PART 7

16.6K 451 6
                                    

PART 7

Plaza Senayan jam 3.30

“Mau beli apa nih?”, tanya Salsa begitu mereka bertiga memasuki area pertokoan di PS.

            Sejenak tiga orang itu berpikir dengan keras, apa yah yang mau di hadiahkan untuk sahabat mereka yang satu itu.

“Gimana kalau ke toko hiking aja? Verald kan suka hiking tuh”, usul Iyan.

“Boleh juga sih Yan”, sambung Arli.

“Gimana Sal?”, tanya Iyan pada Salsa yang dari tadi hanya diam saja.

            Salsa masih terdiam, alat-alat hiking yah? Memang sih Verald suka, tapi alat-alat itu pasti kan mahal, pikir Salsa dalam hati.

“Gimana kalau kita patungan aja bertiga?”, usul Arli mengerti apa yang sedang di pikirkan Salsa.

“Gue sih setuju aja, lo Sal?”, tanya Iyan.

“Eh… yah udah deh”, jawab Salsa. Wah teman-temannya itu memang tahu apa yang sedang dia pikirkan deh.

Plaza senayan jam 4.50

            Tiga sahabat itu sudah kelelahan dengan perjalanan mereka yang sudah hampir beberapa kali bolak-balik PS, tapi untung perjalan mereka  ngga nihil, kado yang di cari akhirnya di dapati juga, yah walaupun rada mahal sih… tapi kan patungan bertiga, dan untuk mutunya memang ngga akan nyesel deh.

“Tumben kalian bertiga ngga ngaret?”, sindir Ersa pada ketiga sahabatnya yang masih ngos-ngosan di bangku café.

“Hehehehe.” Tiga temannya hanya ketawa cengengesan.

            Ersa duduk di sebelah bangku yang ada di samping Salsa.

“Verald mana?”, tanya Salsa.

            Ersa mengangkat bahunya. “Mana gue tahu! Ngga gue kantongin kok.”

“Yeehh… gitu aja marah! Tapi Verald mana yah? Ngga biasanya dia ngaret nih”, ucap Salsa bingung, sahabatnya yang itu dari dulu ngga pernah ngaret, tapi kok sekarang…

“Belum bisa di bilang ngaret dong Sal, jam lima aja belum”, koreksi Iyan.

“Iya juga yah”, Salsa manggut-manggut.

            Tak lama kemudian yang di tunggu dateng.

“Hey guys, sorry.  Gue ngga telat kan?.” Sosok pemuda tinggi tegap dengan wajah campuran Rusia-Sunda dengan jaket putih, t’shrit crem, berpadu dengan celana sketter crem itu menghampiri mereka, entah kenapa cowok itu suka sekali dengan warna crem dan putih. Kan jarang yang suka warna-warna itu.

            Iyan pasang muka marah. “Iya nih kita-kita udah lama nungguin lo, sampai jamuran deh, untung aja ngga jadi spesies jamur tipe baru. Pokoknya lo harus teraktir kita-kita makan, setuju ngga temen-temen”,ucap Iyan memprofokasi.

“Setujuuuuuuu!”, teriak ketiga anak perempuan yang ada di situ dengan kompak.

            Verald pasang muka cemberut di depan sahabat-sahabatnya itu. “Kalau soal perut pada kompak deh!.”

“Yee.. itu mah kudu, wajib, musti Rald. Udah tuntuan alam sih”, timpal Salsa.

“Iya-iya. Tapi satu orang ngga boleh lebih dari goceng yah”, canda Verald.

Teen series : Are we still enemy ?Where stories live. Discover now