BAB 17 ㅡ Perjanjian

2.4K 474 67
                                    

Hari Sabtu jam 7 pagi, Jun udah bangun. Dia udah mandi, udah ganteng, udah wangi, dia juga udah keramas. Dia memutuskan untuk menyiapkan apa-apa saja yang harus dibawa oleh Jun hari ini.

Alat mandi, baju ganti, pakaian dalam, plastik, sandal, perfum hehehe biar makin ganteng terus wangi.

Jun berdiri di depan kaca, mematut dirinya di depan cermin. Dia pakai baju serba hitam kaya orang mau ngelayat. Kaus hitam, celana training hitam dan rambutnya dia biarkan jatuh menutupi keningnya. Asalnya matanya masih dapat jarak amat, soalnya kalau poni dia sudah panjang pasti matanya kecolok-colok sama poni.

Jun berencana berangkat ke rumah Faika jam setengah 8 lewat dikit, biar pas sampai sana sudah jam 8 pas terus mereka langsung berangkat.

Karena dia masih menunggu, akhirnya dia memilih untuk sarapan terlebih dahulu. Jun biasanya kalo pagi makan nasi tapi karena ibunya belum pulang dari pasar dan belum masak, jadilah dia makan roti tawar yang ada di meja makan.

Rotinya masih utuh.

Jun mengerenyit, "Gue kalo makan satu atau dua nggak bakalan kenyang," gumamnya sambil menatap roti tawar itu dengan pandangan penuh minat.

Srak!

"Gue makan semua aja hehehe," ujarnya lagi yang sudah merampas roti tawar itu dari atas meja makan.

Laki-laki tinggi itu beralih pada kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa menemaninya makan roti. Bibirnya mengerucut dan keningnya berkerut sambil menatap isi kulkas.

"Ada susu kental sama saos sambel. Enak kali ya gue olesin di roti," gumam Jun.

Akhirnya dia membawa satu kaleng susu kental manis coklat dan satu botol saus sambal. Bilang aja Jun kaya bocah, nggak apa-apa. Lagian dia menuangkan saus dan susunya masih berantakan ke meja makan. Rotinya langsung dia taro di atas meja makan tanpa ada piring untuk alas.

Bodoh emang.

Kan rotinya jadi kotor. Jun sih nggak peduli, soalnya dia pakai prinsip, "Belom 5 menit, jadi masih bersih."

Siapa yang nyiptain prinsip kaya gitu?!!

Jun mulai memakan lembaran roti yang sudah dituangkan susu dan saus. Ingat! Rotinya beda-beda loh ya. Nggak satu roti langsung dikasih 2 toping, bisa mabok dia.

Dia masa bodo, yang penting makan dan perutnya ke isi. Selesai sarapan, dia langsung pergi ke rumah Faika. Karena dia nggak mau telat. Kalau telat dia bisa nggak dipercaya lagi sama Pak Jendral.

Jam setengah 8 lewat 5 menit, Jun sampe di rumah Faika. Di beranda rumah sudah ada Dani sama Samudra yang lagi ngeteh cantik.

"Assamu'alaikum!" salam Jun sambil membuka pagar. Berasa kaya rumah sendiri ya, Jun.

"Wa'alaikumsalam!"

Samudra sudah melongo saja melihat Jun yang sudah siap, padahal berangkatnya masih 20 menit lagi.

"Loh?! Kok udah sampe?" tanya Dani sambil melongo. Dia berdiri terus jalan ke arah Jun sambil bawa-bawa cangkir teh."Kok kamu udah sampe sih?" tanya Dani lagi.

Jun tersenyum sopan, "Saya mau on time, Pak. Saya nggak mau telat," balas Jun sambil haha hehe canggung.

Dani berdeham pelan lalu dia berbalik buat duduk lagi, "Kamu mau ngeteh dulu?" tawar Dani sambil ngangkat cangkirnya.

Jun menggeleng, "Nggak usah, pak. Makasih, saya udah minum susu di rumah. Nanti muntah kalo ditambah teh," balas Jun jujur.

Dani mengangguk lalu memberi kode pada Samudra untuk membawa Jun masuk ke dalam rumah. Samudra mengangguk dan langsung mengajak Jun masuk menyusul ayahnya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

Siap Jendral 🍃 Wen Jun Hui ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang