t e a s e r [ 2 ]

1.2K 145 25
                                    

"Hei, Bella." Anak laki-laki itu datang dari belakang, kemudian membanting bokongnya di tanah, tepat di samping gadis yang sedang duduk menghadap danau.

Gadis itu tampak terkejut. "Ah! Kau mengejutkanku."

"Maaf kalau begitu, Tinkerbell," ucap anak laki-laki itu sembari terkekeh pelan.

"Oh, ayolah, Louis. Jangan memulai lagi."

"Maaf lagi. Kau sedang apa?"

"Menggambar," jawab gadis itu. Ia melanjutkan kegiatannya.

"Kau menggambar wajahku? Ah, gambarmu jelek sekali. Oh, astaga. Wajahku sangat jelek!"

"Aku tahu gambarku jelek. Aku juga menggambar wajahku, jadi kau tidak jelek sendiri."

"Kau sudah mengakui kalau kau adalah Tinkerbell!"

Gadis itu berdecak. "Bukan, bodoh. Aku menggambar kau sebagai Peter Pan karena aku menganggapmu Peter Pan. Dan aku menggambar diriku sebagai Tinkerbell karena kau menganggapku Tinkerbell, Louis. Jangan mengira aku suka dipanggil Tinkerbell."

"Aku akan memutar kedua bola mataku mendengar jawabanmu."

"Lakukan saja, idiot. Kau tidak perlu menyuarakannya."

"Aku bukan idiot, Bella."

"Tapi kau bodoh."

"Benar sekali."

"Louis, aku tidak mau kehilangan sahabat sepertimu."

"Aku juga tidak mau meninggalkanmu." Anak laki-laki itu tersenyum.

"Jika kau mau meninggalkanku, maka ini untukmu saja."

"Aku sudah berkata aku tidak berjanji untuk tidak meninggalkanmu. Tapi, aku akan mengambil gambar itu dan memajangnya di kamarku. Aku janji."

"Dasar Peter Pan yang labil."

"Dasar Tinkerbell menyebalkan."

"Can I just be Wendy instead of Tinkerbell?" tanya gadis itu, memutar kedua bola matanya.

"Tidak," sahut sahabatnya. "Wendy bukan bagian dari Neverland milikku. Bukan."


Hai ada yang mau aku bilang sama aku tanya nih haha.

Cerita ini bukan cerita yang isinya percakapan semua jadi jangan salah ngira dulu haha. Emang untuk beberapa bagian ke depan, seluruhnya berisi mayoritas percakapan antara Louis dan Bella. Tapi setelah itu, bakal ada banyak narasi.

Terus aku mau nanya. Cerita ini diubah ke fantasi aja atau ke cerita biasa aja ya bagusnya?

When Peter Pan Loves AutumnWhere stories live. Discover now