BAB 18 ㅡ Demi Kamu, Aku Rela

2.7K 488 62
                                    

Hari itu juga Jun langsung dibawa Dani ke tempat biasa dia dan Samudra olahraga tiap Minggu. Tidak begitu jauh dari rumah Dani, naik mobil 5 menit juga sampai. Jun sudah dengan setelan olahraganya, begitu pula Dani. Dani menatap Jun dengan pandangan datar.

"Saya mau kamu lari 12 menit kelilingin lapangan ini. Hitung putarannya dan jangan curang dalam menghitung. Saya emang nggak tau tapi Allah tau. Paham?" ujar Dani.

"Paham, Pak!" balas Jun dengan tegas.

"Sebelumnya kamu pemanasan dulu biar nggak cedera," ujar Dani yang sudah memulai peregangan terlebih dahulu.

Jun menurut dan mulai melakukan peregangan. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak lupa dia berdo'a demi kelancarannya dalam menghadapi tiap latihan, yang menurutnya sama dengan ujian ini, oleh Jendral Dani.

Untung aja gue ngelakuin ini demi anaknya. Kalo bukan, udah jauh-jauh gue dari sini. Jun mendengus pelan sambil melakukan peregangan.

"Udah selesai peregangannya?" tanya Dani.

"Udah, Pak," balas Jun pendek.

"Oke siap-siap. Saya mau mulai."

Jun berjongkok. Lutut sebelah kirinya menyentuh tanah sedangkan yang satunya lagi ia tekuk saja. Kedua tangannya menapak pada tanah.

"Bersedia! Siap!"

Posisi Jun mulai menungging dengan posisi wajah mengada ke belakang. Jangan menghadap depan nanti otot belakang leher bisa cedera, tegang dan bengkak.

PRIT!

Jun langsung berlari dengan kecepatan normal. Mulutnya terkatup rapat dan ia bernafas lewat hidung. Kenapa lewat hidung? Soalnya kalau dia napas lewat mulut, napasnya akan pendek, cepat habis dan bisa bikin badan langsung capek dan lemas.

Yang digunakan disini bisa penapasan dada atau perut. Suka-suka saja. Jangan brbicara juga, karena kalau berbicara bisa membuat napas ngos-ngosan dan makin capek. Usahakan telapak kaki ditapakkan ke tanah/aspal/rumput jangan langsung semuanya. Tapi bagian belakang (tumit) baru bagian depan (jari-jari kaki) atau mau dibalik juga bisa.

Untung aja gue anak Wushu, jadi udah biasa lari-larian kaya gini. Coba kalo bukan? Hadeb! Udah KO pasti gue. Gagal deh dapetin Faika.

Dani terus mengawasi pergerakan Jun yang masih berlari dengan kecepatan stabil dimenit-menit awal. Kedua sudut bibirnya terangkat, dia tau kalau Jun mampu melakukan semua tes yang dia berikan.

Dia sengaja melakukan ini supaya dia tidak asal saja menyerahkan anak gadisnya untuk pacaran dengan orang sembarangan. Dia mencari orang yang benar-benar serius dan tulus pada Faika. Karena Dani tidak mau Faika sampai lecet atau tergores sedikit saja.

Sampai itu kejadian, Jendral Dani akan marah besar dan dia akan kecewa dengan diri sendiri karena gagal mengurus dan menjaga anak gadis satu-satunya.

Dani melirik ke arah stopwatch nya, seketika matanya membulat, "Astagfirullah! Kelebihan 2 menit. Maafin saya, Jun," desis Dani panik saat melihat angka di stopwatch yang sudah mau menuju ke angka 15 menit.

PRIT!

Dani kembali meniup peluit panjang dan Jun berhenti berlari. Anak laki-laki itu jatuh terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Lurusin dulu kaki kamu, saya kasih waktu buat istirahat 10 menit abis itu lanjut lagi," ujar Dani yang kemudian menyerahkan sebotol air mineral pada Jun.

"Makasih, Pak," ucap Jun yang baru saja menangkap botol air yang dilempar Dani.

Lari 12 menit, lumayanlah dapat 16 putaran. Walaupun sebenernya Jun juga tidak yakin kalah itu beneran 12 menit, soalnya dia merasa sudah overload.

Siap Jendral 🍃 Wen Jun Hui ✔️Where stories live. Discover now