8~Bingung~

3.7K 310 77
                                    

Brak!

Dung!

Mereka bertiga terlonjak kaget mendengar penyadap suara itu mengeluarkan berbagai bunyi. Milly meneropong kembali rumah Kania. Namun tidak ada yang aneh di sana.

"Apa yang terjadi?"

Olyn yang heran bertanya pada Milly, yang hanya diberi gelengan kuat. Julian mencoba memanggil nama Joshua dari alat tersebut, dan tetap sama.

Ketiga makhluk itu serempak mendongak ketika sepasang sepatu berdiri tepat di depannya. Wajah Olyn bersemu merah, begitupun Julian yang memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak kuat.

"HUAAA... PAKAIAN LO KENAPA?" Pekik Milly berdiri berhadapan dengan Joshua. Ia tertawa keras melihat keadaan pria itu yang sudah basah kuyup. "Gak hujan kok. Mendung juga enggak," Ia mendongak menatap langit seolah mengejek.

Joshua melempar gitarnya asal. Lalu mendapati Julian yang tertawa diam-diam. "Apa lo?!" Ia menatap tajam Julian. Pria itu menggeleng seraya bertolak belakang. Ia tertawa. Terlihat dari bahunya yang naik turun.

"Abis diapain Kania, Josh?" Olyn mencoba meredakan tawanya, tetapi tetap saja ia kecolongan.

Pria itu mendengus sebal, "Dia nyiram gue dari atas balkon,"

Dan tawa mereka bertiga pun pecah seketika. Julian bahkan memegang perutnya karena terlalu keras tertawa. Bahkan Olyn dan Milly mengusap sudut mata mereka yang sedikit berair.

Joshua mendongak menatap langit yang biru dan cerah dikala siang yang tidak terlalu terik. Ia menengadahkan kedua tangannya dan mendramatisir keadaannya sendiri

"Ya Allah.. kenapa hamba yang tampan, kece, pintar, dan jago dalam segala bidang, tidak bisa menaklukan hati Kania? Hamba hanya ingin balikan sama mantan, apa itu salah?"

Julian mengeryitkan alisnya. Merasa kalimat tersebut terlalu berlebihan. Dengan pikiran yang sama, mereka membubarkan diri masing-masing. Malas mendengarkan ucapan yang menurut mereka, alay.

***

Ninja hitam Julian berhenti di sebuah rumah sederhana, dengan halaman yang luas. Olyn langsung turun dari motor.

"Eh, mau kemana lo?" Olyn menoleh ketika ingin membuka pintu pagar.

"Ya masuk rumah, bego!"

Julian berdecak kesal. Turun dari motor menghampiri gadis itu, "Gitu doang? Gak ngucapin terima kasih?" Tanya nya.

Gadis itu memutar badannya menghadap Julian. Melipat kedua tangan di depan dada.

"Yang jemput gue tadi siapa?"

"Gue."

"Emang gue nyuruh?"

"Nggak,"

"Nah itu tau." Balasnya, Julian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sekarang lo pulang deh, bosen gue liat wajah lo terlalu lama." Sambungnya.

Belum sempat membalas. Sebuah suara telah menginterupsi mereka.

"Ada Julian ya.." Diana keluar dari sisi halaman yang berbeda. Menghampiri mereka dengan senyum merekah. Julian pun menyalami nya.

"Gak masuk dulu? Udah lama kamu gak mampir," Ucapnya. "Biasanya kan cuma untuk tugas sekolah." Sambungnya.

"Julian mau pulang Ma. Ya, 'kan?" Olyn memberikan tatapan tajam pada Julian. Pria itu hanya tersenyum miring.

"Boleh kok Tan," Ia tersenyum mengejek dikala Diana langsung menyuruhnya masuk. Olyn mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Awas lo lama-lama di rumah gue." Ancamnya sebelum meninggalkan Julian dan mengikuti Diana dari belakang.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt