Bab sepuluh

9.5K 1.1K 93
                                    

※A Snowy Winter※
.
☆Sherry Kim☆
.

Jaejoong duduk tak nyaman di kursinya mendapati Mr. Jung mendiamkan dirinya setelah mengundang Jaejoong ke sini. Pria itu hanya mempersilahkan Jaejoong untuk duduk lalu mengabaikan dirinya tanpa mencoba membuka percakapan.

Jaejoong berdeham. Mencoba menarik perhatian Mr. Jung. "Jika tidak ada yang ingin Anda bicarakan, saya ingin undur diri. Sudah malam dan...."

"Duduklah. Aku hanya sedang berpikir dari mana aku akan memulai." Mr. Jung mengangguk ke sofa yang baru saja Jaejoong tinggalkan.

Jaejoong mendesah lalu duduk kembali meski enggan. Menangkup tangan di pangkuan dan mencoba mendengarkan sekali lagi. Keheningan kembali terasa namun tidak bertahan lama.

Mr. Jung berdeham sebelum mulai bicara. "Kami sudah memutuskan sebuah kesepakatan."

Kening Jaejoong berkerut karena terkejut. "Tanpa persetujuan dariku?"

"Dengan persetujuan Kakakmu. Tentu saja." Mr. Jung meralat.

"Yang kalian bahas di sini adalah tentang aku dan putraku. Bukan putra Kakakku."

"Kau belum mendengar keputusan apa yang kami sepakati, Nak. Harus kah kau memprotes tanpa tahu kesepakatan apa yang kami ambil."

Jaejoong mengigit lidahnya sendiri. Pria itu benar. "Aku mendengarkan." ujarnya angkuh.

Seulas senyum muncul di bibir tua Mr. Jung melihat pria yang duduk di hadapannya, tak sabaran. "Kita akan membesarkan mereka bersama sampai mereka dewasa dan memberi mereka hak penuh untuk memilih ingin tinggal dengan kalian atau dengan kami di usia mereka delapan belas tahu . Dengarkan dulu penjelasanku sebelum kau protes." Mr. Jung mengingatkan saat Jaejoong berniat bersuara.

Lengan pria itu di lipat sedimikiaan rupa di atas meja mahoni mengkilap itu. Menatap Jaejoong dengan mata tua yang entah mengapa membuat Jaejoong merasa tidak nyaman.

Ada sesuatu dalam tatapan itu yang tidak mampu Jaejoong bantah meski ia berusaha untuk mencoba melawan. Jiwa kepemimpinan pria itu telah mendarah daging serta mampu mempengaruhi semua orang dengan hanya mendapat tatapan tajam itu. Termasuk dirinya.

"Sampai saat itu tiba. Kalian bisa membesarkan putra kalian bersama jika ingin."

"Tunggu." Jaejong mengangkat tangan. "Kau tidak bermaksud meminta kami untuk tinggal bersama bukan. Jangan harap!"

"Itu ide bagus jika kalian ingin. Tapi tidak," senyum Mr. Jung mengembang karena geli. "Kau tidak ingin hidup bersama putraku, aku tahu. Dan meskipun Yunho masih berharap padamu, kau tetap tidak ingin memikirkan kembali tawaran putraku. Kakakmu mengatakan seperti itu, bagaimana menurutmu? Atau kau sudah berubah pikiran dan bersedia menikah dengan Yunho."

Jaejoong mendengus jijik. "Aku sependapat dengan Kakakku dalam hal ini. Tidak!" Keangkuhan itu membuat Mr. Jung mengulum senyum. Sikap pembangkak Jaejoong terlihat jelas di wajahnya. Benar apa kata Yunho tentang pria ini. Tidak mudah untuk menaklukan Jaejoong.

Namun di balik sikap keras kepala serta keangkuhan itu Mr. Jung yakin, ada kasih sayang serta cinta yang besar sebagai gantinya bagi orang yang telah memenangkan hati Jaejoong. Putranya pernah mendapatkan itu, yang sayangnya telah ia dan istrinya hancurkan.

Mr. Jung kembali berdeham. Rasa bersalah terhadap pria itu lah yang membuat ia berbaik hati untuk tidak mengambil hak asuh cucunya dari pria itu. Ia bisa saja mengambil cucunya dengan sangat mudah, kekuasaan memberinya banyak hal yang menguntungkan terlebih masalah hukum.

Penghalang terbesar di sini adalah Yunho. Putranya bersikeras untuk menyanggupi apapun keputusan Jaejoong meski ia harus melepaskan putranya untuk tinggal dengan pria itu, dengan syarat Yunhi bisa menemui mereka kapanpum ia mau. Mr. Jung sendiri tidak ingin membuat Yunho marah yang bisa berakibat ia kehilangan putra satu satunya yang ia milikki sekarang.

A Snowy WinterWhere stories live. Discover now