Ch.14: Cerita Horor Sekolah

968 97 7
                                    

"Ri! Kamu dari mana aja?" Tanya Mika gemas.

"Kita nyariin kamu tau nggak! tiba-tiba hilang kayak gitu, dasar."

"Akhirnya kita ke kantin berempat aja."

"Ngg... tadi kepalaku pusing, jadi aku pergi ke ruang UKS sebentar. Kayaknya gara-gara aku nggak makan seharian." Ucapku tanpa berbohong. Aku bertemu dengan mereka di kelas dan langsung menghampiri meja Mika dimana Kirana, Sera, dan Nadia berkumpul.

Mika menghembuskan napas, "Ooh, ternyata... Dasar, kalau mau pergi bilang-bilang dulu, dong."

"Kamu sekarang udah baikan, kan, Ri? Kalau nggak kuat di UKS aja, jangan dipaksain." Tanya Kirana khawatir sambil menyentuh dahiku. Padahal aku nggak bilang demam.

Sementara itu, Nadia malah menjitakku. "Makanya, lain kali jangan lupa makan. Kamu itu juga butuh energi untuk belajar. Kayak anak kecil aja, sih, bisa lupa makan. Apa aku perlu ngurus kamu biar nggak lupa makan?" Protesnya keras. Dalam hati aku ingin menyahut iya.

"Aku khawatir banget tadi... aku kira hilang kamu kemana. Kita cariin nggak ketemu-ketemu. Kalau tiba-tiba kamu ternyata diculik atau apa kan, nggak lucu." Ucap Nadia sambil menatap kebawah dengan ekspresi pundung. Aku jadi merasa bersalah sendiri. Entah keberanian dari mana, aku menepuk kepala Nadia pelan dan minta maaf.

"Maaf deh, Nad... harusnya aku ngasih tahu kalian." Ucapku dengan benar-benar menyesal. Nadia hanya diam saat aku mempuk-puk kepalanya. Dia memalingkan mukanya dan tidak menjawab. Sepertinya dia malah makin marah.

"Iya, Sera sampai terpaksa ikut lari-lari nyariin kamu, lho. Kasihan, dia kan benci capek. Badannya dari dulu nggak atletis." Ucap Kirana terkikik mengejek Sera.

"Hmph. Untuk apa badan atletis kalau nggak kupake juga." Sera melengos, lebih tertarik menggeser-geser halaman komik webtoons di smartphonenya. Anak ini... keberadaannya baru terasa kalau Kirana yang mulai bicara dengannya. Aku hanya tertawa pelan. Tak lama kami segera bubar dari depan kelas dan duduk di kursi masing-masing. Menanti Bu Nap, guru bahasa indonesia kami masuk kelas.

***

"Tapi, kalo gitu orang yang Nadia lihat lari di koridor tadi siapa..?" Mika bertanya saat kami berlima berjalan beriringan di sepanjang jalan menuju gerbang sepulang sekolah. Saat itu sekolah sudah tak terlalu ramai karena kami berlima menunggu di kelas.

"Nah, iya, juga..." Kirana menimpali dengan muka seram. Ia menatapku dengan penuh tanda tanya.

"Eh..?" Aku menelan ludah, tak bisa menjawab kalau orang itu sebenarnya aku.

"Jadi ya, ceritanya pas kamu ngilang tadi si Nadia ngeliat orang mirip kamu lari kearah gedung B. Jadilah kita kejer orang itu. Tapi pas orang itu udah sampe di lantai 2, orang itu tiba-tiba hilang. Padahal itu koridor buntu." Mika menjelaskan.

"Kamu nggak pergi ke ruang UKS yang ada di gedung B itu, kan?" tanya Kirana, menyelidik.

"Ng...nggak, lah. Bukannya gedung B ruang-ruangnya udah nggak kepake, ya?" Sangkalku sambil melirik ke samping menghindari tatapan Kirana.

"Mungkin itu hantu murid sekolah ini yang terbunuh setahun lalu..?" Sebuah suara gelap berbisik tepat dibelakang kami. Kami semua langsung terlonjak kaget. Rupanya Nadia menggunakan buku pelajaran sebagai corong hingga suaranya terdengar keras sekaligus membuat jantung kami serasa mau copot.

"Huwaaa!" Kirana sudah menarik leher Sera kedepan badannya seolah dijadikan tameng.

"Ih, Nadia apaan sih! Jangan usil kenapa!" Ucap Mika, yang hampir saja lari terbirit-birit kalau tidak melihat Nadia yang cengar-cengir tanpa dosa dibelakangnya. "Itu kan cuma cerita horor kakak-kakak kelas buat nakut-nakutin kita!"

"Oi...Ran, Gak bisa napas!" Sera berusaha membebaskan dirinya dengan jengkel.

"Tapi... kasus gadis SMA Pelita yang dibunuh itu beneran terjadi, kan, tahun lalu?" Kirana berbisik seolah takut ada sesuatu didekat kami yang bisa saja mencuri dengar.

Oh iya. Kalau tak salah, setahun lalu memang ada kasus pembunuhan seorang remaja perempuan di kotaku. Gadis yang dibunuh itu memang dikabarkan bersekolah disini, di SMA Pelita. Kasusnya sendiri sempat menggegerkan masyarakat waktu itu. Gadisnya dibunuh dengan ditusuk dengan pisau sampai tewas di sebuah pabrik kosong.

Eh...

Kenapa malah bicara cerita horor di gedung B sih!? Aku merutuki orang-orang ini. Padahal aku bakal sering pergi kesana mulai sekarang. Di ruangan UKS, sendirian pula.

"Pembunuhnya sendiri masih belum diketahui. Banyak murid sekolah ini bilang arwah penasaran gadis itu masih berkeliaran di gedung B yang dulu masih ditempati sebagai kelas gadis itu. Konon, arwahnya muncul disana pada waktu-waktu tertentu, mencari siapa pembunuh dirinya..." Bisik Nadia tak peduli, terus mengompori.

"Tapi menurut beritanya kan dia dibunuh di pabrik kosong deket sungai. kalau dia bukan dibunuh di areal sekolah, harusnya dia nggak gentayangan di sekolah, dong." Mika menggumam.

Kenapa mereka harus mengungkit-ungkit cerita itu sih? Pikirkan perasaanku dong, yang mulai besok akan lebih sering pergi ke gedung B, ke ruangan UKS tanpa penghuni, pula. Aku buru-buru menimpali, "Eh, udah ya, aku duluan. Angkotnya udah mau berangkat tuh."

Kalau bukan karena Nadia yang tiba-tiba memanggilku, aku mungkin sudah lari. "Eh iya Ri, minta ID line-mu dong!"

"ID Line?" Aku mengerem langkahku dan berbalik, mengingat-ingat istilah yang kedengaran agak asing itu.

"Oh iya, Ri. Kita belum tahu ID Line-mu nih. Tadi pagi kamu ilang, sih. Mau kita masukin grup obrolan." Mika melambai-lambaikan smartphone-nya yang dihiasi casing meriah.

Hmm. Jujur, aku jarang sekali membuka hp-ku. Sebelum-sebelumnya, aku surfing internet melalui komputer di rumahku. Lagipula, untuk apa aku membuka sosmed? aku nggak pernah punya teman untuk mengobrol disana.

Oh, iya, Aku mendongak, teringat sesuatu. Harusnya tadi aku minta ID Line Kak Anggra.

Aku menyerahkan ID Line-ku pada Nadia. Kemudian beranjak untuk menjemput angkot yang sudah menungguku dari tadi. Aku berlari-lari kecil diiringi lambaian empat sahabat baruku itu.

Meski begitu, kepalaku sedang dipenuhi oleh satu rencana: Menemui Kak Anggra saat latihan minggu depan!

------------------------------------------------------------------------------------------

VAMPIRIC LOVE DAPET 10K READER & 1K VOTE DARI PARA PEMBACA!!

27/01/2018 PERINGKAT #47 DALAM VAMPIR!

Aaaa~ Sankyuu for all of ur support gengs <3

Author sebenernya minder ngeliat buku-buku wetped lain yang readernya udah puluhan ribu. Apalagi rasanya skill author gak sebagus mereka. Tapi, peduli amat. Yang penting Vampiric Love punya pembaca yang setia. Salah satunya kamu.

Iya, kamu :*

Btw, ini kali kedua Author update cuma dalam waktu seminggu. Minta tepuk tangannya dong :v





Vampiric Love (GxG)Where stories live. Discover now