Kamu, Perempuanmu, dan Perempuanku

126 21 3
                                    

Meski tercipta setelah Adam
Tiadalah kehidupan sejati tanpa dirinya
Meski hanya dari sebuah tulang rusuk yang bengkok
Pesona raganya tiada tertandingi.

Ketika riak tangisnya pertama kali menyapa jagad raya
Ribuan syukur menyambut hadirnya
Semua orang ingin mencumbunya
Merangkul hawa bahagia yang ia haturkan dari surga.

Ketika beranjak remaja
Peri-peri menyepuhnya dengan kecantikan
Matanya berpijar bak lentera menjelang senja
Senyumnya bak torehan indah di rupa bulan
Dan ketika bertutur
Suaranya mengalun seindah kicauan burung di pagi hari

Ketika beranjak dewasa
Ia akan gelegarkan suara hati
Bahwa dalam takdir ia tak harus selalu jadi yang kedua
Bahwa dalam takdir ia bukanlah sekadar pelengkap
Dan bahwa dalam takdir, ia tak ingin disakiti

Namun ... dibalik semua itu ia sadar
Sejatinya ia seorang pendamping
Bagi prianya tuk merengkuh tawa dunia
Hingga tentram di keabadian.

Kamu, perempuanmu, dan perempuanku
Berbanggalah, tersenyumlah, dan indahkan citramu
Karena pada akhirnya derajatmu akan dtinggikan tiga kali lipat
Ketika menjadi seorang Ibu
Subahanallah, sungguh kemuliaan yang tiada pernah menghinggapi kami
Para kaum Adam

Makassar, 08 Maret 2016

***

*Puisi ini lolos sebagai kontributor lomba cipta puisi bertajuk Perempuan dalam Aksara yang diadakan oleh group Sajak-Sajak Anak Negeri bersama Penerbit Rumah Kita. Kemudian diterbitkan secara indie dengan buku berjudul "Perempuan Dalam Aksara" ; April 2016.

Senandung Dawai HatiWhere stories live. Discover now