n i n e

520 94 23
                                    

Louis menghampiri kami. "Untuk apa kau datang ke tempatku?" ia bertanya kepada Liam. "Kau ingin mengambil Tinkerbell lagi?" tanyanya lagi sambil menunjuk Tinkerbell yang ada di belakangnya.

Tenggorokanku tercekat sekarang. Mendengar Louis yang sangat menjaga dan tidak ingin kehilangan Tinkerbell membuatku menjadi hancur. Bagaimana kalau Louis benar-benar tidak ingin meminum ramuan itu dan kembali ke Dunia Nyata bersamaku? Apa yang harus aku lakukan tanpanya?

"Hey, mengapa kalian semua terdiam?" tanyanya, kali ini lebih keras. Dia kemudian melirikku dan mendekat padaku. "Kau adalah gadis aneh tadi pagi, bukan? Mengapa kau berada di sini dengan bajak laut aneh ini?"

Aku terdiam, menatap mata birunya. "Louis." Panggilku kemudian.

"Siapa Louis?"

"Maksudku Peter Pan." Louis mengangkat dagunya, menyuruhku untuk berbicara. "Aku ingin meminta bantuanmu." Ucapku padanya.

"Kami ingin kau meminum ramuan penghilang amnesia itu." Kata Liam tiba-tiba, menatap Louis tanpa arti.

Raut wajah Louis berubah menjadi marah, membuatku mundur selangkah dan menjauhinya. "Aku pernah berkata padamu kalau aku tidak amnesia!" serunya kepada Liam. "Aku tidak akan pernah meminum minuman menjijikkan itu! Jangan memaksaku!"

Aku tidak berkata apapun. Sementara itu, Liam maju selangkah untuk mendekati Louis. "Peter Pan, namamu bukanlah Peter Pan. Kau adalah Louis. Louis Tomlinson. Kau berasal dari Dunia Nyata, bukan dari Neverland!"

"Tidak! Aku berasal dari Neverland! Kau tidak bisa mengaturku sesuka hatimu. Dan aku tidak akan memberikan Tinkerbell kepadamu!" seru Louis lagi. Dan kalimat terakhirnya sukses membuatku lebih membeku. Mengapa Louis begitu menyayangi Tinkerbell itu?

"Siapa yang berkata Liam ingin mengambil Tinkerbell lagi?" Harry kemudian berbicara.

"Ya, Harry benar. Kami hanya ingin mengembalikanmu ke Dunia Nyata, tempatmu berasal." Ucap Zayn menimpali Harry.

Oh? Liam tidak ingin mengambil Tinkerbellnya kembali? Mengapa?

"Aku sudah muak padanya. Aku tidak akan mau bersahabat dengannya lagi. Aku membencinya." Liam menatap tajam Tinkerbell. Tatapannya benar-benar seperti orang yang sedang marah. Dan makhluk kecil aneh itu bersembunyi di punggung Louis. Aku mengepalkan tanganku. Astaga, betapa aku membenci makhluk aneh bernama Tinkerbell itu.

"Tetap saja aku tidak akan mau meminum ramuan bodoh itu. Jangan menyia-nyiakan ramuan itu, Liam. Kau tentu ingat dua bulan yang lalu kalian juga memberikanku ramuan yang sama dan aku menumpahkan setengah dari isinya? Oh, itu sungguh disayangkan. Jadi, jangan membuatku menumpahkan sisanya lagi sekarang karena aku sungguh tahu bahan-bahan untuk membuat ramuan itu tidak ada di sekitaran Neverland. Tolonglah, masih banyak yang membutuhkan ramuan itu."

Semuanya menjadi terdiam mendengar ucapan Louis yang ada benarnya dan tentunya sungguh bijak. Kemudian, Niall memperhatikanku sejenak dan menghampiriku. Laki-laki itu berbisik di telingaku.

"Hanya kaulah yang dapat membuatnya mau meminum ramuan itu, Bella. Bujuklah dia. Aku yakin padamu."

Aku memperhatikan wajah Niall dengan serius. Beberapa saat aku terdiam, sesekali menarik napas, dan aku mengangguk kepadanya. Ya, tentu saja hanya aku yang bisa membujuknya. Karena Harry, Niall, Zayn, dan Liam saja tidak bisa membujuknya untuk meminum ramuan itu. Lantas, aku pun maju dan berdiri di hadapan Louis. Semuanya memperhatikanku, termasuk Tinkerbell dan Louis.

"Louis, akulah Tinkerbellmu yang sebenarnya."

When Peter Pan Loves AutumnDonde viven las historias. Descúbrelo ahora