f o u r

716 91 17
                                    

Aku memicingkan kedua mataku pada Liam. "Mengapa kau menjadi baik?"

"Menurutmu begitu, ya? Padahal kurasa aku masih saja malas untuk membantumu." Ucapnya, masih sombong.

Aku kemudian menggerutu dan dan meninggalkannya, mendekati Harry dengan Zayn yang ada di sisi kapal. Kurasa Niall membuntutiku. "Hey, Zayn. Hey, Harry." Sapaku pada mereka. Dengan cepat, mereka menoleh ka arahku dan mendekatiku dengan rusuh, sama seperti mereka pertama kali melihatku.

"Sialan, Zayn! Aku duluan yang menghampirinya. Mengapa kau mendekatinya."

"Ah, sana kau! Jangan mendorong tubuhku."

"Aku tak akan mendorongmu kalau kau tidak mendorongku duluan."

"Diamlah, Harry keriting. Bella ingin menyampaikan sesuatu padaku."

"Tidak. Dia ingin menyampaikan sesuatu padaku."

"Tidakkah kau dengar dia menyebutkan namaku terlebih dahulu tadi?"

"Apa? Tidak, dia juga menyebut namaku."

"Berhenti mendorongku!"

"Kaulah yang seharusnya melakukan itu!"

"Teman-teman, berhenti bertengkar!" seru Niall, membuatku yang tergelak melihat Zayn dan Harry menoleh kepadanya. "Bella tidak akan menyukai kalian kalau kalian bertingkah seperti anak-anak. Bukan begitu, Bella?" Niall tersenyum lebar dan mendekat padaku.

Aku menaikkan salah satu alisku. "Uh, aku tidak akan menyukai siapapun di sini." Ucapku. Aku kemudian melihat Zayn, Harry, dan Niall berhenti berbicara dan menatapku tanpa arti. Segera aku menambahkan. "Aku menyukai kalian, tapi, Niall benar. Kalian tidak cocok untukku. Kalian bukanlah orang yang kucari." Aku tersenyum pada mereka. Dan ketiganya mulai tersenyum lagi.

"Dasar idiot. Mau saja ditipu olehnya." Aku menatap Liam yang sekarang sedang berada di antara kami. Ugh.

"Kau sebut kami idiot? Lantas mengapa kau menjadikan kami awak kapal di sini? Kalau saja kau tidak memohon-mohon pada kami untuk menjadikan kami awak kapalmu, kami tidak akan mau berada di sini. Kau kapten yang idiot."

Oh, jadi Liam memohon-mohon pada Harry dan yang lainnya untuk menjadi awak kapalnya? Oh, itu sungguh menjawab satu per seribu pertanyaan yang ada di otakku.

"Ya, kau benar. Kau tidak bisa mengatai mereka idiot, sedangkan kau juga idiot." Ucapku pada Liam, membela Harry, Zayn, dan Niall.

"Nyatanya mereka memang idiot, bukan?"

"Kau menyebalkan! Akan kudorong kau ke laut supaya kau mati!"

"Sudahlah, Bella. Kau tidak perlu membela kami." Ucap Zayn. "Liam sudah biasa seperti ini. Bagi kami, ucapannya adalah omong kosong." Aku menatapnya heran, dan dia juga Harry tergelak. Mereka berdua kemudian meninggalkanku dan Liam.

"Dengar? Mereka saja tunduk padaku." Dia tertawa. "Semua orang di sini tunduk padaku."

"Oh, aku tidak peduli!"

Kemudian Niall berdecak sebal. "Kalian memang tidak bisa tenang! Aku lelah mengurusi kalian." Gerutunya kemudian. Laki-laki bermata biru itu kemudian berjalan meninggalkanku dan Liam dengan wajahnya yang kesal. Aku memandangnya dengan terheran-heran.

"Kau harus menceritakan apa yang membuatmu ingin membantuku." Aku menatap tajam Liam.

Liam mendengus. "Kau tidak perlu tahu. Yang harus kau pikirkan adalah kau akan bertemu dengan si Peterpan bodoh itu dan pergi dariku." Ucapnya. "Eh, tapi bagaimana kau bisa mencari dia?"

Aku tersenyum. "Kalau kau menceritakan padaku apa yang membuatmu mau membantuku, aku akan menceritakannya kepadamu." Dan Liam mendengus.

_______________

Heyyy, I don't know what to say so what about this chap?:)

When Peter Pan Loves AutumnWhere stories live. Discover now