52~Perhatian Olyn~

1.6K 132 47
                                    

Denting jam berbunyi seirama mengisi kesunyian dalam rumah keluarga Schmidt. Jam telah menunjukkan pukul 00.20 wib. Dimana semua orang sudah terlelap setelah pesta dadakan yang membuat perut mereka kenyang dan membuat mata terasa kantuk berat.

Lampu lantai dua dimatikan, sedangkan lantai bawah diganti dengan lampu temaram. Tiba-tiba salah satu di antara pintu kamar yang saling bersebelahan itu terbuka, menampilkan sesosok orang keluar bilik sambil membelakangi.

Tanpa disadari, kamar satunya pun terbuka sehingga yang pertama kali gadis itu lihat adalah sosok berkain panjang. Seketika mata gadis itu membulat sempurna mendapati sosok di depannya terbalut kain menyisakan bagian wajah gelap.

"AAAA—"

Ia memberontak ketika mulutnya dibungkam dan di dorong hingga menyentak dinding. Sampai suara bisikan itu terdengar, "Ini gue, Julian. Please, gue bukan hantu."

Napas Olyn memburu dengan bersamaan setelah saklar di samping Julian di hidupkan. Jantung Olyn berdetak cepat dilihat Julian menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.

Olyn memukul lengan Julian cukup keras. "Sialan lo! Niat buat gue kena serangan jantung?"

Julian tertawa pelan melihat wajah pucat dan keringat dingin di kening Olyn. Kemudian ia mengganti lampu temaram di lantai dua agar tidak terlihat mencolok. "Lo aja yang penakut. Orang gue lagi pakai selimut kasur." Ucapnya melepas selimut yang membungkus tubuh dan kepalanya.

"Lagian lo aneh banget, malem-malem keluar kamar pakai selimut kayak pocong."

"Gue gak bisa tidur."

"Lah, apa hubungannya sama selimut?"

Julian mencebikkan bibirnya dikepo-in seperti itu. "Gue takut kalau selimut kesayangan gue diilerin Joshua,"

Sontak Olyn tertawa mendengar penjelasan Julian, "Ya ampun,"

Julian berdecak kesal sambil melempar selimutnya ke wajah Olyn membuat gadis itu mengumpat tidak suka, namun ia tetap mengambil selimut itu. "Lo gak bisa lihat gue tertawa bahagia sedikit kayaknya," Sahutnya marah.

"Gue emang gak bisa lihat lo tertawa sedikit karena tawa bahagia sesungguhnya adalah ketika gue bisa membuat senyum lebar di wajah manis lo."

"Kampret!"

Olyn membuang pandangannya merasa Julian dalam mode gombal. Selalu pria itu membuatnya mendadak canggung jika Julian mulai berulah seperti ini.

"Kampret itu yang dijual di pasar, kan?"

Olyn menoleh cepat, "Itu karpet bego!"

Julian tertawa pelan seraya menggaruk kepalanya merasa aneh dengan humor recehnya.

"Btw, lo kenapa ngikutin gue yang gak bisa tidur juga?"

Pria itu tersenyum manis. "Karena kita jodoh."

"Jodoh kepala lo kepentok tembok!" Balasnya mendengus sebal.

Raut wajah Julian seketika berubah kesal lalu menoyor kening Olyn membuat gadis itu melotot. "Kepala gue pusing gara-gara ulah kalian bertiga! Gue stres karena duit gue lo abisin."

"Itu sih derita lo," Olyn melipat kedua tangannya di dada.

"Dengerin gue, kita itu harus saling berbagi kebahagiaan. Lo beruntung, udah punya keluarga yang lengkap, perhatian, hidup bergelimang uang yang berlebih. Nah, makanya sebagian rezeki lo juga harus dibagi, itung-itung mencari pahala."

Julian bungkam. Terkadang ia bingung, diusia mereka yang terpaut dua tahun, tapi Olyn lebih banyak bersikap dewasa dibanding dirinya. Ia suka malu dengan sikapnya yang lebih terkesan kekanak-kanakan.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now