Chapter 17

15K 1.5K 209
                                    

Dina menggoyang-goyang pulpen di tangannya. Ingatannya kembali ke pesta Lili tempo hari. Disana ia bertemu cinta pertama Tama itu untuk pertama kalinya. Wanita itu benar-benar cantik, seperti dewi khayangan yang tercipta untuk dewa Yunani seperti Tama.

Mereka begitu serasi, ringis Dina dalam hati.

Meski waktu itu Tama sempat melepas tangannya, tapi pria itu sama sekali tak menegur Nayla. Ia malah membuang pandangannya. Dina bisa melihat wanita itu mencoba untuk berbicara, namun Tama kembali menggenggan tangan Dina, menariknya menjauh dari sana. Tama tampaknya sangat enggan untuk bertegur sapa pada cinta pertamanya itu.

Dina penasaran, entah apa yang terjadi di masa lalu mereka hingga hubungan Tama dan Nayla bisa berakhir.

Dina menghela nafas perlahan. Ia mulai menggerak-gerakan pulpennya di atas kertas. Lebih baik ia menyelesaikan sketsanya, daripada terus memikirkan hal yang memusingkan itu.

***

Dina keluar dari toilet, ia baru selesai membasuh wajah karena merasa penat. Saat hendak meninggalkan koridor toilet itu, tiba-tiba ada tangan kokoh yang menangkap pergelangan tangannya. Membawanya ke sudut dinding yang sedikit tertutup. Dina sontak begitu ketakutan. Ia terus memejamkan mata rapat-rapat. Jalan satu-satunya harus berteriak meminta tolong, agar bisa lepas.

"To-"

Sayang, sang pemilik tangan kokoh itu langsung membungkam mulut Dina dengan tangannya yang satu lagi.

Astaga! Mimpi apa Dina semalam, sampai mengalami kejadian seperti ini.

Siapa pun yang lewat... tolong Dina!

"Hahaha!"

Suara itu? Alis Dina mengerut. Ia tak asing dengan suara itu. Dina perlahan membuka matanya.

Ternyata benar dia!

"Hhmm hmm hm!" Dina marah dengan mata melotot pada orang itu yang masih juga membungkam mulutnya.

Dina langsung menginjak keras kaki orang itu. Hingga tawa orang itu berubah jadi jeritan kesakitan yang tertahan.

"Kamu!" Tama membungkuk, diusapnya kakinya yang baru diinjak Dina.

"Huhhh bapak ngapain sih?! Saya udah ketakutan banget! Saya pikir orang lain yang mau coba macam-macam sama saya. Saya pikir, ada pencopet yang bisa masuk kemari. Saya pikir ada karyawan yang benci sama saya, jadi mencoba mencelakai saya. Saya pikir ta-"

Tama kembali menutup mulut Dina dengan telapak tangannya.
"Kamu terlalu banyak berpikir." Dipepetnya tubuh Dina ke dinding.

Dina membulatkan matanya, kedekatan ini membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Apalagi Tama semakin mendekatkan wajahnya, dan kini mata mereka saling mengunci.

Tanpa aba-aba, Tama mengecup punggung tangannya sendiri yang tengah menutupi bibir Dina itu.

Ya ampun.... jantung Dina semakin berdetak kencang tak karuan. Jika tangan itu tak ada, otomatis mereka akan berciuman.

"Kamu mau saya lepaskan kan?" Tama menjauhkan tangannya, dan itu sukses membuat bibir mereka bertemu dan bergesekan.

ASTAGA!!!

Dina refleks mendorong dada Tama cukup kuat hingga pria itu mundur beberapa langkah darinya. Napas Dina memburu, ia sungguh terkejut. Sementara Tama malah menyeringai puas di depannya.

Hey Dina! ✔️Where stories live. Discover now