Puing-puing kehancuran ; semangat

2.4K 141 4
                                    

Perpecahan keluarga nyatanya membakar semangatku untuk tetap bertahan hidup. Aku terlahir dari sebuah keluarga yang utuh, namun tumbuh bersama perpecahan. Mama dan papaku memilih menyelesaikan masalah dengan jalan perpisahan, kuperjelas saat itu aku baik-baik saja.
Beranjak dewasa, aku mulai memahami bahwa keputusan mereka adalah hal yang paling menyedihkan. Orangtuaku tidak lagi bersama-sama di ruang-ruang yang kunamai rumah, banyak perubahan yang akhirnya kunamai sebagai sebuah kesedihan.

Akhirnya, aku merangkai puing-puing kehancuran sebagai sebuah kekuatan. Aku tidak tumbuh bersama sebuah keutuhan, tapi kepalaku merangkai angan untuk hidup dengan penuh kebersamaan. Kakiku melangkah dengan pasti mencari tangan-tangan yang terbuka lebar dan siap memeluk. Sedewasa ini, ada banyak kesedihan yang kulalui. Tugasku saat ini adalah menguatkan mereka dengan kerapuhan hatinya dikarenakan keluarganya yang berantakan.

Sekali lagi, keluarga yang berantakan bukan alasan untuk melepaskan mimpi-mimpi. Saat ini aku berdiri, mencari bahagiaku sendiri, berkarya lewat tulisan menciptakan sebuah karya abadi.
Adik, aku tidak benar-benar kuat. Salah satu caraku menguatkan diri adalah dengan menguatkan hati kalian yang nyaris rapuh.

Bukan luka yang ingin kubagikan, tetapi semangat! Bahwa menjadi anak yang terluka karena perpecahan keluarga bukan alasan untuk tidak menjadi siapa-siapa.

Makassar, 27 May 2017

A journey of LifeWhere stories live. Discover now