengan sendiri hanya dengan mengadu pada kedua orang tuanya.

A Snowy WinterKde žijí příběhy. Začni objevovat