t e n

545 81 25
                                    

"Apa maksudmu? Tinkerbell hanya ada satu di dunia ini. Dan ia adalah yang sekarang berada di belakangku. Dan sekali lagi, namaku bukan Louis."

Aku menghela nafas. "Bisakah kau ikut denganku sebentar? Ada hal yang ingin aku jelaskan kepadamu." Ajakku. Louis berpikir sejenak dan mengangguk, mengikutiku menjauh dari mereka semua.

"Jelaskan padaku." Louis melipat tangannya dan menatapku datar.

"Kau berasal dari Dunia Nyata." Ujarku padanya. Louis menaikkan salah satu alisnya dan memajukan tubuhnya, terlihat tertarik dengan perkataanku. "Kau...adalah sahabatku, Louis. Ya, namamu memang Louis. Kau dan aku terjatuh di sebuah lubang dan kau mendarat di sini enam bulan lebih awal dari pada aku. Aku tidak tahu apa yang membuat kita menjadi berbulan-bulan terpisah di sini. Tapi...kau memanglah berasal dari Dunia Nyata. Benturan keras di kepalamu membuatmu amnesia."

"Serius?" tanyanya. Aku mengangguk. "Apa buktinya?"

"Ramuan penghilang amnesia. Kalau kau meminumnya dan ingatanmu kembali, berarti aku benar. Kalau ingatanmu tidak kembali, maka akulah yang salah dan aku akan keluar dari Neverland."

Louis mempertimbangkan ucapanku. Laki-laki itu kemudian mengangguk perlahan. "Apa benar kita akan ke Dunia Nyata kalau aku memanglah sahabatmu?"

"Tentu saja, Louis. Tempat kita memang disana."

Aku mengajaknya kembali mendekat pada Liam dan yang lainnya. "Zayn." Panggilku. Laki-laki bermata cokelat itu kemudian menoleh padakuu dan mengangkat kedua alisnya. "Dimana ramuan itu?" Zayn pun segera merogoh tas kecil kulit yang dibawanya.

"Dia mau meminumnya?" tanya Liam agak terkejut.

Aku mengangguk.

"Sudah kubilang padamu, Bella." Ucap Niall, membuatku tertawa pelan.

"Ayolah, aku tidak memiliki banyak waktu untuk membuktikan kalau aku adalah seorang manusia asli seperti Bella." Kata Louis tak sabaran. Ia mulai berdecak sebal sambil memperhatikan Zayn yang masih merogoh tasnya.

"Zayn, cepat sedikit." Tegurku.

Zayn mengangguk. "Sebentar. Tasku terlalu banyak isinya. Dan aku harus membongkarnya terlebih dahulu." Dan laki-laki itu pun berlutut di tanah dan membongkar semua isi tasnya. Aku memperhatikan apa saja yang dikeluarkan laki-laki itu dari tas tangan kesayangannya itu. Ada beberapa botol minuman, lalu beberapa bungkusan yang terbuat dari daun. Aku tidak yakin apa isinya. Tapi mungkin itu adalah makanan.

Beberapa saat kemudian, Zayn tidak kunjung selesai. Laki-laki itu masih sibuk membongkar tasnya sementara Niall dan Harry yang sudah bosan pun memilih untuk mengobrol.

"Ayolah." Decak Louis lagi. "Apakah kalian mempermainkanku?"

"Tidak." Sanggahku cepat. "Aku sungguh tidak mempermainkanmu, Louis. Aku berkata jujur."

"Lalu dimana ramuan itu? Mengapa kalian lama sekali?"

Dan saat itu pula Zayn berdiri dan menatapku dengan tatapan yang tak menyiratkan apapun. "Aku sungguh yakin aku meletakkannya di tasku."

Aku, Liam, Niall, dan Harry pun membulatkan mata kami, membuat Zayn menjadi bergidik dan mundur selangkah. "Zayn, jangan bercanda."

"Tidak, Bella. Aku serius. Aku sungguh lupa aku meletakkannya dimana. Maafkan aku."

Louis menggeram. "Sudah kubilang kalian mempermainkanku!" serunya marah. Laki-laki itu kemudian berjalan ke arah Zayn, menarik bajunya sehingga Zayn menjadi memberontak dan mendorong Louis. "Sialan kau!"

Zayn menautkan kedua alisnya. "Kau yang sialan! Dasar Peter Pan makhluk aneh! Oh, aku lupa. Namamu Louis, bukan Peter Pan."

Louis kembali menggeram. "Namaku Peter Pan!" dan Zayn berlari, diikuti oleh kejaran dari Louis. Mereka berlari mengelilingi hutan di sekitar. Terkadang mereka meloncat melewati batu, lalu memanjat dari pohon satu ke yang lain. Sungguh, jika kau tertawa, maka aku mengatakan padamu ini bukanlah sesuatu yang lucu.

Aku mulai panik ketika Zayn dan Louis tidak henti-hentinya saling kejar-mengejar di sekeliling kami.

"Bella!"

Aku menoleh pada Harry yang memanggil namaku. "Apa?"

"Di bawah kakimu! Itu ramuannya!"

Aku pun menatap ke bawah. Oh, astaga. Itu memang benar ramuannya!

"Kejar Louis sekarang juga, Bella. Buat dia meminum itu dan kau kembali mendapatkannya." Aku tersenyum pada Liam, disambut oleh senyumannya sebelum aku benar-benar mengambil langkah pertamaku untuk berlari.

_________________

This. Is. Non-sense-_-

p.s: Didedikasiin buat sang mahadewi Inem Pinem yang ngebikin covernya:") Makasih banyak cuyung<3<3

When Peter Pan Loves AutumnWhere stories live. Discover now