BAB 9 ㅡ Cemburu Menguras Hati

3.4K 560 88
                                    

Pagi-pagi sekali di kelas 12 MIPA 3 sudah terjadi keributan yang benar-benar membuat sakit telinga. Terlihat Deka yang tengah serius menyalin sesuatu di buku tulisnya sambil menungging, June yang sibuk bermain pesawat kertas yang baru saja ia terbangkan dan berakhir tersangkut di rambut Mina, lalu ada Jun yang baru saja datang dengan wajah polosnya saat melihat keadaan kelas yang sudah seperti kapal pecah, padahal masih pagi.

Parah banget. Masih pagi saja, meja sudah ada yang terguling di depan kelas, meja guru sudah miring sana sini, taplak meja sudah jatuh ke lantai, kursi sudah ada yang terbalik di samping meja.

"Astagfirullah! Ini apaan sih? Kelas apa kandang ayam?" gumam Jun sambil menggelengkan kepalanya.

Kakinya terus melangkah menuju tempat duduknya yang bersebelahan dengan Deka untuk meletakkan tasnya. Matanya menatap sosok seorang perempuan yang menarik perhatiannya selama satu minggu lebih ini. Faika.

Faika duduk diam di tempatnya sambil membaca novel tapi yang membuat Jun takjud adalah perempuan itu sama sekali tidak terganggu dengan aktivitas teman-teman sekelasnya yang bisa dibilang seperti hewan lepas dari kandang. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang terlintas di benak Jun, perihal seseorang yang kemarin pulang bersama dengan Faika.

Nggak ada salahnya kan kalau gue nanya?n batin Jun sambil berpikir untuk menanyakan soal laki-laki yang kemarin jalan dengannya atau tidak.

"Hai Fai," sapa Jun yang membuat Faika mendongak untuk menatap sang lawan bicara.

"Hai Jun. Udah dateng ya? Gue pikir lo belom dateng," balas Faika seraya tersenyum tipis.

"Baru aja kok gue dateng," ujar Jun sambil berusaha menghilangkan rasa gugup yang mendadak melandanya.

"Duduk sini, Jun. Jangan berdiri mulu, nggak enak gue liatnya," ajak Faika sambil menepuk kursi yang berada di sebelahnya.

Fyi, Faika saat ini duduk di kursi Atha yang berada di pojok dekat dengan dinding. Jun menurut lalu duduk di kursi Faika. Tangannya terlipat dan kepalanya menunduk, ia menggigit bibirnya dengan perasaan gelisah. Sebenarnya dia juga ragu untuk menanyakan hal ini, lebih tepatnya gengsi.

Faika yang sejak tadi agak risih melihat Jun diam saja akhirnya menatap laki-laki itu dari samping. Tidak biasanya Jun jadi pendiam seperti ini. Niatnya, Faika ingin menanyakan ada apa dengan Jun sebenarnya, tapi tidak jadi dan memilih untuk pura-pura sibuk memperhatikan side prolfile dari seorang Wen Jun Hui, Si Pede Kelas Berat.

Faika juga baru sadar kalau Jun punya hidung yang benar-benar mancung, ya walaupun nggak semancung Deka dan rahangnya benar-benar tegas dan tajam. Duh! Tegas banget rahangnya, berasa pengen gue pegang ya ampun.

Tapi dia sadar, sekarang bukan waktunya untuk berpikir macam-macam. Lama-lama otak Faika ikutan rusak juga nih, karena kemarin dia tidak sengaja ngeliat Suga dan June menonton video dewasa di belakang kelas.

"Jun," panggil Faika.

balasnya

Faika menaikkan sebelah alisnya, "Lo nggak apa-apa?" tanya Faika yang mencoba meyakinkan.

Jun menipiskan bibirnya, "Gue nggak apa-apa sih, cuma ada hal yang pengen gue tanyain dan gue agak ragu aja mau nanyanya," balas Jun seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jun itu imut kalau dia sedang gugup. Matanya bergerak kesana kemari dan bibirnya selalu ia gigit.

"Tanya aja, nggak usah ragu. Dari pada lo penasaran," titah Faika yang kemudian menutup novelnya.

Jun yang tadinya pura-pura melihat ke arah papan tulis akhirnya menoleh untuk menatap Faika, "Nggak apa-apa?" tanya Jun.

Faika hanya mengangguk lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Jun. Posisi mereka jadi saling berhadap-hadapan sekarang.

"Kemarin gue ngeliat lo pulang bareng cowok. Kalau boleh tau itu siapa ya?" tanya Jun seraya meringis.

Faika menaikkan sebelah alisnya, "Emangnya kenapa?" tanya Faika balik.

Laki-laki keturunan China itu mendadak jadi semakin gugup dan kikuk bahkan dia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Jujur aja, Jun. Nggak apa-apa."

Jun menghela nafasnya pelan lalu mengalihkan pandangannya.

"Gue cemburu sama cowok itu."

Hening...











Duh! Anjir kenapa gue ngomong sih! Mau di taro dimana muka gue?! Batin Jun dengan panik. Ia mengambil jaket milik Deka lalu menutupi kepalanya dengan jaket. Rasanya ia ingin tenggelem sekarang juga. Malu banget, dan mereka juga tidak ada hubungan apapun tapi kenapa ia harus bilang cemburu?! KENAPA?!

Sial! Mau dikata apaan gue sama Faika. Batin Jun yang masih sibuk merutuki kebodohannya barusan. Banyak persepsi muncul di otaknya. Mulai dari Faika akan bilang kalau itu adalah pacarnya, Faika akan bertanya apa urusannya dan sebagainya. Saking sibuknya memikirkan persepsi yang ada di otaknya, dia sampai lupa kalau di sampingnya ini adalah Faika.

Perempuan itu melongo sambil memperhatikan Jun dengan pandangan polosnya seraya mengerjap beberapa kali. Dia sedikit tidak percaya juga kalau Jun akan cemburu dengannya. Lebih tepatnya laki-laki yang pulang bersamanya kemarin.

"Jun," panggil Faika sambil menepuk pundak laki-laki itu pelan.

"Hm?" deham Jun tanpa melepaskan jaket yang menutupi kepalanya.

"Buka dulu jaketnya, gimana gue bisa ngomong kalau lo kaya gitu," jengkel Faika.

Terdengar suara helaan nafas dari Jun lalu ia melepaskan jaket yang menutupi kepalanya.

"Kenapa?" tanya Jun lalu menatap Faika.

Faika berhedam canggung, "Jadi... lo cemburu sama cowok yang kemarin pulang bareng gue?" tanya Faika lagi.

"Iya."

"Sebenernya lo nggak perlu cemburu sih, dia itu cuma kakak gue. Bang Sam, yang dulu pernah gue ceritain," jelas Faika seraya mengangkat kedua bahunya.

Wajah Jun masih datar-datar saja walaupun hatinya sudah teramat lega dan plong saat tau kalau itu hanya kakaknya Faika.

"Jadi kecemburuan lo agak nggak masuk akal," lanjut Faika.

"Nggak masuk akal? Kata siapa?" balas Jun yang masih dengan wajah datarnya.

"Y-ya, lo ng-ngapain coba cemburu sama abang gue sendiri. Nggak masuk akal banget itu," ujar Faika dengan alis berkerut.

Jun menatap Faika tepat di kedua bola matanya. Jarang-jarang Jun mau serius dengan seorang perempuan, bisa dibilang Jun ini hamper tidak pernah mau serius dengan perempuan mana pun. Maka dari itu, selama 17 tahun hidupnya dia selalu jomblo. Sekali pun dekat dengan perempuan, Jun tidak pernah ada perasaan lebih. Hanya sebatas teman.

Tetapi berbeda dengan Faika, dengan mudahnya perempuan itu masuk ke hati Jun yang selama ini suram dan penuh dengan sarang laba-laba. Untungnya Jun bukan tipe orang yang keras dan susah untuk didekati dan baru kali ini Jun bisa merasakan suatu perasaan lain pada seorang perempuan.

"Menurut gue cemburunya gue masuk akal kok," ujar Jun datar.

"Hah?"
















"Kenapa dia bisa deket sama lo, sedangkan gue nggak bisa? Gue juga pengen kenal lo lebih jauh, Fai."

Kali ini Faika yang terkejut. Bahkan dia sampai membuka mulut lebar-lebar.

"Ma-maksudnya?" lirinya.

"Gue suka sama lo. Tau istilah love at first sight? Nah! Itu yang terjadi sama gue dan akhirnya gue tau itu nyata," ujar Jun seraya menunduk lalu tersenyum kecil. "Gue berterima kasih sama lo. Karena gue akhirnya bisa ngerasain jatuh cinta untuk yang pertama kalinya," lanjut Jun lagi.

Faika diam tak berkutik.

***

[19 Januari 2019]

Chapterini tidak saya edit ulang. Mohon maaf juga ada typo.    

Siap Jendral 🍃 Wen Jun Hui ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang