Chapter 9

12K 1.4K 97
                                    

Aku bolak-balik publish. Lagi2 wattpad ku error 😩 Udah muncul gak chap 9 nya?

Tama membelalak tak percaya melihatnya. Baru kali ini ia temui perempuan pingsan, hanya karena dikecup sudut bibirnya. Bahkan itu belum bisa dikategorikan ciuman, tapi Dina sudah begini. Bagaimana jika tadi ia berbuat lebih, bisa-bisa gadis itu gagal jantung dan dilarikan ke rumah sakit.

Tama menyugar rambutnya. Mengusap wajahnya berkali-kali, sebelum ia mendekat dan merengkuh Dina ke dalam pelukannya. Membopong gadis itu ke luar.

Baru saja keluar dari dalam lift, beberapa karyawan perempuan yang sedang menunggu di depan menatap mereka tak percaya. Kelihatan sangat terkejut, untuk pertama kalinya melihat atasan yang mereka kagumi menggendong ala bridal seorang gadis, dan itu hanya gadis biasa.

Tama menyadari rasa terkejut serta penasaran karyawannya itu. Tapi ia tak menghiraukan, apalagi ambil pusing. Namun saat melewati mereka, Tama mendengar bisik-bisik menanyakan siapa sosok gadis itu. Membuat langkahnya terhenti.

"Itu siapa sih? Karyawan atau bukan?"

"Entah! Masih cantikan kita kemana-kemana"

"Iya.. lihat deh, pakaiannya aja kampungan banget"

Tama memutar tubuh menghadap mereka. "Ini kantor, bukan tempat menggosip" ujarnya. Sontak karyawan itu terdiam dengan raut ketakutan.

"Kalau kalian masih mau tetap berkerja disini, jangan menggosip apalagi menyebarkan apa yang baru kalian lihat. Kalau tidak, kalian tahu apa yang akan saya lakukan" Tama melemparkan tatapan dinginnya. Ketiganya pun menundukkan kepala. "Iya pak.. maafkan kami".

***

Tama membawa Dina ke ruangannya dan membaringkan di sofa empuk yang ada disana. Ririn-sekretaris Tama yang dipanggil masuk ke dalam, mengernyitkan kening saat membuka pintu dan melihat gadis yang sama tempo hari tengah berbaring di hadapannya. Ririn jadi semakin bertanya-tanya dalam hati, ada hubungan apa antar atasannya itu dengan gadis tersebut.

"Dia pingsan. Apa harus panggil dokter?" suara berat menyapa telinga Ririn, membuatnya yang melamun langsung tersentak.

"Oh. Kenapa pak?"

"Dia pingsan. Apa harus panggil dokter? Atau kamu tahu caranya agar dia bangun?" Tama menatap kesal Ririn yang tak tanggap saat ia bertanya, hingga harus mengulanginya.

"Saya rasa pakai minyak kayu putih bisa, pak. Diolesin ke hidungnya"

"Kalau gitu, bawakan saya minyak kayu putih"

"Sebentar, pak. Saya punya di tas" Ririn keluar mengambil minyak kayu putihnya lalu masuk lagi ke dalam ruangan Tama.

Tama pun menyuruh sekretarisnya itu mengoleskan minyak kayu putih ke hidung Dina. Tama tak habis pikir tentang apa yang terjadi padanya belakangan ini. Ia sudah pernah memeluk Dina lalu tadi ia mengecupnya. Entah apa yang membuatnya tanpa sadar melakukan itu.

Perlahan kedua kelopak mata Dina terangkat. Awalnya, gadis itu terlihat kebingungan. Menatap ke sekelilingnya dengan dahi mengerut. Namun tak butuh waktu lama, sepertinya ia mulai sadar apa yang barusan terjadi.

Dina sontak terduduk. Diturunkan langsung kakinya dari sofa dan matanya langsung tertuju pada Tama yang duduk di depannya. Pria itu menatap datar dan kelihatan tenang. Seperti tak terjadi apapun sebelumnya.

Hey Dina! ✔️Where stories live. Discover now