s e v e n

638 90 25
                                    

"Bella."

Aku menoleh kepada Liam. "Apa?" tanyaku.

"Biar aku yang menyimpan ramuan itu."

Aku memeluk erat botol aneh yang sedang kupegang ketika mendengar Liam ingin menyimpankannya untukku. "Tidak!" bisa saja Liam akan membantingnya nanti kalau sikap buruknya kumat lagi.

"Kau memegangnya dengan tangan kosong! Bisa saja ramuan itu jatuh nanti, Bella."

"Tidak, Liam. Aku bilang jangan, maka jangan!" aku memberontak ketika Liam berusaha menarik botol itu secara paksa dari tanganku.

"Berikan padaku!"

"Nanti bisa jatuh, bodoh."

"Hentikan, kalian berdua!"

Aku dan Liam menoleh kepada Zayn yang baru saja berteriak. Liam menautkan kedua alisnya pada Zayn. "Jangan membentakku. Akulah kapten kalian di kapal."

"Ini masih di hutan." Ucap Harry kemudian dengan wajah yang sangat bodoh.

"Tapi tetap saja aku kapten kalian!"

"Liam! Hentikan omong kosongmu tentang kapten dan pemimpin!" sentakku.

Liam mendengus. "Diam kau, gadis kecil. Berikan padaku botol itu!"

"Tidak!"

"Jangan berebut botol itu lagi! Bisa saja botol itu jatuh karena terhempas." Kata Niall kemudian, mendekat kepadaku dan Liam dan mengambil botol itu. "Lebih baik Zayn saja yang menyimpannya."

"Tapi Zayn itu pelupa, Niall!" sahut Harry cepat.

"Tidak!" seru Zayn kemudian. "Kalau untuk masalah penting seperti ini, aku tidak akan pernah lupa meletakkan ini dimana." Ucapnya sambil menerima botol ramuan itu dari Niall.

"Baiklah kalau begitu." Ucapku menyerah. "Ayo cepat bergerak. Aku ingin segera melihat Louis dan membawanya pulang ke rumah. Aku tidak ingin berada di sini lama-lama dengan si jelek ini." Aku mendengus dan melirik Liam yang ada di sampingku yang ikut mendengus.

Kemudian, aku berjalan lagi menuju kapal mereka yang sudah terlihat di luar hutan.

***

"Kemana sebenarnya tujuan kita?" tanyaku kepada Zayn yang sedang duduk di sisi kapal, melamun. Aku pun ikut duduk di sampingnya.

"Oh, hey, Bella!" Zayn menyerukan namaku terlalu keras, sehingga Harry dan Niall pun mendengarnya dan bergabung dengan kami.

"Mengapa kalian hanya berdua?" tanya Harry.

"Aku hanya ingin bertanya sesuatu pada Zayn." Ucapku lembut.

"Tujuan kita adalah ke sebuah pulau kecil, dimana Peter Pan dan Tinkerbell suka mengasingkan diri mereka. Mereka selalu bermain bersama disana, dan tidak ingin siapapun mengganggu mereka."

"Lalu bagaimana kita bisa kesana nanti? Kapal ini, kan, sungguh besar."

"Kalau kita sudah berada satu mil dari pantai, kita akan berhenti dan menaiki sekoci kecil kita untuk mengendap-endap ke dalam." Jawab Niall. "Jadi apa rencanamu, Bella?"

Aku diam, memikirkan rencana apa yang harus kubuat. "Mungkin aku akan mendekati Louis dan membuatnya meminum ramuan itu. Sehingga ingatannya akan kembali dan ia mau kembali ke Dunia Nyata bersamaku." Aku tersenyum lebar.

"Apakah itu artinya kau tidak akan kembali lagi ke Neverland, Bella?" tanya Harry getir. Wajah polosnya sungguh membuatku ingin mencubitnya.

"Tentu saja dia tidak akan kembali ke Neverland. Dia memiliki tempat di Bumi." Tanpa kuduga, ternyata Liam pun sudah berada di dekat kami dan melipat tangannya. "Jadi bagaimana dengan Tinkerbell? Akankah dia sakit hati kalau Louismu kembali kepadamu?"

"Kau bisa membuatnya jatuh hati padamu." Sahutku.

Liam mengangkat kedua alisnya. "Bagaimana kalau tidak?" gumamnya kepada dirinya sendiri, tapi aku mendengarnya. Kira-kira apa yang menjadi beban pikirannya sekarang ini?

_______________

Ihhhh ini nonsense deh partnya-_- tapi jangan lupa VOMMENTS ya:3

When Peter Pan Loves AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang