BAB 10 ㅡ Buat Kamu

3.5K 559 117
                                    

Seminggu sejak peristiwa kejujuran Jun, hubungan mereka jadi lebih canggung dari sebelumnya. Bukannya semakin baik, malah semakin canggung. Bodoh emang.

Faika jadi sedikit menjauh karena kejujuran Jun dan Jun yang biasa saja, seakan tidak ada apapun yang terjadi. Dia juga sudah berusaha untuk tidak merasa canggung kalau dekat dengan Faika tapi mirisnya Faika malah menjauh tanpa alasan.

Jun bisa aja uring-uringan, tapi kalau dia uring-uringan masalahnya tidak akan selesai. Akhirnya dia memutuskan untuk tetap enjoy dengan hubungannya yang canggung ini dengan Sang Gebetan. Ya namanya juga Jun, dia tetap seperti biasa, tetap sok ganteng, tetap narsis, membuat semua orang yang medengar kenarsisannya ingin berkata kasar tapi faktanya dia memang ganteng.

Coba kalau jelek? Pasti udah wassalam noh.

Udah jelek, nggak tau diri lagi!

Hari ini Jun bertekad untuk mengajak Faika makan siang bersama di kantin. Baru saja dia ingin mengajak Faika ke kantin, eh yang ingin diajak malah mengeluarkan kotak bekalnya. Pupuslah harapan Jun saat itu juga. Ia hanya bisa menelan bulat-bulat niatnya barusan.

"Pft- kenapa muka lu?" tanya Deka yang ada di sampingnya. Laki-laki itu sedang berusaha menahan tawanya agar tidak meledak.

Jun melirik sini ke arah Deka, "Berisik lo!" semprot Jun kemudian bangun dari duduknya dan meninggalkan Deka yang masih duduk di kursinya. Deka hanya memandang Jun dengan wajah polosnya.

"Loh gue salah apa? Kok galak amat?" gumam Deka polos.






Faika yang melihat kepergian Jun hanya bisa diam. Tangannya meremas kuat kotak bekal yang ada di tangannya. Dia memejamkan kedua matanya lalu menghela napas pelan. Harusnya ini buat Jun. Tapi kenapa nggak gue kasih?

Atha yangㅡhamdalah pekaㅡsegera memberi kode pada Faika. "Kalau itu buat Jun, kejar sekarang. Jangan dijauhin mulu Jun nya. Dia udah berusaha jujur sama lo, Fai. Lo tega ngebiarin dia sedih kaya gitu?" ujar Atha bijak.

"Taㅡtapi gue takut dia marah. Dia pasti marah banget sama gue," balas Faika dengan ekspresi murungnya.

"Emang waktu Jun jujur sama lo, lo bilang apa? Lo nolak dia?" tanya Atha lagi.

Faika menggeleng, "Gue diam aja. Nggak jawab," balas Faika lirih.

Atha berdecak pelan, "Yaudah, kalau lo diam aja berarti lo nggak nolak dia kan. Jun orangnya nggak gampang marah kok tenang aja. Kalau marah tuh dia pasti selalu ngomong gini, Ya Allah tabahkan hati hamba-Mu. Kalau gue marah-marah nanti kegantengan gue jadi ilang, sabar Jun sabar. Gitu, Fai," ujar Atha yang mengikuti cara bicara dan nada bicara Jun.

Faika tersenyum saat mendengarkan suara tiruan Atha.

"Yaudah, gue kejar ya."

Atha mengangguk semangat dan membiarkan Faika berlari keluar kelas untuk mengejar Jun.

"Gitu kek! Kesian lama-lama gue sama si Jun. Akhir-akhir ini dia suka curhat sama gue. Ngomong dari A sampe Z terus kalau udah kelar dia putusin gitu aja sambungannya," gumam Deka dan didengar oleh Atha.

"Ya baguslah. Dia ini yang nelepon lu, Dek. Pulsa lu save lah," balas Atha santai.

"Iya juga sih."

Atha menoleh ke arah Deka yang ada di belakangnya, "Lo selalu dengerin curhatannya Jun?" tanya Atha kepo.

Deka menatap ke arah Atha dengan polosnya. "Nggak juga sih. Lebih sering gue tinggal. Jadi biarin aja dia ngomong sendiri, guenya sibuk main PS," balas Deka santai.

Siap Jendral 🍃 Wen Jun Hui ✔️Where stories live. Discover now