Waktu tak mampu membunuh ingatanku

2.1K 116 3
                                    

Kepalaku bekerja dengan sangat baik, mampu merekam berbagai kejadian dan menyimpannya dengan baik di memori. Bahkan, waktu tidak mampu menghapusnya hingga aku sedewasa ini.
Ingatanku tentang ayah yang dulu sering mengajakku bercanda, mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang, dan memberikan apa saja yang aku inginkan. Tentang ibu yag setiap hari bisa kusantap masakannya, kini hanya sesekali. Pernah juga, telingaku mendengar mulut mereka yang saling beradu satu sama lain. Seolah ingin membuktikan siapa yang paling hebat, seringkali amarah ayah diakhiri dengan permainan tangannya yang ringan. Kudapati ibuku, disudut kamar sedang meringkuk menahan tangis. Segalanya, terekam sangat jelas oleh kepalaku hingga aku sedewasa ini.
Kejadian itu merebut bahagia yang pernah kami rangkai di satu ruang yang sama, tidak ada lagi ayah dan ibu yang saling bersenda gurau kala senja datang menyapa. Mereka memilih memasing-masingkan diri, menjalani kehidupan dengan pilihan baru mereka. Mematahkan angan yang dulu pernah mereka rangkai bersama untuk sehidup semati.

Mereka memilih berpisah. Dan aku? Saat itu baik-baik saja. Hanya saja, aku menyadari bahwa saat ini aku terluka dengan perpisahan mereka. Tapi, tidak apa-apa. Sebab, aku paham mereka perlu bahagia dan juga ayah dan ibuku berhak menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. Sama seperti saat mereka memutuskan untuk bersama, aku tidak berhak campur tangan untuk urusan keputusan pisah yang mereka ambil. Sementara itu, aku akan belajar dari masa lalu mereka. Cukup aku saja yang merasakan hal ini, perpecahan keluarga dan hilangnya kebersamaan. Kupastikan, buah hatiku akan bahagia.

A journey of LifeWhere stories live. Discover now