Ch.4: Teman baru

1.7K 138 1
                                    

Aku membuka mataku. Suara 'bip-bip' berbunyi pelan dari alarm hpku yang kuhidupkan semalam. Kumatikan alarm, kemudian beranjak bangkit dari kasur. Aku berjalan ke kamar mandi dan membasuh mukaku.

Kutatap pantulan diriku di cermin. Memar di mukaku sudah sembuh, namun luka di sudut bibirku masih sedikit terlihat.

Hari senin kemarin benar-benar heboh. Begitu sampai rumah, ibu langsung berteriak melihatku pulang dengan badan penuh luka. Ibu bertanya kenapa sambil memeriksa lukaku. Aku menjawab sejujurnya kalau aku 'dihukum' oleh para senior karena lupa bahwa hari itu MOS. Aku mengatakannya dengan santai.

Kubilang pada ibu kalau lukaku sudah diobati di uks dan senior yang menyiksaku kena skors. Tetap saja ibu menyuruhku pindah sekolah. Tapi mana mau aku pindah dari sekolah top seprovinsi hanya karena hal seperti ini? aku tetap kukuh dengan pilihanku walau ayah dan ibu terus menawari opsi pindah.

Daripada itu, hari ini aku harus berangkat ke sekolah lagi. MOS sudah selesai dan pelajaran dimulai hari ini. aku bisa langsung masuk ke ruang kelas dan belajar seperti biasa. Aku ditempatkan di kelas 10 IPA 3.

Sampai di kompleks SMA, aku berjalan ke kelasku tanpa berusaha mengundang perhatian. Terlihat beberapa murid sedang mengobrol. ada yang duduk-duduk di taman. Lebih banyak lagi murid yang lalu-lalang di koridor sekolah. Setelah hampir sebulan di rumah kurang kerjaan, akhirnya sekolah dimulai. Ada pr untuk dikerjakan, materi untuk dihafal, dan ulangan-ulangan yang akan bermunculan.

Aku mengintip kelas lewat pintu kelas. Terlihat didalam banyak murid yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Kutarik napasku, kemudian berjalan masuk.

Seperti yang kuduga, mereka menoleh kearahku. Kurasa berita soal kejadian saat MOS kemarin sudah menyebar. Mereka semua menatapku sekilas, ada yang berbisik menunjuk-nunjuk luka memarku. Aku berjalan menuju kursi kosong terdekat tanpa memedulikan mereka. Saat aku sedang menaruh tasku, tiba-tiba seseorang memanggilku.

"Lho, Rirei?"

Terdengar sebuah suara yang tak asing. Aku menoleh dan kaget melihat gadis itu berdiri didepanku.

"Eh... Nadia??" ucapku terbata-bata. Aku terheran-heran melihat Nadia didepanku. Kukira siapa siswi cantik yang menyapaku ini. ternyata Nadia.

"Kamu juga di kelas 10-3 ya? Aku juga lho. Kok kebetulan banget ya?" ucapnya berseri-seri.

"Iya... Kebetulan banget ya...?" jawabku masih agak heran.

"Asyik nih, kita sekelas dong. Eh iya, kamu kenalan sama temen-temen yang lain dulu nih." ucap Nadia menengok kebelakang. Aku mengikuti padangan Nadia.

Terlihat tiga orang siswi yang sedang mengamatiku dengan penasaran. Satu seorang siswi dengan rambut bercat auburn (sekolah ini mendukung kebebasan berekspresi siswa) sepunggung yang digerai. Raut mukanya terlihat ramah.

"Hei! namaku Mika. kamu yang kemarin telat MOS itu kan?" Senyum cewek itu sambil menjulurkan tangan.

"Hehe, iya. Panggil aja Rirei." jawabku malu sambil membalas ulurannnya.

"Terus, yang ini Sera sama Kirana." tunjuk Mika. Disebelah Mika ada seorang siswi tinggi berkacamata. Rambutnya diikat kebelakang dengan poni yang dijepit rapi kesamping. Tipikal siswi rajin nan pintar. Kemudian satunya siswi berambut pendek ikal yang sibuk bermain Hp. tingginya cukup pendek untuk anak SMA, tapi mukanya cantik. dia terlihat seperti cowok korea berambut ikal seperti tokoh-tokoh di drama korea yang sering kulihat.

"Sera," jawab si cewek berambut ikal sambil mengulurkan tangan sekadarnya. Dia sama sekali tidak melihatku dan terus sibuk dengan Hpnya.

"Aku Rirei." jawabku tersenyum ramah. Anak ini cuek sekali.

Tiba-tiba Hp Sera diambil cewek berkacamata bernama Kirana tadi.

"Ah! Hpku!" protes Sera sambil berusaha merebut Hp-nya.

"Maaf ya. Anak ini memang cuek & ngeselin banget. Marahin aja nggak apa kok. Kerjaannya main game terus sampai nggak peduli sekitar." Ucap Kirana.

"Ran, Hp-ku!" protes Sera berusaha merebut Hpnya. Tapi sayangnya Sera yang terlalu pendek dan Kirana yang terlalu tinggi membuat Sera kesusahan. Dia melompat-lompat putus asa berusaha meraih Hpnya. Kirana akhirnya menyerahkan hpnya balik.

"Makanya lain kali hormatin orang lain! kapan sih kamu berhenti ngegame?" ucap Kirana menceramahi Sera. Yang diceramahi cuma merengut sambil bermain Hp.

"Oh iya, kenalkan ya, namaku Kirana Ayu. Panggil aja Kirana."

"Rirei. Salam kenal ya," senyumku. Tampaknya dia anak yang dewasa dan bisa diandalkan. Dia juga kelihatan disiplin dan bertanggungjawab.

"Eh, eh Rirei, kata Nadia kemarin kamu dihajar kakak kelas ya?" tanya Mika kepo.

"Eh, Mika." Kirana menyikut Mika.

"Nggak apa kok, memang bener. Nih, luka di bibirku itu gara-gara hari senin kemarin." ucapku sambil mendongakkan kepala.

"Hah, jadi itu beneran?" Mika dan Kirana langsung merubungiku. Bahkan Sera mengangkat mukanya sebentar dari layar Hp.

"Gimana ceritanya?" desak Mika.

"Eh... ya gitu... aku dibawa ke kelas kosong, terus dimarahi sampai dipukul. Pokoknya gitulah.

"Cuma gara-gara telat? Mereka jahat banget sih." Ucap Kirana.

"Yaah.." aku hanya menggumam.

Kalau aja mereka tahu aku dihajar karena aku vampir...

"Terus, terus, sekarang kakak-kakak itu..."

TOK TOK TOK!

Pintu kelas berderit terbuka dan muncul seorang bapak guru. "Permisi, bapak wali kelas kalian. Semua sudah ada dikelas kan?"

Ucapan Mika terpotong oleh kemunculan wali kelas baru kami. Semua murid cepat-cepat kembali ke tempat duduknya, termasuk kami.

"Nanti lanjut pas istirahat ya," Bisik Mika. Aku mengangguk pelan.

"Baik anak-anak, pertama kita berkenalan dulu...." guru itu memulai jam pertama kami.

Akhirnya, kehidupan SMA-ku dimulai.

Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now