s i x

657 89 22
                                    

Kami berhenti di sebuah pulau beberapa jam kemudian. Untungnya, dua jam yang lalu Harry dan awak kapal lainnya berbaik hati padaku untuk meminjamkan ruangan khusus milik Liam untukku tidur dan beristirahat meskipun Liam sendiri sudah menggerutu dan bergumam tak jelas.

"Apakah Louis ada di pulau ini?" tanyaku pada Liam.

"Tidak ada."

"Lalu untuk apa kita pergi ke pulau ini?" aku menaikkan salah satu alisku.

"Untuk menjumpai tabib dan meminta ramuan untuk diminum oleh Peter Pan agar dia sembuh dari amnesianya." Jawab Liam kemudian.

"Lalu mengapa kalian tidak pernah memberikannya minuman itu sebelumnya?" aku mendecak sebal. Apakah orang-orang di Neverland tidak pernah bersekolah?

"Peter Pan tidak pernah mau meminum ramuan itu, Bodoh." Liam balas berdecak sebal padaku. "Perhatikan langkahmu dan berjalanlah dengan lebih cepat. Aku ingin Tinkerbellku kembali padaku."

"Aku bisa berjalan sendiri!" seruku ketika Liam menarik lenganku secara paksa.

"Aku membantumu agar kau tidak terjatuh ke dalam lumpur yang akan membuatmu tenggelam." Liam mendengus. Dan ketika itu juga aku merasa Liam mengangkat tubuhku dan meletakkanku kembali ke atas tanah ketika dia juga selesai meloncat di atas lumpur itu.

"Terima kasih."

Tak lama kemudian, aku, Liam, Harry, Niall, dan Zayn yang juga ikut turun dari kapal pun menemukan sebuah pondok tua di tengah-tengah hutan setelah kami melewati berbagai rintangan di hutan tadi seperti lumpur, pohon-pohon yang berduri tajam, dan berbagai hal aneh lainnya.

Liam kemudian mengetuk pintu kayu yang berlumut di hadapan kami. Kemudian, seorang laki-laki tua berkacamata bulat dan tebal membuka pintu itu dan menyambut kedatangan kami dengan tatapan datarnya. "Oh, kau. Ada apa kau di sini? Jika kau pergi ke rumahku hanya agar aku memberikan ramuan agar Tinkerbell menyukaimu lagi, pergilah dari sini. Aku tidak bisa membuat ramuan itu."

Aku menahan tawaku. Jadi, Liam juga pernah meminta ramuan cinta pada kakek-kakek ini? "Maaf, Pak. Tapi kami hanya ingin meminta ramuan penghilang amnesia padamu." Ucapku sopan kepada pria itu, dengan tawa yang masih kutahan. Aku bisa mendengar Liam mendengus di sampingku.

Pria itu beralih menatapku dan tersenyum. "Kalau yang itu, aku masih punya sedikit, Anakku. Ayo masuk." Ajaknya tak kalah sopan padaku kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya. Aku tersenyum puas dan meledek Liam sebelum masuk.

"Bau obat." Gumam Liam ketika kami masuk ke dalam rumah pria itu.

"Siapa yang akan kalian berikan ramuan penghilang amnesia?" tanya pria itu padaku. "Satu orang atau beberapa orang?" tanyanya lagi.

"Satu orang saja, Charles. Dan orang itu adalah Peter Pan." Jawab Liam mendahuluiku. Oh, jadi nama pria ini Charles?

"Baguslah. Ini hanya cukup untuk satu orang saja. Dan, Peter Pan, kau bilang? Kalian mengira dia akan mau meminum ramuan ini?" Charles tertawa meledek. Kemudian ia mencari-cari ramuan penghilang amnesia itu di rak yang berisi banyak sekali botol-botol berbentuk aneh.

"Aku yakin dia mau meminumnya, Charles."

"Ah, baiklah, anak gadis. Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanyanya sambil memberikanku sebuah botol berwarna biru tua padaku ketika dia sudah menemukannya. Aku memperhatikan botol itu. Isinya hanya tinggal setengah.

"Bella."

"Nama yang cantik seperti orangnya." Pujinya sambil tersenyum. Kerutan di dekat matanya terlihat. "Jangan membuang-buang ramuan ini. Karena aku tidak memiliki gantinya. Berjuanglah kalian semua!" serunya kepada aku dan Liam. Ya, hanya aku dan Liam. Karena Harry, Niall, dan Zayn berada di luar menunggu kami.

"Terima kasih. Aku berhutang padamu, Charles." Aku tersenyum kepada Charles, dan meninggalkannya bersama Liam.

When Peter Pan Loves AutumnWhere stories live. Discover now