Ch. 20: Kenangan Buruk

189 22 1
                                    

"Nadia teh kenapa? Takut sama video teror tadi? Maaf ya..." Beberapa anak kelas khawatir-khawatir mendekat.

"Isokey. Aku... Mungkin cuma perlu nenangin diri aja ini mah." Nadia sudah tersenyum, meski dengan bibir pucat.

"Gitu? Maaf banget ya. Serius." ucap anak bernama Ziq yang memutar video tadi. Namun Mika tetap mendelik padanya.

"Ke UKS mau ga?" Kirana menatap khawatir. Nadia mengangguk sungkan. Mungkin kelas yang berisik tidak nyaman untuknya.

"Kita anter gimana?" Ucapku cepat. "Paling deket UKS gedung B. Kita kesana aja, ya?" tanyaku padanya.

Aku, Mika, dan Kirana ramai-ramai mengantar Nadia ke UKS gedung B. Sampai sana, aku membuka pintu UKS dengan kunci yang kupegang. Setelahnya Nadia hanya duduk di atas dipan.

"U okay, beb?" tanya Mika pelan.

"Kurasa aku perlu cerita ke kalian soal yang tadi," ucap Nadia setelah beberapa saat mulai menggapai lagi kontrol dirinya.

"Jadi, dulu waktu kecil... Aku pernah, err, diculik sama organisasi kriminal vampir." Nadia menghela napas.

"Mereka semacam... Organisasi perdagangan manusia. Tapi polisi berhasil menggerebek penculikan itu."

Aku terkesiap. Vampir ilegal, agar bisa mendapatkan suplai darah manusia, seringkali melakukan perdagangan manusia. Aku sering membacanya.

"Em. Jadi... Makanya..." Ucapan Nadia tersendat.

"Hei," ucap Kirana mengusap tangannya. "Kalo kamu nggak nyaman, gapapa gausah diceritain."

Nadia mengangguk berterimakasih. "Kalau aku denger apapun soal vampir, jujur aku sering jadi panik. Nggak bisa dijelasin... Kayak, takut aja gitu." Nadia tertawa lemah.

"Ya, wajar kok," ucap Sera dengan pelan. "Semua orang pasti kayak gitu kalau dihadepin sama peristiwa macem itu."

Nadia tersenyum. Mika merangkul Nadia dengan santai. "Kamu istirahat aja dulu disini."

Bersamaan dengan itu, bel kelas berbunyi. Kami harus segera masuk kelas.

"Nad, aku ama yang lain balik dulu ya." Ucap Kirana.

"Iya, aku mau bolos MTK nih, mumpung." Nadia tertawa. Sepertinya ia sudah sedikit tenang.

"Kita tinggal, ya?" Kami menepuk bahunya dan beranjak keluar satu persatu setelah menghibur Nadia. Aku hanya diam, beranjak paling terakhir. Setelah itu aku pun berdiri mengikuti yang lain ke kelas.

Baru saja aku akan berbalik, kurasakan tarikan pelan di belakang bajuku. Aku menoleh. Nadia menahan langkahku dengan tangannya.

"Emm, Rei... mau temenin aku di sini nggak?"

Aku menatapnya, lalu menoleh ke Mika  yang masih di ambang pintu.

Mika mengacungkan jempol paham. "Santai guys, nanti aku bilangin Pak Gustav kalian berdua sakit perut." 

Aku tersenyum pada Mika yang pengertian. Setelah berkata begitu, dia meninggalkan UKS dan menyisakan aku dan Nadia di ruangan berdua.

"Hehe... Kalo dipikir aku ga berani sendirian. Maaf ya?" balas Nadia.

Aku tertawa. "Gapapa kok. Lagian simbiosis mutualisme, aku juga bisa bolos MTK nih."

Aku duduk di kursi sebelahnya, tak tahu harus berkata apa. Rasanya aku tidak pantas ada di sini bersamanya. Karena aku adalah vampir. Entitas yang menjadi sumber ketakutan Nadia. Jujur, informasi baru soal traumanya membuatku makin canggung berada di dekatnya.

Walau begitu, aku tetap bertanya memastikan.

"Kamu baik-baik aja kan sekarang? Ada yang bisa kubantu?" tanyaku.

"Nggak, kamu nemenin aku gini aja udah gapapa." Nadia menggeleng dan meraih tanganku. Kedua matanya menatap lantai. 

"Kamu tahu, aku tadi langsung keinget yang enggak-enggak... Mereka nyekap aku selama dua minggu dulu. Sebelum polisi datang. Aku nggak mau inget itu lagi."

Aku langsung memegang punggung Nadia dengan simpati. Aku nggak tahu apa yang sudah dia alami, tapi aku tahu dia menderita. Perasaanku yang biasanya ingin meledak saat dekat-dekat dengan Nadia terkalahkan oleh rasa cemas. Kugenggam tangannya, yang dibalasnya dengan balik memegang erat lenganku.

Aku menghela napas pelan. Hal terakhir yang paling tak ingin kulakukan adalah melukainya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now