BAB 12 ㅡ Bertemu Pak Jendral

2.6K 516 70
                                    

Hari ini tepat hari Sabtu pukul 9 pagi, Jun sudah sampai di depan rumah Faika. Rumahnya manimalis tapi elegan, sama kaya yang punya. Tingginya minimalis tapi elegan.

Kata Faika, lebih baik Jun ngajak perginya pas siang-siang aja, soalnya kalau malam Faika nggak akan boleh keluar sama ayahnya dan itu 100% kenyataan.

Jun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

[LINE]

Jun : Fai, gue udah di depan. Lo keluar gih.

Faika : Gue udah siap. Tapi gue masih takut ketemu bokap

Jun : Dibilang gue aja yang izin. Gue masuk sekarang ya?

Faika : JANGAN!
Faika : Gue barusan nyuruh abang gue buat keluar nyamperin lo. Tenang aja, abang gue tau lo kok.

Jun : Oke deh
Read

Linenya hanya dibaca oleh Faika, akhirnya Jun menunggu abang Faika keluar dari dalam rumah. Benar saja, tak berapa lama kemudian sosok tinggi dan tampan keluar dari dalam rumah.

Abangnya Faika senyum ke arah Jun dan Jun hanya membalas dengan senyum canggung. Tapi untungnya Jun ganteng, jadi bebas.

"Temennya Faika ya?" tanya abangnya Faika sambil membuka pagar rumah.

Jun mengangguk pelan, "Iya bang. Faikanya ada?" balas Jun sesopan mungkin.

Iyalah kudu sopan di depan calon kakak ipar. Hehehe.

"Faika ada di dalam, cuma gue disuruh nemenin lo dulu disini. Ya bolehkan gue sekalian tanya-tanya soal lu," ujarnya.

Jun meneguk ludahnya lambat. Dalam hati dia sudah misuh-misuh. Jun panik banget, mana wajahnya mulai tegang lagi.

"Weh! Santai aja kali, gue nggak akan nanya macem-macem sama lu. Ekspresi lu juga nggak perlu kaya orang nahan boker gitu," ledek abangnya Faika sambil menepuk pelan pundak Jun.

"Hehehe kaget gue bang. Ditanya-tanya gitu, berasa diintrogasi," balas Jun canggung.

"Kenalin gue Samudra, panggil aja Sam," ujar abangnya Faika yang bernama Samudra atau biasa dipanggil Sam seraya mengulurkan tangannya.

Jun menjabat tangan Samudra, "Nama gue Raden Arjuna Widyatna Abimanyu panggil aja gue Jun," balas Jun.

"Lo ada keturunan keratonnya?" tanya Samudra.

"Ada sih dari kakek apa nenek ya? Gue lupa, bang," balas Jun sambil nyengir.

Samudra mengangguk kecil lalu dia berdeham, "Mau ngapain ke rumah bokap gue, Jun?" tanya Samudra yang memulai sesi introgasinya.

"Gue pengen ngajak jalan adek lo, bang," balas Jun.

Samudra memperhatikan Jun sebentar, "Gini Jun, gue nggak pernah ngelarang lo jalan sama adek gue. Gue malah seneng kalo ada cowok yang ngajak jalan Icha. Tapi masalahnya bokap gue, Jun," ujar Samudra.

"Bokap lu kenapa, bang? Sakit?" tanya Jun agak kepo.

Samudra menoyor kepala Jun, "Sakit pala lo pitak! Nggaklah, bokap gue manusia paling sehat yang pernah gue liat. Umurnya udah 38 tapi masih seneng workout, bugar terus dia. Mana awet muda lagi, siapa yang nggak pusing coba punya bapak kaya gitu. Kadang gue minder," jelas Samudra sambil ngegerutu.

Jun bengong sambil memperhatikan Samudra, "Jadi inti masalahnya adalah bokap lu lebih ganteng dari lu gitu?" gumam Jun polos.

Samudra menepuk keningnya, "Aduh bukan itu! Sorry, barusan gue kelepasan malah jadi curhat," ujar Samudra sambil meringis.

Jun mengangguk pelan, "Terus?"

"Bokap gue ngedidik anaknya dengan keras, tapi nggak pake cara semi militer kok. Yakali, serem amat," ujar Samudra yang memulai penjelasan.

"Bokap gue punya banyak peraturan selama kita masih hidup bareng sama dia. Pertama, jangan pulang telat. Kedua, jangan main sama cowok. Ketiga, jam malam Icha itu jam 8 malam. Keempat, jangan punya social media kecuali Line dan WhatsApp. Kelima, Jangan PACARAN," jelas Samudra yang bikin Jun benar-benar melongo.

Gila! Peraturan kolot kaya gitu masih ada ternyata. Hidup di 2017 tapi peraturannya kaya idup di zaman batu gitu.

"Bokap gue paling nggak suka liat Icha main sama cowok, kenapa? Soalnya bokap gue parno sama pergaulan zaman sekarang. Dia takut Icha kebawa arus pergaulan zaman sekarang, makanya dia protektif dan itu juga kenapa dia ngelarang Icha punya pacar," lanjut Samudra. "Jadi lo mau nanya apa?"

Jun menunduk seraya mengerutkan keningnya, "Temenan sama cowok aja nggak boleh, berarti jalan sama gue juga nggak boleh dong?" Tanya Jun yang antara bego dan polos.

Samudra menggeleng, "Nggak bakalan boleh."

Jun menghela nafas lelah, dia udah capek-capek kesini masa iya pulang lagi?

Yakali gue harus nyamar jadi cewek, pake wig terus touch up, pake lipstik gitu cuma buat jalan sama Faika? Anjir mau ditaro dimana muka gue

Nggak! Dia tidak akan menyerah dengan keadaan yang seperti  ini. Dia harus menghadapi ayah Faika kalau mau mendapatkan restu dari ayahnya. Jun harus jadi anak pemberani! Dia harus jadi anak macan!

Dia harus jadi seperti anak biskuat!

Gue harus pantang menyerah dan pemberani kaya anak biskuat!

"Nggak bang! Gue bakalan nyerah. Biarin gue ketemu sama bokap lo terus gue izin sama dia mau bawa anaknya pergi. Sebelum jam 8 gue janji bawa dia balik," ujar Jun mantap.

Samudra menatap Jun dengan pandangan takjub. Jun memang berbeda dari yang lain, sesuai dengan apa yang diceritakan oleh Faika.

Samudra mengangguk, "Yaudah kalo itu mau lo. Ayo masuk ke dalem, bokap gue ada di taman belakang lagi kencan sama ikan-ikannya," ajak Samudra yang membukakan pintu utama untuk Jun.

Mendadak Jun jadi deg-degan sendiri saat berada di dalam rumah. Dia tidak menyangka akan secepat ini bertemu dengan calon mertua hehehehe.

"Ayah, ini ada yang mau ketemu sama ayah," ujar Samudra yang langsung membuat Jun tegang.

"Oh mana?"

Mampus gue mampus! Batin Jun panik. Ia memejamkan kedua matanya rapat-rapat.

"Ini yah, dia namanya Jun. Dia kesini mau minta izin ngajak jalan Dek Icha."

"Mi-misi, Om."

NGGAK KUAT GUE, KAMERA MANA DAH?!! MAU UDAHAN AJA GUE!

***

[20 Januari 2019]

Chapter ini tidak saya edit ulang. Maaf jika ada typo.

Siap Jendral 🍃 Wen Jun Hui ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang