o n e

1K 127 21
                                    

Aku tidak pernah mengerti bagaimana bisa aku tidak pernah menyebut diriku ini sebagai Tinkerbellnya. Sejujurnya, aku memang menginginkannya memanggilku Tinkerbell setiap saat. Aku suka bagaimana cara dirinya menyebutkan Tinkerbell itu. Bibir tipisnya yang bergerak dengan lucu bersamaan dengan lidahnya yang bertabrakan dengan giginya, serta suaranya yang memiliki ciri khas itu membuatku ingin selalu mendengar kata-kata Tinkerbell dan Neverland.

Aku heran bagaimana bisa aku menjadi sebodoh ini. Aku melepaskannya di musim gugur, musim kesukaanku, dan membiarkannya pergi begitu saja meninggalkanku. Bahkan aku tidak membiarkannya menyebutku Tinkerbell untuk yang terakhir kalinya. Aku tidak juga memberinya pelukan hangat tanda perpisahan. Dan aku menyesal. Aku membutuhkannya. Tinkerbell membutuhkan Peterpan.

Ada gejolak di dalam diriku yang membuatku tidak ingin melepaskan Louis pergi. Kau bisa saja mengatakan itu karena aku adalah sahabat Louis. Bukan, bukan itu. Aku merasa gejolak itu adalah sebuah hasrat. Hasrat apa pun aku tak tahu. Yang aku sadari, aku terlalu kecil untuk mengetahui jenis hasrat macam apa itu.

Rasa pusing menyelimuti kepalaku sekarang. Kepalaku bagaikan berputar di lingkaran yang selama ini diciptakan olehku dan Louis. Aku sadar aku terjatuh di sebuah lubang tadi, dan aku sama sekali tidak tahu apakah Peterpan melihatku terjatuh atau tidak. Kendati demikian aku merasa aku baru saja terjatuh dari angkasa, bebas, dan mendarat di tumpukan-tumpukan daun-daun pohon mapel yang berguguran dan telah dikumpulkan. Ah, musim gugur.

Tapi dimana aku sekarang?

Aku memaksa tubuhku untuk duduk dan bangkit. Aku masih memegangi kepala kiriku, rasanya berdenyut. Mengerjapkan mata berkali-kali, akupun melihat ke sekelilingku. Tempat yang menyerupai taman ini sangat indah. Aku bahkan tidak pernah melihat ini di tempatku tinggal. Tunggu, apa ini berarti aku tidak berada di Glasgow lagi? Lantas aku berada di mana? Apakah di sebuah lubang ada dunia berbeda? Haruskah aku percaya dengan teori hollow earth? Tidak. Itu terlalu bodoh.

Aku mendengar langkah kaki orang yang memijak daun-daun mapel yang membuatku menoleh dengan cepat ke arahnya. Itu Louis! Aku tahu aku sedang tersenyum dengan lebar sekarang. "Peterpan!" aku menyerukan nama kecilnya, berharap Louis akan menghampiriku dan memanggilku dengan sebutan Tinkerbell. Dadaku berdebar dengan sangat cepat.

Louis menoleh dan tersenyum lebar. "Tinkerbell!" dan benar saja, laki-laki yang memakai baju yang aneh itu sekarang sedang berlari-lari kecil ke arahku. "Tink!" lagi, Louis menyerukan nama kecilku itu sambil melambaikan tangannya. Aku memperhatikan pakaian yang dikenakannya sebentar. Ya, aku tidak salah lihat. Pakaiannya yang berwarna hijau itu memang aneh.

Aku merasa aku tengah melihat seorang Peterpan yang asli.

"Peterpan!" aku kembali menyerukan namanya. "Peter!"

Aku menengadahkan lenganku, bersiap-siap untuk pelukannya yang mungkin akan menghadangku kali ini. Tapi, sial. Laki-laki ini ternyata ingin bermain-main denganku! Dia bahkan tidak datang kepadaku dan hanya melewatiku.

"Louis, jangan membuatku kesal lagi padamu." Aku memutar kedua bola mataku dan membalikkan tubuhku ke belakang. "Louis..." aku terkesiap.

"Tinkerbell, kau kemana saja? Aku merindukanmu." Ucap Peterpanku sambil memeluk seorang makhluk kecil, yang bersayap bening, yang ada di atas tangannya. Apa maksud dari semua ini? Mengapa Louis justru memeluk makhluk lain, bukan aku?

"Louis!" aku menyerukan namanya sambil menepuk pundaknya.

Louis kemudian menoleh kepadaku. Dan senyuman yang diberikannya kepada makhluk aneh itu memudar ketika melihatku. "Maaf, mungkin kau salah orang."

Aku menggelengkan kepalaku tak percaya. "Louis, ini bukan 1 April dan jangan bermain-main. Apa maksudmu memeluk makhluk aneh itu dan memanggilnya Tinkerbell? Dan di mana kita sekarang?" rasanya, semuanya kembali berputar setelah Louis mengatakan aku salah orang.

Makhluk kecil itu menatapku marah, wajahnya terlihat merah padam karena kesal. Sementara Louis kembali menatapku tak percaya. "Aku Peterpan. Sejak kapan namaku ini Louis? Dan, dia memang Tinkerbell. Uh, kita sedang berada di Neverland." Ucapnya, membuatku kembali terkesiap. "Ayo, Tink. Kita tinggalkan gadis aneh ini."

Dan Louis meninggalkanku bersama makhluk kecil itu.

Louis menemukan Tinkerbell barunya? Dan apa maksud dari Louis kalau Louis itu bukan namanya?

_______________

Ternyata ini pendek, padahal dikirain bakalan dua atau tiga halaman-_-

When Peter Pan Loves AutumnWhere stories live. Discover now