Ch.10: Haus darah -part 2

1.2K 113 6
                                    

Akhirnya setelah 3 jam dikelas melakukan entah-aku-ngapain-aja tadi, bel istirahat berbunyi. Suara belnya menyadarkanku yang sedang melamunkan seperti apa rasa roti bakar kalau dioles dengan darah.

Akhirnyaa. Aku pun membuka tasku dengan semangat untuk segera meminum 'bekal' makanku yang berupa pack darah. Biasa aku meminumnya di kamar mandi.

Kuaduk-aduk isi tasku yang campur aduk itu. Beberapa detik aku berkutat di tas bagian depan, nggak ketemu, kucari tas bagian belakang.

"Lah...?" Perlahan wajahku berubah cemas, lalu pias. Aku baru ingat, tadi pagi meninggalkan bekal yang sudah disiapkan oleh ibu.

"Yang bener aja..."

Aku memukul meja kesal. Sudah nggak makan malam, nggak sarapan, dan nggak bawa makan siang, seperti orang bodoh saja. Mana kemarin ada taekwondo yang menguras tenaga pula. Aku memijat kedua mataku yang panas. Mau jadi apa nanti nasibku dikelas selama seharian ini?

Di depan pintu kelas, Nadia memanggilku. "Riii... Ayo ke kantin! Tadi katanya laper."

"Iyaa." balasku sambil tertawa.

Laparku mana bisa dihilangkan di kantin. Sebenarnya aku nggak rela menguras tenaga lagi untuk pergi ke kantin, tapi apa boleh buat. Aku menghampiri Nadia yang sudah menunggu bersama Mika dkk di depan pintu kelas. Aku mengekor mereka berempat malas-malasan menuju kantin.

Di jalan, Kirana dan Sera bertengkar untuk kesekian kalinya lagi.

"Udah kubilang berkali-kali, kenapa kamu bawa Nintendo Switch kesekolah, Ser..!?" Ucap Kirana kesal.

"Terserah aku, kan! Ini switch juga punyaku, bukan punyamu." Balas Sera acuh tak acuh sambil menjauhkan konsol game pertabelnya dari jangkauan Kirana. Sepertinya dia kesal karena diganggu ditengah-tengah permainannya.

"Memangnya itu bisa jadi alesan, hah? Kamu kesekolah mau belajar atau ngegame, Sera!" Suara Kirana meninggi memarahi Sera.

Rasanya kayak ngeliat ibu dan anak.

"Udahlah Kir... maklumin aja si Sera." Ucap Nadia yang malah membela Sera.

"Mau jadi apa dia kalau gini terus? Ini juga buat kebaikan Sera sendiri, iya, kan Ri?" Tanya Kirana padaku. Sementara yang dibicarakan malah lanjut bermain PSP diam-diam.

"Yaah..." ucapku sambil menggosok-gosok mataku. Dari tadi mataku perih kenapa, ya?

"Tape entah gimana nilai kuisnya si Sera bisa diatas rata-rata walau nggak pernah keliatan belajar." Timpal Mika.

"...Agak ngeselin memang." Tambahnya. Aku hanya bisa mengangguk-angguk setuju.

Tapi akhirnya Kirana dan Sera tetap bertengkar memperebutkan PSP Sera. Aku hanya bisa menggeleng-geleng bersama Nadia dan Mika. kami berlima berjalan dengan santai ke kantin.

NYUUUT.

Aku tercekat dan hampir limbung. Lagi-lagi. Kepalaku seperti dicengkeram tangan tak terlihat.

Aku berhenti tanpa disadari oleh yang lain sambil memegangi tembok. Sebenernya ada apa, sih? Dari tadi mataku juga terasa panas dan perih.

"Agh...!" kepalaku sakit lagi. Aku mencengkeram kepalaku sambil memejamkan mata. Lalu, saat aku membuka mataku, penglihatanku menjadi kabur.

Apa-apaan ini?

Aku segera berlari diam-diam ke kamar mandi tanpa diketahui Nadia dan yang lain. Aku nggak mau mereka cemas. Ini terlalu serius. Aku menemukan kamar mandi tak jauh dari situ, dan masuk sana.

Seharusnya aku pergi ke poliklinik, tapi aku terlalu kaget, cemas dan takut gara-gara kejadian yang tiba-tiba ini. Di dalam kamar mandi aku segera menuju wastafel, jaga-jaga kalau aku tiba-tiba muntah atau apa.

Dan disitulah, saat aku tak sengaja menatap cermin di wastafel. Aku melihat keanehan di kedua mataku. Dimana seharusnya iris mataku berwarna cokelat gelap, sekarang berwarna merah darah.

"Hah..!?" aku menatap cermin dengan bingung.

Tapi perlahan kesadaranku terbentuk. Mata merah. Sakit kepala. Kelaparan. Pelan-pelan aku paham apa yang terjadi disini. Tubuhku terlalu kekurangan darah.

Aku sedang haus darah.

Saat vampir terlalu lama kelaparan tanpa meminum darah, vampir bisa memunculkan ciri-ciri fisik yang khas. Salah satunya mata yang berwarna merah. Hal ini dipicu kekurangan nutrisi yang terlalu banyak, apalagi jika kita habis melakukan aktivitas fisik yang berat.
Selain mata yang merah, pengaruh lainnya adalah penciuman yang lebih tajam, dan biasanya gigi taring akan berubah tajam. Kulihat gigi taringku juga mulai berubah secara lambat.

Ini gawat. aku harus kabur dari sekolah secepatnya sebelum ada yang melihatku. aku pun menghampiri pintu penghubung koridor kamar mandi dan koridor sekolah.

Sudah lama sekali aku nggak kelaparan seperti ini, sampai aku lupa ada keadaan yang seperti ini juga. terakhir yang bisa kuingat aku mengalami mata merah itu waktu SD kelas 1, waktu itu aku masih bandel dan nolak makan berhari-hari sampai mataku jadi merah.

...Oke, ini bukan waktunya mengenang masa kecil. Sekarang waktunya misi penyelinapan keluar dari sekolah.

Dan sebelum aku sempat keluar dari kamar mandi, terdengar suara Mika di depan koridor kamar mandi.

"Tadi Rirei pergi ke kamar mandi yang disini kan, ya?"

Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now