e l e v e n

614 89 33
                                    

Akhirnya aku pun ikut mengejar Louis. "Louis!" panggilku sambil masih berlari mengejarnya yang juga sedang mengejar Zayn. Astaga, kami terlihat seperti orang bodoh sekarang. "Louis, berhenti!" seruku kembali. Namun Louis tak kunjung berhenti dan masih mengejar Zayn yang sudah berkali-kali nyaris terjatuh karena tidak memperhatikan jalannya. "Louis, berhenti mengejar Zayn!"

Louis pun berhenti. Dan disaat itu juga aku menyadari kalau volume suaraku ketika memanggilnya barusan terlalu keras. Dan laki-laki itu berhenti dan berbalik badan untuk menatapku. "Apa lagi, Bella? Kau ingin mempermainkanku kembali?" tanyanya sarkastik. Aku diam. Melihat gerakan bibirnya ketika menyebutkan namaku sungguh membuatku merindukannya.

Aku akhirnya mendekat kepada Louis. "Aku sudah mendapatkan ramuannya. Dan kau harus meminumnya sekarang."

Awalnya aku mengira Louis akan marah padaku. Tapi yang aku dapatkan darinya hanyalah sebuah tawaan. Dia tertawa sumbang dan mendengus. "Aku sudah tidak ingin meminum ramuan itu." Tiba-tiba saja wajahnya menjadi sangat dingin dan laki-laki itu membuang jarak di antara kami. "Dasar kalian penipu! Aku tidak ingin dibodoh-bodohi oleh kalian!"

Aku mundur selangkah. "Louis, ini benar-benar bukanlah sebuah penipuan. Aku berkata jujur, Lou."

"Penjilat."

"Louis, percayalah padaku."

Louis maju dan mendekat. Raut wajahnya masih terlihat marah. Aku kembali mundur tanpa mengalihkan pandanganku dari matanya yang berwarna biru itu. Aku masih berjalan mundur ketika akhirnya punggungku menabarak sesuatu yang sangat keras. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat ke atas. Ah, ini adalah sebuah pohon ek.

Tanpa banyak berpikir dan terlalu takut karena Louis sudah mendekat, aku pun memanjat ke atas pohon itu. Aku menyesal aku tidak berpikir panjang karena Louis tentunya bisa memanjat mengikutiku. Aku mempercepat gerakanku. Tangan kananku yang memegang botol ramuan itu akhirnya tergelincir, membuat aku kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh di ranting pohon yang tebal.

Louis mendekat padaku. "Berikan padaku ramuan itu!" paksanya sambil mendekat dan berusaha meraih botol itu.

"Tidak."

"Aku tidak ingin meminumnya, kau manusia sialan. Kau hanya membuang waktumu di Neverland hanya untuk melakukan hal bodoh semacam ini." Ucap Louis.

Aku menggelengkan kepalaku menatap mata birunya yang terlihat sangat indah dari dekat. "Aku tidak membuang waktuku, Louis. Aku berkata yang sebenarnya padamu. Harus berapa kali aku menyuruhmu mempercayaiku?"

"Dan harus berapa kali aku harus mempertegas kalau namaku adalah Peter Pan. Bukan Louis. Berhentilah berfantasi!"

Louis berusaha mengambil ramuan itu kembali dariku. Gerakannya agak lebih cepat kali ini. Aku melayangkan tanganku ke kanan dan ke kiri untuk menghindarinya. Louis semakin cepat dan lagi-lagi aku harus kembali melayangkan tanganku ke segala arah untuk mengamankan ramuan itu—

Tapi aku salah. Semuanya tidak berjalan seperti kemauanku dan ramuan itu terjatuh ke bawah dan botolnya pecah, mengeluarkan cairan ungu yang ada di dalamnya. Aku menatap Louis syok ketika laki-laki itu tersenyum miring, agak jahat. "Sudah kubilang aku tidak ingin meminum cairan menjijikkan itu."

When Peter Pan Loves AutumnDonde viven las historias. Descúbrelo ahora