Rahasia Takdir

1.3K 52 11
                                    

Cerpen 3

Oleh : Iqbal Saripudin

" Rahasia Takdir "

P

lakk...

sebuah tepakkan keras mendarat tepat di pundak kananku. Sontak aku terkejut dan refleks menoleh ke belakang. Belum hilang derap keterkejutan itu di tambah lagi dengan tingkah asal tepakkan, seorang lelaki separuh baya tanpa basa-basi langsung menggaet tangan dan memelukku erat.

"Riza, Riza...." capnya bernada terkekeh.

Lelaki itu melepaskan pelukannya.Keningnya mengkerut, mungkin akibat menatap ekspresi bengongku."Hei!Riza.Kenapa kauni?Kau lupa siapa aku?" tanyanya semakin membuat otakku sulit berproses.

Dalam selimut kebingungan itu fokusku beralih pada seorang santri bertubuh kurus-kecil yang nampak terkantuk-kantuk duduk sila menyandar pada tiang masjid, berkali-kali keningnya nyaris menubruk lantai. Sama sekali tak bergeming akan kebisingan teman-temannya mendendangkanNadzom Awamil beriringan tabuhan galon. Aku mendekatinya, persis seperti masuk kedalam dunia film yang sedang diputar. Sebentar-sebentar, gurat wajah santri itu... seperti kutemukan gurat-gurat yang sama dengan lelaki yang baru saja sebelumnya memelukku. Masya Allah, iya benar, mirip. Benarkah lelaki itu merupakan wujud dari santri bertubuh kurus-kecil itu?

Aku melangkah lebih dekat. Aku ingat, nama lengkapnya ialah Adam Faizul Firdaus. Sebuah nama indah dan pasti setiap orang akan mengira nama tersebut kontras sesuai dengan realita si pemiliknya. Namun ternyata amat bertolak belakang.Sebab aslinya pemiliknya bertubuh kurus-kecil.Kulitnya berwarna agak kehitam-hitaman dan hmm... dekil, Kawan.Seperti tak pernah tersapu air.Pakaiannya selalu itu-itu saja serta kucel dan kusut. Terkadang sarung yang dikenanya kedodoran, miring ke kanan atau kiri, pecinyapun miring dan ah... pokoknya banyak sekali segala kekurangan yang ada pada dirinya –dalam konteks melihat secara fisik.

Ia di juluki dengan sebutan Nauman si tukang tidur. Karena memang kerjaannya lebih banyak dihabiskan dengan tidur, walau hanya beberapa menit.Tak mengenal waktu, situasi dan kondisi.Entahlah aku juga heran. Apalagi teman-teman, mereka selalu gemas dibuatnya, terutama setiap kali ia tertidur saat pengajian.

"Adaam..maju kedepan!" perintah Kang Maftuh suatu ketika.

Krik-krik.Hening. Tak ada respon dari sang pemilik nama. Teman-temannya segera menoleh ke barisan belakang dan koor 'Huuuuuu...' pun membahana sambil melempari si tukang tidur itu dengan gulungan kertas.

"Huuuu... Nauman. Turu bae!"

Meski begitu si empunya masih saja tak bergeming, sama sekali tak berubah-bergerak. Sekonyong-konyong sang jeger kelas yakni Inu namanya mulai beraksi. Ia bangkit menghampiri Adam. Tanpa basa-basi tangan gendutnya mengangkat tubuh Adam tinggi-tinggi melebihi batas tingginya. Sontak Adam tersadar, ia gelagapan. Mata sayunya berkoar kesana-kemari seperti orang linglung.Dan gelak tawapun tercipta.Dua detik berikutnya terdengar hentakan keras dari sebilah bambu yang di acungkan Kang Maftuh tinggi-tinggi.

Plakk...

"Inuuu..." teriaknya garang.

Semua terkesiap.Semua merubah posisi duduk.Diam. Hanya terdengar rintihan keluh dari mulut Adam akibat Inu menjatuhkanya keras-keras.

...

Cemoohan, ejekan dan bullian sudah menjadi makanan sehari-hari Adam.Khususnya bersumber dari teman-teman sejawatnya. Ups! Sori ya, tapi aku tak termasuk di dalamnya.Aku hanya menjadi penonton setia tatkala Adam di perlakukan seenaknya. Miris sih melihatnya, tapi mau bagaimana lagi? Aku tak punya keberanian untuk mencegah ulah mereka yang bisa di sebut 'sedikit penyiksaan'. Selanjutnya aku hanya bias menghela nafas panjang seraya mengeluh lirih 'hmm... anak-anak SMP, belum juga bisa bertingkah dewasa.'

Pelangi Senja di Sudut Pesantren (Kisah-kisah Inspiratif khas kaum santri)Where stories live. Discover now