Ch.8: Taekwondoin!

1.2K 122 7
                                    

Aku telaaaaat!!!

Aku berlari secepat yang kakiku bisa menuju lapangan timur.

Gara-gara mengantar Nadia tadi, aku jadi lupa waktu. Entah sudah berapa menit lewat, yang pasti aku khawatir jika aku terlambat latihan. Kulompati pagar semak-semak pendek didepanku dan memotong jalan lewat belakang gedung. Disitu aku menemukan toilet lama dan segera mengganti seragamku dengan seragam taekwondo. Tak lupa kuikat kencang rambutku agar tidak mudah lepas, kemudian aku berlari-lari kecil hingga lapangan timur.

Disana, lapangan terlihat ramai oleh puluhan anak yang menjalankan ekskul. Ada kumpulan anak-anak yang sedang melakukan passing voli, ada juga deretan murid yang berbaris di trek lari. Di ujung lapangan itu, aku menemukan kumpulan murid berbaju putih sedang berbaris sambil melompat maju-mundur entah melakukan apa. Aku segera berlari kesana.

Kuharap nggak ada yang sadar aku baru dateng.

Baru saja berpikir seperti itu, salah satu cowok diantara anak-anak taekwondo itu berjalan menujuku dari kejauhan.

"Heei!! Lo, cepatan lari kesini!" teriak cowok bersabuk warna hitam itu sambil bersedekap kearahku.

Sial. Aku segera menambah kecepatanku dan sampai didepan cowok itu sambil terengah-engah.

"Kok baru dateng? kayaknya muka lo nggak pernah gue liat. Kelas sepuluh ya?"

"Maaf kak... Tadi... Ada urusan sama temen. Terus hari ini saya piket..." Jawabku patah-patah berusaha menetralkan nafasku.

"Ooh. Oke, oke, nggak masalah. Kayaknya lo bukan tipe pemalas yang cari-cari alasan karena telat. Namanya?"

"Rirei, kelas 10 IPA-3."

"Oke, Rirei! Gue lihat lo udah pake seragam taekwondo sebelum disuruh. Gue suka semangat lo! Tapi berhubung lo telat, lo harus pemanasan sendiri." Ucap kakak itu.

"Nanti ada senior yang bakal bimbing... OI! ANGGRA! SINI!" Kakak itu meneriaki salah-satu cowok bersabuk merah di barisan. Yang dipanggil menyahut dan berjalan kearah kami.

Dia menengok lagi ke arahku. "Lo bakal dibantuin si Anggra. Gue mau lanjut ngelatih yang lain."

"Betewe, gue Hendrik, ketua ekskul, dan sabuk hitam," kakak itu dengan bangga menunjuk sabuk hitam dipinggangnya. Setelah itu kak Hendrik kembali kedepan barisan murid lain. Cowok yang dipanggil Anggra tadi mendekat sambil tersenyum padaku.

"Nama gue Anggra." Kakak itu mengulurkan tangan. Aku diam menatap kakak itu sejenak.

"Rirei, kak. em..." Aku memperhatikan kak Anggra.

Kok, rasanya suara kakak ini agak...

"Gue cewek, kalo lo pengen tahu."

Cewek?? Aku terperangah. Suaranya memang terlalu feminin untuk ukuran cowok, tapi rambutnya nyaris cepak begitu. Dadanya juga... Rata? Kuperhatikan lagi kakak itu baik-baik. Mukanya memang 'tampan' karena rambutnya yang super-pendek. Ekspresinya juga manly. Tapi sekilas kulihat garis-garis feminin di wajahnya.

Kakak itu tertawa melihat wajahku. "Nggak apa, gue sering dikira cowok kok. Udah, daripada lo melongo kayak orang bloon gitu mending mulai pemanasan."

Setelah berkata begitu, kak Anggra mulai meregangkan tangannya diikuti hitungan 1-8. Aku mengikutinya sambil melirik-lirik kak Anggra.

"Apa alesan lo masuk taekwondo?" Tanya kak Anggra setelah beberapa saat pemanasan.

"Eh? Biar ngelatih fisik, terus biar bisa melindungi diri." jawabku agak gagap karena ditanya kak Anggra tiba-tiba.

"Hehehe, alesan klasik, ya. Lo pasti dicerewetin Hendrik kalo sampe dia denger alesan sederhana itu." Kak Anggra tertawa sambil menyelesaikan pemanasan terakhir.

Tiba-tiba kepala kak Anggra dijitak kak Hendrik yang tiba-tiba muncul dibelakang kami.

"Kalian ngomongin apa, hah?"

"Apaan sih, Hendro. Lo itu tuh, pasti dateng mau ngocehin adek ini kan? Ngomongin filosofi sabuk bla-bla-bla."

"Emangnya kenapa?" Kak Hendrik menoleh kearahku sambil tersenyum. Aku tiba-tiba merasakan hawa seram.

Tanpa aba-aba, Kak Hendrik mengambil sikap sedekap dengan kuda-kuda lebar didepanku, Lalu dia mengambil nafas sejenak.

"DENGAR, TAEKWONDOIN!! Taekwondo bukanlah sekadar ajang untuk bersaing mengadu kekuatan! Taekwondo bukan hanya sekedar kegiatan fisik!" Teriak Kak Hendrik. Aku hampir melompat kaget.

"Taekwondo adalah suatu prinsip, bukan gerakan sederhana yang bisa engkau gunakan seenaknya! Ini adalah seni bela diri tradisional Korea, menyatukan tubuh, pikiran dan kehidupan. Seorang Taekwondoin harus bersikap bijaksana, sopan, jujur dan baik!!"

Aku hanya bisa terkesima melihat kelakuan kak Hendrik. Sementara itu kak Anggra dibelakangku tertawa pelan.

"Maklumin dek. dia ini freak taekwondo dan agak sinting." Ucap Kak Anggra. Aku hanya bisa mengangguk-angguk heran.

"...Ahli beladiri terkenal, Bruce Lee pernah berkata, I fear not the man who practiced 10000 kicks once, I fear the man who practiced one kick 10000 times. Artinya...!! " teriak kak Hendrik berapi-api.

Tiba-tiba kak Anggra menarik tanganku.

"Sini, daripada lo dengerin si Hendro gak selesai-selesai mending ikut yang lain latihan dollyeo-chagi." Ucapnya menarikku kearah barisan murid kelas 10 lainnya.

"Dolyo cagi?" ulangku pelan.

"Dollyeo-Chagi!!" hardik kak Hendrik dibelakangku. "Dengar, anak baru! seorang taekwondoin harus menghafal istilah-istilah taekwondo meskipun dia baru masuk! itu menunjukkan kesungguhan hati dan kebulatan tekad seorang murid..."

"Apaan sih, ga jelas," gerutu kak Anggra mulai gemas. Dia menoleh padaku. "Yah, intinya selamat datang di ekskul taekwondo. Gue harap lo kerasan disini, walaupun senior-senior lo rada gaje semua."

Aku mengangguk. Sejenak jadi terpikir olehku kenapa tidak mengambil ekskul karate saja kemarin.


Vampiric Love (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang