Ch.1: SMA Pelita

3.2K 199 11
                                    

Vampir. Begitu sebutan mereka bagi kami.

Kami dilahirkan dengan organ tubuh yang unik. Kami hanya bisa mendapatkan nutrisi melalui darah manusia tanpa bisa memakan makanan lain, seperti halnya seekor singa tidak dapat mengenyangkan perutnya dengan rumput. Kami memburu manusia.

Ya, kami adalah predator alami bagi manusia.

Vampir tidak diketahui sejak kapan, darimana asal dan awal mulanya mereka ada. Vampir tersebar di seluruh dunia. Mereka menyebut kami dengan berbagai nama. Kami ada dalam berbagai legenda dan kisah-kisah kuno. Kami adalah vampir.

_________________________________________________________

Senin pagi. Cuaca yang mendung membuat pagi kali ini terlihat sedikit suram.

Seberkas sinar matahari tipis menelusup melewati gumpalan awan abu-abu. Sinar itu menyinari sepetak daerah perumahan dibawahnya, kemudian jatuh menimpa sebuah pohon cemara di pekarangan rumah. sebagian cahaya itu berhasil melewati sela-sela daun cemara yang tipis dan berakhir membuat berkas-berkas cahaya kuning di jendela kamarku.

"Sudah pagi, Rei. Kenapa kau masih tidur jam segini?" suara ibu dari pintu kamar membuatku setengah terbangun.

Ibu berjalan menuju kasurku dan membuka lebar-lebar jendela disebelahku, membuat berkas-berkas cahaya di jendela tadi jatuh tepat menimpa mataku. Aku mengernyitkan muka karena terkena cahaya terang. Aku segera bangun dari tidurku dan duduk dipinggir kasur.

"Ibu, kan silau. Kenapa ibu buka lebar-lebar sih, jendelanya?" gumamku sambil duduk menggosok mata.

"Kamu ini. Ini hari pertamamu sekolah, lho. Kalau telat di hari pertama gawat kan." gumam ibu menunjuk jam dengan spatula yang entah sejak kapan ibu pegang. Jam kucing berwarna putih di dinding kamarku menunjukkan jam setengah tujuh. Ibu hanya menatap kamarku sejenak ebelum beranjak pergi. Sepertinya ibu sedang menyiapkan sarapan di dapur. Tercium samar-samar aroma telur dari luar pintu.

Aku beranjak ke kamar mandi. Kubuka keran wastafel dan mengambil sabun muka. Setelah memcuci muka, aku mengambil sikat gigi dan mengoleskan odol disitu.

Kutatap pantulan wajah yang tercermin di cermin wastafel. Rambut lurusku yang hanya sepanjang leher terlihat acak-acakan. Ujungnya mencuat kemana-mana seperti habis kena angin tornado skala 5. Untungnya rambutku cukup dirapihkan dengan tangan. Inilah sebab aku memotong pendek rambutku. Males nyisir!

Setelah mandi, aku memakai baju baruku. Baju putih abu-abu khas SMA. Baju putih lengan pendek. Lalu rok abu-abu selutut. Aromanya masih tercium seperti baju baru. Eh, ini memang baju baru ya. Kusiapkan beberapa buku dan kotak pensil kedalam tasku. Lalu rambutku yang hanya seleher itu kuikat kebelakang. Setelah semua siap, aku duduk dikasurku.

Aku duduk melamun sejenak di kasur. Ini hari pertamaku sekolah, ya. Memulai tahun ajaran baru di sekolah baru... Rasanya seperti nggak ada hal yang spesial. Bahkan nggak ada perasaan berdebar dan senang karena sudah jadi murid SMA seperti sikap anak-anak normal lainnya. Aku mengusap rambutku malas.

Aku kan, bukan anak SMA 'normal'.

Itu benar. Aku adalah salah satu vampir yang hidup diantara manusia. Di indonesia ini, seperti halnya negara lain, jumlah vampir yang ada hanya sekian persen dibanding jumlah manusia. Tapi itupun hanya dihitung dari jumlah vampir yang legal, belum memikirkan vampir ilegal disini.

Biar kujelaskan sedikit. Spesies vampir hingga akhir abad 19 hanyalah keberadaan yang menjadi musuh manusia. Kami hidup bersembunyi dan memburu manusia diam-diam. Kami membunuh manusia di malam hari dan menimbulkan teror dimana-mana. Singkatnya kami seperti vampir yang ada di legenda-legenda yang biasa dibaca di novel-novel horor.

Tapi karena dorongan zaman, perlahan-lahan kami mulai berbaur dengan masyarakat normal. Kami mengurangi korban yang kami timbulkan agar tidak menarik perhatian. Kami memenuhi kebutuhan kami dengan jual-beli darah tanpa harus membunuh manusia. Lama-kelamaan vampir makin berani muncul di publik, lalu mulai muncul organisasi pembela vampir, dan hal aneh lainnya.

Akibatnya, karena hak asasi vampir (sumpah, aku ingin tertawa) dibentuklah undang-undang baru di indonesia. kini vampir dianggap sebagai penduduk resmi dan diperlakukan selayaknya manusia biasa. Kami mendapat hak khusus seperti jual-beli darah untuk kebutuhan kami. Hak-hak kami pun dilindungi. Sebaliknya kami pun hidup damai tanpa menimbulkan cekcok.

Nah, vampir-vampir yang patuh hukum tadi disebut vampir legal. Tapi ada beberapa vampir kolot yang menolak hidup nyaman dengan masyarakat dan minum darah dengan meninggalkan puluhan kasus pembunuhan. Mereka ini disebut vampir ilegal. Mereka tidak terdata di pemerintah dan dianggap kriminal. Mereka biasa tinggal dibawah tanah, dan mencari penghasilan lewat hal2 ilegal. Mungkin seperti mafia atau yakuza saperti di film-film, entahlah, aku hanya mendengarnya dari berita tv atau novel-novel.

vampir legal biasanya tidak mau berurusan dengan vampir ilegal, walaupun sama-sama vampir, demi kenyamanan mereka sendiri. Siapa sih yang mau berhubungan dengan kriminal pembunuhan walaupun itu saudara sespesiesnya?

Aku beranjak dari kasur dan mandi dengan buru-buru. Sepertinya aku melamun terlalu lama. Selesai mandi aku segera menuju dapur. tercium aroma telur goreng dan teh.

"Kau sudah siap berangkat sekolah?" suara ayah muncul dari balik koran yang ia baca.

"Mmm... Aku mau sarapan." jawabku sekedarnya sambil membuka kulkas untuk mengambil kantong darah.

"Cepat minum darahmu. Sebentar lagi kamu harus berangkat." jawab ibu sambil menuangkan telur dadar ke piring ayah.

Oh iya, ayah dan ibuku sebenarnya bukan orangtua asliku. Aku diadopsi pada umur 10 tahun saat ibu kandungku meninggal. Aku tidak tahu ayah kandungku. Tapi karena ibu kandungku manusia, jadi aku pasti mendapat gen vampir dari ayahku.

Orang yang melihat ayah dan ibu angkatku pasti tidak akan mengira aku seorang vampir. Ini menguntungkan karena di indonesia vampir masih didiskriminasi dan dibenci. Mereka masih dianggap pembunuh dan merugikan manusia. Karena itu, mayoritas vampir tetap menyembunyikan identitasnya. begitu juga aku.

***

mobil ayah menelusuri jalan raya dengan kecepatan sedang. Aku memandangi pohon dan gedung-gedung diluar yang berkelebat agak cepat. Sekolah baruku terletak dekat dengan pusat kota yang padat. Dan, sekolahku adalah sekolah favorit nomor satu di provinsiku.

Aku tidak mau sombong, tapi bisa masuk sekolah top seperti ini benar-benar keren. Bayangkan apa reaksi teman-temanku di smp. Smpku termasuk smp yang biasa, dan aku juga bisa dibilang murid yang biasa saja. Tapi bisa masuk sma pelita... Aku tersenyum sendiri. Terlihat mobil ayah sudah masuk area sma. Aku segera turun dan mendekati ayah.

"Yah... Sebisa mungkin hindari masalah di tahun pertamamu." Ucap ayah. Dia pasti sedang cemas anak angkatnya yang seorang vampir memasuki lingkungan yang baru dan asing, dimana mayoritas orangnya membenci vampir. aku mengangguk dan melewati gerbang dengan semangat sekolah yang mulai tumbuh.

sayangnya, semua tidak berjalan sesuai perkiraanku.

***

Aku berjalan diatas paving block sekolah sambil menggumamkan sebuah lagu. Aku terus berjalan dengan riangnya, tanpa menyadari betapa sunyinya jalanan didepan sekolah. Tak pernah terpikir olehku kenapa tidak ada murid yang kutemui didepan sekolah.

Tepat saat aku berjalan mendekati gerbang, aku merasa ada yang tidak beres. Aku menengok sekitar. tidak ada satu muridpun, padahal ini hari pertama sekolah. Gawaat. Apa aku terlambat? Bukannya ini baru jam 6.45?? Sekolah kan masuk jam 7.15... Aku terus berjalan sambil merasa was-was.

Tepat saat aku melewati gerbang, aku melihat pemandangan yang mengesankan.

kulihat barisan besar murid-murid memakai baju warna-warni dan topi-topi yang terlihat konyol. Dileher mereka tergantung sekian banyak barang-barang aneh. Terlihat beberapa murid lain yang memakai baju OSIS berteriak-teriak memarahi para murid berbaju aneh itu. Sekian detik, aku terpana bingung.

Deg! Aku langsung tersadar. Hari ini MOS!!

Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now