PART 25

11.3K 305 45
                                    

Hampir 4 hari ini ayah Salsa tidak sadarkan diri dirumah sakit, selama itu pula Salsa dan kelurganya bergantian menjaga ayahnya, bahkan sudah 2 hari Salsa ngga masuk ke sekolah gara-gara ngga tega ninggalin ayahnya yang kini tengah terbaring lemas di atas tempat tidurnya. Hari ini pun begitu Salsa sama sekal tidak punya niat untuk beranjak dari sisi ayahnya.

“Sal, bangun yuk. Lo pulang dulu dih, mandi, terus sekolah, muka lo pucet loh, eh jangan lupa makan yah entar di rumah”, ucap Vega membangunkan Salsa yang tengah tertidur di samping ayahnya.

“Ng… kak Vega”, ucap Salsa masih setengah sadar.

“Bagun dong!  Hari ini lo harus ke sekolah yah! Dari kemaren lo ngga ke sekolah, temen-temen lo juga udah pada cemas tahu, dan kali ini jangan ngebantah”, ucap Vega to the point, soalnya Salsa suka ngles sana sini kalau di suruh pulang aja.

“Tapi…”, Salsa udah mulai protes.

“Ngga pake protes”, ucap Vega tegas, dia menarik tangan Salsa gemas, “Kan ada gue sama kak  Rayan di sini, kamu sekolah yah, ayah ngga akan suka kamu begini”, lanjut Vega.

            Salsa menyerah, “Tapi kalau ada kabar, kabarin Salsa yah”, ucap Salsa, bangkit sembari membereskan barang bawaannya, sebanarnya dia berat, beraaaaaaaat banget ninggalin ayahnya, tapi apa mau dikata.

“Oh iya Sal, kakek ingin bicara sama kita”, ucap Vega begitu adiknya hendak mencium tangan ayahnya.

            Salsa diam sejenak, dia tahu kalau sejak ayahnya sakit, kekeknya selalu datang menjenguk dan sangat perhatian, tapi saat ini dia tidak ingin membicarakan hal ini, baginya kesembuhan ayahnya jauh lebih penting. “Jangan saat ini yah kak.”

“Ya udah, kakak ngerti”, ucap Vega. Dia tahu semua ini tak akan mudah.

“Salsa pulang yah yah”, ucapnya seraya meninggalkan ayahnya, tapi matanya tak kunjung beralih dari ayahnya…ayahnya yang sedang terbujur lemas.

 

Di sekolah

 

“Gimana kabar ayah lo Sal?”, tanya Azis begitu jam pulang berbunyi.

“Masih seperti kemarin Zis, belum ada yang berubah”, jawab Salsa lemas, tawanya yang biasanya terukir di wajahnya kini menghilang, perasaannya tak karuan, walau dia kesekolah, tapi pikirannya tak beralih dari ayahnya.

“Oh iya Sal, waktu itu gue minta maaf yah, gue ngga tahu lo bakal sampai kaya gitu”, ucap Azis tulus.

“Ngga, itu sepenuhnya salah gue. Yang sekarang gue pikirin cuma keadaan ayah gue, gue ngga mau ada apa-apa sama dia”, jawab Salsa.

“Mudah-mudahan ayah lo cepet sembuh yah”, ucap Azis lagi.

“Iya. Amin. Gimana kabar lo sama Zhe?.”

“Baik. Tadinya dia ngga setuju sama yang mau gue lakuin, tapi dia ngerti dan mau nunggu gue”, jawab Azis.

“Syukur deh. Eh sorry yah Zis, gue mau ke rumah sakit lagi”, ucap Salsa begitu melihat jam tangannya sudah menunjukan pukul 2 siang.

“Oh… mau gue anter?”, tawar Azis.

“Ngga usah. Gue pergi sama Verald”, jawab Salsa.

“Yah udah, salam sama keluarga.”

“Iya”, Salsa berlalu meninggalkan Azis.

Teen series : Are we still enemy ?Where stories live. Discover now