t w o

893 104 21
                                    

Akhirnya aku memilih untuk berjalan ke arah dimana Louis pergi dengan makhluk aneh itu tadi.

Apa yang terjadi dengan Louis? Mengapa dia berkata kalau dirinya bukanlah Louis Tomlinson, sahabatku yang selama ini selalu menghabiskan waktu bersamaku? Dan mengapa pula dia berkata kalau namanya adalah Peterpan? Aku tahu Louis sering menyebut dirinya seperti itu. Tapi mengapa ia tidak mengakui kalau namanya Louis?

Dan Tinkerbell?

Apakah tempatku berpijak ini benar-benar Neverland?

Mengapa Louis tadi memakai pakaian seperti Peterpan yang ada di film dan mengapa Tinkerbell yang tadi dipeluk olehnya berwujud Tinkerbell asli? Dia kecil, manis, dan memakai gaun pendek berwarna hijau. Persis seperti Tinkerbell yang asli.

Awalnya, aku tidak menyadari sesuatu yang ada di hadapanku ketika aku berjalan menyusuri hutan ini. Namun kemudian, seiring aku mendekat, ternyata ada kabut yang menutupi laut lepas di depanku. Dan aku merasakan tenggorokanku kering saat itu juga.

Aku berlari mendekati laut itu dan mengambil airnya dengan kedua tanganku dan meminumnya. Untung saja airnya bersih dan sangat jernih. Aku juga membasuh wajahku dengan air itu. Segar sekali. Aku kembali berpikir. Bagaimana caraku agar dapat keluar dari tempat ini?

Kemudian aku menolehkan kepalaku ke segala arah untuk melihat apa saja yang ada di Neverland ini. Ada kapal yang sedang berhenti beberapa ratus meter dariku. Kapal itu cukup besar, terbuat dari kayu yang pastinya sangat kokoh. Pasti ada banyak makanan di sana.

Aku sudah seperti gelandangan saja.

Ketika aku sudah mencapai kapal itu, tak seorangpun terlihat di sana. Jadi, aku memutuskan untuk masuk ke dalamnya saja. Suasana yang agak menyeramkan menyelimutiku.

"Halo? Halo? Ada orang di kapal ini?" tanyaku kemudian. Suaraku menggema. Benar-benar tak ada siapapun di tempat ini.

Aku berjalan ke sebuah pintu kayu yang berjendela lingkaran. Ah, sepertinya di dalam ruangan ini ada banyak orang. Aku tak bisa mengintip, badanku terlalu pendek untuk melihat jendelanya yang terlalu tinggi. Akhirnya, aku pun membuka pintu itu perlahan, dan mendapati sebuah ruangan seperti ruangan rapat. Ada laki-laki tampan berpakaian aneh sedang menaikkan satu kakinya di meja, sementara banyak orang-orang yang duduk di meja itu sambil minum dan makan.

Dan laki-laki itu melihatku.

"Siapa kau?!"

"A-aku Bella." Ucapku gugup ketika dia mendekatiku dan menatapku tajam. "Aku tersesat di sini dan ingin mencari makan, minum, dan jalan pulang." Jelasku kemudian. "Tempatku bukan di sini. Ada yang bisa membantuku?" tanyaku, memperlembut suaraku.

Ada tiga orang laki-laki yang tadinya duduk di meja yang datang mendekatiku. Mereka mendahului satu sama lain untuk sampai di depanku terlebih dahulu. Mau tak mau, aku tertawa kecil melihat tingkah mereka.

"Hai, aku Harry." Sapa seseorang yang berambut keriting padaku. Aku tersenyum melihatnya.

"Aku Zayn!"

"Aku Niall!"

Aku tertawa lagi melihat seorang laki-laki berambut hitam yang menyebut dirinya Zayn itu bertengkar kecil dengan orang yang menyebut dirinya Niall.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya Harry kemudian.

"Aku ingin pulang. Atau kalau kau tak bisa membantuku untuk itu, aku ingin meminta sedikit air dan makanan saja."

"Tentu saja bisa!" seru Harry, Zayn, dan Niall dengan serentak. "Ya, kan, Liam?" tanya mereka kemudian kepada laki-laki pemimpin mereka tadi.

"Tidak!" aku kemudian menoleh kepada Liam yang memberengutkan wajahnya sambil menatap tajam tiga laki-laki idiot tadi. "Tidak ada yang bisa membantunya di sini! Kita memiliki urusan kita sendiri!"

_______________

Ini kayaknya gantung deh-_-

When Peter Pan Loves AutumnDonde viven las historias. Descúbrelo ahora