Bab Tiga Belas

10.1K 1K 76
                                    

※A Snowy Winter※

A Story By :
☆Sherry Kim☆

.

Jari telunjuk Jaejoong bermain main dengan bibir bawahnya. Seulas senyum tersunging mengingat apa yang sudah terjadi di antara ia dan Yunho beberapa hari lalu. Meski kejadian itu sudah berlalu namun ia masih bisa merasakan bibir Yunho di bibirnya, menari indah dan masih sama memabuk kan seperti yang Jaejoong ingat.

Jaejoong mendesah. Menyandarkan kening di meja dan bergumam tidak jelas tentang kemana perginya pria menyebalkan itu beberapa hari terakhir ini sampai tidak datang menemui mereka. Sebagian diri Jaejoong masih menolak pria itu, namun ia mengakui sebagian dirinya menginginkan Yunho. Hanya saja, setatus pernikahan itu masih menghantui Jaejoong dan ia tidak ingin menyakiti Ahra jika ia bersedia menerima lamaran Yunho.

Tidak. Pria itu belum melamarnya secara resmi, tapi entah mengapa ia mengharapkan Yunho melamarnya segera dan tentu saja Jaejoong akan menolak.

Senyum jahil muncul di bibir Jaejoong memikirkan hal itu. Ia akan membuat Yunho bertekuk lutut menyembah di kakinya sebelum menerima pria itu. Itu pun jika Yunho melamar.

Jaejoong menggeleng takjub. Apa yang ada di otaknya sampai berpikir demikian. bagaimana mungkin ia bisa membayangkan hal yang musahil terjadi di antara mereka. Ia tak habis pikir.

"Kenapa dengan ibu kalian?" bisik Heechul. "Kerasukan setan? Atau hantu dari mana?"

"Jongie Umma bilang. Dia sedang galau." jawab Minguk polos.

Kepala Jaejoong terangkat dengan gerakan cepat. Mengejutkan tiga pasang mata di depannya. "Kau panggil aku apa? Dasar kau anak nakal."

Minguk beringsut ke sisi Heechul, bersembunyi. "Minguk Hyung tidak nakal. Papa bilang mulai sekarang, kita harus memanggil Appa dengan panggilan Mama Jongie."

"Buang kata terakhirmu itu nak. Cukup dengan Mama saja sudah bagus." Heechul memberi saran.

"Nama Mama adalah Kim Jaejoong, kenapa mereka memanggil Mama Jongie?" Minguk mengintip Jaejoong dari balik lengan Heechul.

"Panggilan sayang dari kakek kalian, seperti kami memanggilmu Kukku."

"Kukku Hyung tidak menyukai nama itu." Manse memberi tahu. "Dia bilang itu seperti suara ayam."

"Itu kan ulangmu," tuding Jaejoong ke pada putra bungsungnya. "Kau memanggil Hyung mu dengan panggilan Kukku, ketika lidah mungilmu belum bisa memanggil nama Mingguk Hyung."

Manse menggoyangkan lidah sejenak untuk memeriksa lidahnya. Lidah mungil? Apakah lidahnya masih mungil sekarang. "Lidah Manse sudah panjang, bisa memanggil Minguk Hyung."

"Apa yang kalian bicarakan?" Suara yang tidak asing itu mengejutkan Jaejoong sampai pria itu hampir melompat dari kursi yang di dudukinya. Pria itu menatap Yunho dengan mata menyipit garang.
"Kau mengejutkan kami, dan kenapa kau kemari?"

"Menemui kalian, tentunya."

"Kami tidak terkejut." jawab Heechul dari tempat duduknya, masih menikmati segelas Mocca dengan sikap santai yang tidak menipu Jaejoong. "Kau saja yang melamun, entah apa yang kau lamunkan sampai terkejut dengan kehadiran Yunho. Kalau tidak salah aku mendengar nama Yunho di sebut."

Yunho memperhatikan Jaejoong yang memalingkan wajah, pria itu tidak berani menatap kearahnya dan memilih menyibukan diri dengan makan siang kedua putra mereka yang belum habis.

"Aku tadinya berniat mengajak kalian makan siang, sepertinya kalian sudah makan."

"Kami baru saja makan Papa," Mengamati ayah mereka, Minguk bertanya. "Dimana Daehan Hyung?"

A Snowy WinterWhere stories live. Discover now