Chapter 1

32.7K 1.9K 118
                                    

Dina berulang kali menghela nafas dengan perlahan menatap gedung pencakar langit di hadapannya saat ini, mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Ini hari pertamanya masuk kerja, sebagai desainer interior.

Seminggu yang lalu Dina mengikuti beberapa test hingga tahap interview dan berhasil diterima berkerja di Mahendra Company. Dina terus mengucap syukur karena tak semua orang seberuntung dirinya, baru sebulan yang lalu lulus kuliah sudah diberi kesempatan berkerja. Tekat Dina memang menjadi orang sukses di usia muda, membanggakan kedua orangtua di kampung.

Dina mulai memasuki gedung itu. Mengedarkan pandangan di setiap derap langkah kakinya. Warna, tata letak dan pemilihan barang-barang yang menghiasi setiap sudutnya begitu menarik, asri dan sejuk dipandang. Selera yang sangat bagus! Dalam hati, Dina bertekat kalau ia juga harus bisa seperti desainer interior yang sudah mendekor ini. Dina mengangguk mantap.

Pasti bisa, semangat!

Dina tersentak menyaksikan beberapa karyawan tengah berbondong-bondong memasuki lift. Dina pun lari terbirit-birit untuk memasukinya juga. Tepat saat ia masuk, lift berbunyi, membuat salah satu karyawan berujar "Hei yang terakhir masuk, keluar!".

Dina mencebik sebal. Mulutnya komat-kamit. Dengan berat hati Dina keluar. Menunggu di depan lift sambil sebentar-sebentar melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit.

Gawat! Bagaimana kalau ia sampai terlambat masuk ruangan? Duuuh... Dina sungguh tak ingin memberikan kesan buruk di hari pertamanya berkerja. Dina pun spontan mengacak-acak rambutnya. "Hhuu gimana nih?" gumamnya gelisah. Sudut matanya menangkap lift sebelah tengah terbuka, Dina langsung berlari memasukinya lalu ditekannya tombol enam-lantai tempat dimana ia akan berkerja.

Dina bersandar di dinding lift sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Lalu ditegakkan balik tubuhnya. Disisirnya rambut ikal sepunggungnya yang berantakan hanya dengan jemari bisa kembali rapi.

Lalu tiba-tiba Dina sadar akan sesuatu, langsung dirogoh tasnya. Diambilnya buku bersampul merah yang ada disana, dan menatap buku itu dengang bibir mengerucut. "Hiiiiii" Dina memukul-mukulkan buku itu ke keningnya dengan penuh rasa kesal di dada. "Kok bisa sih..." rengeknya seraya menghentak-hentakan kaki.

Kemarin Dina membeli buku berjudul Success in Life dan entah bagaimana ceritanya buku itu bisa berubah jadi buku How to Making Love Passionately saat dibukanya di angkot. Untung cepat-cepat dimasukkannya balik ke dalam tas sebelum yang lain melihat.

"Ehem!" deheman seseorang sontak membuat Dina menurunkan buku itu dari wajahnya. Diperbaiki posisi berdirinya dan dengan cepat pula disembunyikannya buku itu di punggungnya.

"Ngapain disini?" tanya pria berjas rapi itu pada Dina. Kalau dilihat-lihat pria itu pasti dari kalangan atas, batin Dina. Perawakannya yang tampan, tinggi, tegap dan berwibawa. "Yah.. mau ke lantai enam" Dina tersenyum.

Orang disekitarnya memang mengenal Dina gadis yang ramah dan murah senyum. Namun melihat tatapan lekat pria itu padanya membuat senyum Dina memudar, berganti rasa marah yang menggelegar tiba-tiba. "Ngapain lihat-lihat kayak gitu?!!" sentak Dina.

Satu lagi, Dina juga dikenal gadis yang suka bicara ceplas-ceplos tanpa pikir panjang dulu.

"Anda lagi mikirin hal-hal yang jorok kan?!" tuding Dina, wajahnya memerah. Tadi, setelah turun dari angkot Dina sempat membaca buku itu. Disana tertulis, sebelum mulai menyentuh wanita biasanya sang pria menatapnya lekat. Tepat, pria itu menatapnya lekat. Kurang ajar!!!! "Berani-beraninya anda! Padahal kita kan nggak saling kenal, anda udah ngebayangin yang bukan-bukan dengan saya!" Dina menggertakkan gigi dan mengacung-acungkan telunjuknya pada pria itu.

Hey Dina! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang