Ch.12: Haus Darah -part 4

1K 99 7
                                    



Sepertinya ini benar-benar akhir dari pelarianku.

Aku berpikir seperti itu seraya memunggungi tembok dengan pasrah. Suara langkah-langkah kaki yang bergema di koridor seolah menghitung mundur waktuku disini. Tak ada lagi jalan lari. Aku menghela napas. mereka adalah teman-teman yang baik. Aku benar-benar tidak rela persahabatan ini akan berakhir dengan menyedihkan seperti ini.

Sayangnya, kali ini perkiraanku salah lagi.

Tiba-tiba pintu UKS bergeretak terbuka. Hawa seseorang dibelakangku membuatku refleks menoleh. begitu menatap kearah pintu UKS, mataku langsung menangkap seorang murid yang memakai pakaian cewek, tapi berambut pendek seperti cowok.

Kak Anggra. Jantungku mencelus.
Disana, Kak Anggra berdiri memegang daun pintu dengan tatapan yang sulit dibaca. Gestur tubuh dan air mukanya begitu mengintimidasi, seolah kaget melihatku disini. Aku sendiri juga kaget melihat kak Anggra.

Kenapa Kak Anggra ada disini?

Dari belakang, suara Mika dan yang lain terdengar makin dekat, memaksaku untuk refleks bergerak. Sebelum aku bisa berkata sesuatu, tiba-tiba Kak Anggra menarik paksa tanganku.

"Masuk." Ucapnya cepat.

Aku hanya bisa patuh diseret kedalam UKS seperti ternak yang dicucuk hidungnya. Entah apa yang akan dilakukan kakak super tomboy ini padaku, aku pasrah saja. Kak Anggra langsung menutup pintu UKS dengan pelan. Setelah itu dia berdiri diam di depan pintu. Punggungnya menyandar pada pintu seraya Kak Anggra mendengarkan suara dari luar lamat-lamat. Terdengar suara tapak kaki Mika yang sampai di belokan koridor UKS.

"Lho? Koridornya buntu tuh?" Ucap Mika dari luar UKS.

"Aku beneran lihat Rirei kesini kok! Itu tuh! Mungkin dia ke UKS itu?" Nadia menyahut lagi. Kali ini tebakannya benar.

Terdengar suara pintu UKS berusaha dibuka. Tapi Kak Anggra sudah mengunci pintu UKS dengan pelan sambil menahan gagangnya. Aku menahan napasku dengan perasaan tegang.

"Kekunci tuh! Kali kamu salah liat Nad?" Ujar Mika.

"Lhoo? Aku beneran lihat orang jalan kesini kok, serius!" Sahut Nadia tak percaya.

Mereka berempat saling tatap dengan pandangan horor.

"Ya udahlah, kita ke kantin aja, siapa tahu Rirei udah duluan kesana." Kali ini Kirana menjawab cepat.
Terdengar suara-suara setuju dan terdengar bunyi langkah kaki berjalan cepat menjauhi koridor.

Kuhela napasku dengan pelan dan penuh rasa syukur.
Aku batal mati.

Kak Anggra melepas pegangannya dari pintu dan menghela napas. Aku jadi ikut rileks melihat Kak Anggra menghela napas. Tapi kemudian, kak Anggra menatapku dengan tatapan serius. Oh sial, kurasa dia memang curiga soal mataku. Aku hanya bisa menunduk dalam-dalam. Kira-kira Kak Anggra bisa dikibulin nggak ya, kalau aku bilang aku lagi pakai softlens warna merah?

Pertanyaan bodoh.

Aku hanya bisa berharap kak Anggra bukan tipe kakak kelas yang suka nge-bully, seperti kerumunan kakak kelas berotak udang yang kutemui saat MOS kemarin. Kuharap dia nggak akan membocorkan hal ini pada siapapun, tapi kurasa itu nggak mungkin...

"Kenapa lo nggak minum darah sampe-sampe mata lo bisa merah gini? Apa yang lo pikirin sih!?"

...Eh?

Heh? Apa? Aku mendongak menatap Kak Anggra yang balas menatapku tajam. Aku pun tak yakin dengan pendengaranku barusan, tapi masih belum berani bicara. Kak Anggra mengusap dahinya kesal melihatku, dan berjalan menuju kulkas yang ada di ruang UKS. Dia merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kunci, dan membuka gembok yang ada di kulkas dengan kunci itu.

Dari dalam kulkas, tumpukan pil-pil dan botol-botol obat menguarkan aroma obat yang mengingatkanku dengan aroma rumah sakit. Setelah itu Kak Anggra langsung membuka freezer kulkas dibawah lirikan-lirikan ingin tahuku. Didalam freezer terlihat tiga-empat kantong darah berwarna merah. Plastiknya berwarna keputihan karena tertutup lapisan es, tapi dibalik itu masih jelas terlihat cairan merah pekat yang memenuhi kantong itu.

Mataku langsung membulat. Kantong darah? Kenapa ada kantong darah disini?

"Minum." Tiba-tiba kak Anggra menyodokkan satu kantong darah padaku. Aku hanya mematung. Apa Kak Anggra salah-satu murid yang tahu soal kejadian MOS kemarin? Deduksi berseliweran di kepalaku.

"Cepet hilangin dulu mata merah lo itu. Lo ngerti kan semua orang tahu itu tanda kalo lo vampir?" Ucap Kak Anggra menyorongkan lagi kantong darah ditangannya. Aku menurut dan meraihnya. Kubaca sekilas, di keterangannya tertulis: tipe darah O. Darah dingin itu segera kuteguk, penuh rasa lapar, namun aku hanya bisa meminumnya dengan hati-hati sementara Kak Anggra terus melototiku tajam seolah aku ini pencuri yang tertangkap basah maling mangga.

Beberapa saat kemudian jatah darah dalam genggamanku habis, menyisakan sebuah kantong darah kosong dan puluhan pertanyaan tentang siapa sebenarnya Kak Anggra ini. Apa mungkin Kak Anggra disuruh oleh Pak Yudi, guru ramah-vampir itu untuk mengawasiku? Itu menjelaskan kenapa dia tahu keadaanku dan bisa mengakses tempat kantong darah berada.

"Gua juga vampir."

...Heh?

Aku mengerjapkan mata. Sedetik. Dua detik.

"HAAAAAH!!?"

Mulutku ternganga. Kak Anggra...!?

______________________________________________

I've come back, folks~~!

maap udah kabur selama 3 bulan, huehehehe... *Digebukin massa*

ya, author kan udah kasih peringatan kalo author suka ngaret di awal cerita, jadi jangan salahin saya dong :v *dibunuh massa*

untuk selanjutnya, author akan mencoba untuk tidak ngaret lagi :v bagi yang sudah bertahan dengan author yang kayak gini, makasih banyak ya :')

Lalu, tiba-tiba Anggra-senpai mengaku kalau dirinya vampir!! apakah Rirei akan mepercayai kalimat kak Anggra? apa yang akan terjadi selanjutnya? nantikan kelanjutannya 4 bulan lagi!! //plak

Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now