Ch.13: Haus Darah -part final

993 88 8
                                    

Istirahat sudah hampir berakhir saat aku dan kak Anggra masih diam saling tatap-menatap di dalam ruang UKS. Perkataan Kak Anggra barusan benar-benar menghabiskan kalimatku hingga aku tak yakin ingin merespon apa.

"Itu, seriusan Kak?" tanyaku ragu. Aku belum percaya dengan kakak yang baru kukenal sekali saat latihan taekwondo itu.

"Iya."

Aku hanya menatapnya dengan pandangan sangsi. Kalau kakak ingin mengejekku juga, maaf saja, aku tidak mau lagi. Sekarang aku tidak akan menurut dengan murid-murid yang membully-ku seperti dulu.

Kak Anggra menghela napas lagi seolah aku ini anak paling merepotkan seisi sekolah. Dia memejamkan mata sejenak sambil masih bersedekap, dan membukanya lagi. Aku pun menahan napas.

Dibalik kelopak matanya yang terbuka perlahan itu, Iris matanya berwarna semerah darah. Samar-samar, warna merah itu bercahaya dalam keremangan lampu UKS, seperti mata kucing saat malam. Salah satu sifat fisiologis yang telah menorehkan sejarah para vampir sebagai makhluk yang senang berkeliaran di malam hari selama ratusan abad, dan dalam berbagai mitologi di berbagai belahan dunia.

"Percaya sekarang?" Kak Anggra bertanya sambil menyeringai tipis. Aku terpaku, dan mengangguk. Dia mengamati ekspresiku, kemudian tertawa pelan menatap jendela. Diluar, samar-samar suara murid yang kembali ke kelas masing-masing dari kantin mulai riuh.

Ia menengokku lagi. Tatapan Kak Anggra kini menjadi lebih ramah. "Waktu awal masuk kemarin, gue dikasih tahu pak Yudi kalau ada seorang vampir diantara murid-murid baru. namanya Rirei Angkasa. Pak Yudi ngasih gue amanat buat ngejagain lo sebagai kakak kelas, dan sebagai sesama murid ber-ras vampir."

"Jadi... selama ini Kak Anggra udah tahu?" Tanyaku kaget.

"Iya, dari awal. Gue juga udah tahu soal kejadian sama pas MOS kemarin, walau gue dikasih tahunya telat, sih. Waktu itu lo udah terkapar di UKS pas gue dateng." Kak Anggra menjelaskan, mengusap-usap lehernya.

Aku menelan ludah, masih menatap kak Anggra. Bukan tidak percaya, tapi lebih ke menyadari kalau posisi kak Anggra yang bersedekap menyandar ke tembok dengan mata semerah darah, sangat keren. Dia sedang memandang jauh ke luar jendela yang ada disampingnya.

Nah. Aku jadi salfok dengan cewek ganteng satu ini. Tomboy-nya sudah keterlaluan.

Kak Anggra melanjutkan lagi, "Pokoknya, UKS ini udah dikhususkan buat kita. Pak Yudi yang ngebuatin ini sebagai tempat dimana kita bisa minum darah dengan aman. Ada kulkas buat nyimpen darah juga. Yang punya kuncinya cuma gue, dan lo juga."

"Pak Yudi yang ngebuatin..?" Aku menaikkan alis. Selain menyuruh Kak Anggra menjagaku, beliau juga menyediakan secara khusus ruang rahasia untuk kami. Sepertinya bapak itu benar-benar peduli pada kaum vampir, entah kenapa.

Aku tersenyum dengan perasaan lebih ringan. "Syukurlah. Ternyata Kak Anggra juga sama kayak saya. Kirain kakak bohong. Nggak disangka..."

"Gue juga nggak nyangka, tiba-tiba mata lo jadi merah kayak gitu. Kaget juga gue pas tau lo lagi dikejer temen-temen lo. Kirain lo udah ketahuan dan mau dirajam massal di tengah lapangan atau apa." Kami berdua tertawa. Ketegangan diantara yang ada kami tadi sudah mencair.

Lalu aku teringat sesuatu yang mengganjal pikiranku. "Oh iya, terus kok Kak Anggra bisa tahu ak... saya bakal pergi kearah sini waktu kabur dari temen-temen?" Tanyaku agak heran kenapa tadi tiba-tiba dia muncul jadi malaikat penyelamat seperti itu.

Kak Anggra memicingkan mata. "Itu cuma kebetulan aja, untung gue lagi di UKS tadi. Dan untung lo secara kebetulan lari kearah sini, ya. Kalau nggak, udah habis lo dari tadi."

Perkataan sinis itu membuatku merinding. Memang, aku ini benar-benar beruntung.

"Ya udahlah. Istirahat sebentar lagi selesai. Cepetan sana ke kelas sebelum temen-temen lo nyariin. Gue juga mau balik." Ucap Kak Anggra mengunci gembok pintu kulkas. Dia memasukkan kuncinya kedalam kantong roknya.

"Oh iya, kunci buat lo..." Kak Anggra seperti teringat sesuatu, dan meloyor ke arah laci-laci meja. Dia membuka salah satu laci dengan pelan, dan mengeluarkan sebuah kunci. Kuncinya memiliki gantungan kaca berbentuk bintang yang berwarna emas dan berhiaskan glitter. Aku langsung teringat dengan kunci milik kak Anggra sendiri. Kuncinya punya gantungan bintang yang sama, namun berwarna perak. Dia menyerahkan kunci itu ke tanganku yang setengah terulur dan beranjak pergi dari ruangan.

Kak Anggra menengok kearahku sebelum keluar dari UKS,

"Besok, jangan telat latihan lagi ya." Ucapnya sambil tersenyum.

Aku diam sebentar sebelum mengangguk. Akhirnya aku bisa bertemu dengan seorang vampir yang sepantaran denganku. Hal yang selalu kumimpikan sejak lama. Kuharap kami bisa menjadi teman akrab.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Itu bukan keberuntungan Ri, Tapi plot :v

Sebenernya, author pengen ngungkap identitas Anggra-senpai lebih lama lagi sampe dia dapet giliran tampil yang memadai. Kalo sekarang, rasanya chapter haus darah terlalu cepet buat muncul. tapi terlanjur, jadi ah, sudahlah. :"

Rirei pun mendapat teman sesama vampir di sekolahnya, para pembaca!

FUN FACT: kaum vampir itu bener-bener merahasiakan jati diri mereka, sampai Rirei sendiri belum pernah ketemu sama vampir asli lain dalam hidupnya. Selama ini, dia cuma tahu orang-orang sesamanya lewat berita tv, internet, maupun medsos.

...kesambet apa saya bisa update dalam waktu seminggu XD

Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now