Chapter 10 : Like cupcakes

19.3K 1.2K 26
                                    

Aku menarik kerah kemeja Harold saat pria itu sudah masuk kedalam kamar inapku. Aku menatapnya sangat tajam. Rahangku mengeras karena aku tidak bisa menahan amarahku. Peduli setan mengenai semua tubuhku yang sakit, aku tidak bisa mengontrol amarahku padanya.

"Dimana otakmu?!" Teriakku.

"Aku hanya mengatakan padanya. Apa itu salah?!" Ia juga meneriakkiku kemudian menyingkirkan tanganku dari kerah kemejanya.

"Dia menghancurkan semuanya! Dia gadis pembawa sial! Tidak seharusnya kau mengatakan padanya kalau aku disini!" Aku kalut. Ingin rasanya aku memukul wajahnya bertubi-tubi tapi sayangnya aku masih punya hati. Kalau saja, Carolyn tidak kemari. Semuanya akan baik-baik saja. Kalau saja, didunia ini tidak ada gadis itu pasti hidupku akan tenang bersama dengan Hendrick dan juga Yossy. Tapi semuanya hancur. Kedua manusia itu sangat menyayangi Carolyn. Sialan. Aku malah memikirkan itu.

"Apa salahnya dia kemari?! Dia hanya ingin menjengukmu!"

"Dia menghancurkan ponselmu saat Maria menelfonku! Apa itu sudah membuatmu paham?!" Teriakku kalut.

"Maria menelfon?" Suaranya berubah menjadi rendah. Tidak ada uratan amarah lagi yang tercetak diwajahnya.

"Apa dia akan kemari?" Tanyanya lagi.

Aku langsung memejamkan mataku mencoba mengontrol emosiku yang sudah membludak bagaikan gunung api, kemudian menghelakan nafas panjang dan menatap pria yang ada disamping bangkar.

"Aku tidak tahu.." Untung saja aku bisa mengontrol emosiku saat ini. Kalau tidak, bisa ku pastikan kalau hidup Harold akan berakhir dipeti mati.

"Lupakan Maria dulu, aku hanya ingin mengatakan padamu." Ia menjeda ucapannya sejenak untuk menghembuskan nafasnya "Masalah mengenai Carolyn.. Dia gadis yang baik dan ramah.. Apa yang kau benci darinya?"

Pertanyaan yang sama sekali tidak aku sukai. Aku menatap Harold cukup lama kemudian menghelakan nafas panjangku dan menyandarku punggungku di bantal.

"Bisakah kau tidak bertanya mengenai itu? Aku tidak suka jika kau mencampuri urusanku, Harold." Ia tertawa kemudian duduk dikursi yang ada disebelahku.

"Aku tidak akan bertanya mengenai Carolyn lagi.. Kini, pertanyaanku beralih ke arah Aaron. Apa kau membuat kesalahan padanya?" Tanya Harold lagi.

Mengapa dia selalu ingin tahu? Dia terlihat seperti seorang wartawan yang selalu bertanya dan terua bertanya.

"Ya.." Balasku cepat. Ku harap ia akan berhenti bertanya setelah aku menjelaskan semua apa yang sudah aku lakukan kepada Aaron.

"Dia lebih tua 2 tahun dariku. Tapi otaknya sangat bodoh. Aku memberitahunya mengenai kelakukan busuknya selama ini padaku. Selama kami mencuri. Aku pikir Aaron juga melakukan hal sama dengan cara membantuku. Tapi tidak sama sekali, ia malah meminum sodanya didalam mobil dan berakhir dengan aku dipukuli banyak orang. Untung saja aku bisa melawan mereka dan memasukan tasku yang berisikan tumpukan dollar kedalam mobil." Aku menjada ucapanku terlebih dahulu untuk menarik nafasku dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

"Yang kedua.. Aku pernah membantunya untuk melawan beberapa komplotan orang yang sedang memukulinya tapi setelah aku sadari Aaron sudah tidak ada.. Dia pergi meninggalkanku.. Bukankah itu sialan? Pria bodoh dan payah. Sekarang.. Lihat, apa yang ia perbuat padaku? Awalnya dia sok baik padaku dan sekarang ia membuatku masuk kedalam rumah sakit sialan ini. Apa ia pikir aku akan mati? Atau paling tidak koma selama berhari-hari?" Tanyaku pada Harold sambil tertawa mengejek.

"Maaf saja.. Aku Nicolas Raper..  Aku pria yang kuat.. Aku tidak mungkin koma selama berhari-hari karena jatuh dari motor saat balapan.." Aku berkata sombong sambil melipatkan kedua tanganku kebelakang sebagai bantal untuk kepalaku lalu menutup mataku sejenak.

"Kau benar, Roper.. Tidak seharusnya kau menjalin persahabatan dengannya dulu.." Balas Harold sambil mengambil soda yang sempat ia beli dikantin rumah sakit, lalu meneguknya hingga habis kemudian meremasnya hingga kaleng soda tersebut remuk dan ia langsung membuangnya ke tempat sampah.

"Aku pernah percaya padanya, tapi ia sudah menghancurkan semua kepercayaanku terlebih dahulu sebelum aku akan mempercayainya lagi.." Harold tertawa kemudian mengambil beranjak dari duduknya dan mengambil kantung plastik berwarna putuh yang ada diatas nakas.

"Well,  lupakan masalah mengenai bajingan itu.. Sekarang coba kita lihat apa yang sudah dibawakan Carolyn untukmu.." Harold langsung membuka kantung plastik itu dan bisa ku lihat ia sedang tertawa kecil kemudian memberikan kantung plastik itu padaku.

"Apa isinya?" Tanyaku padanya.

Ia tertawa lagi sambil menjawab pertanyaanku, ku rasa ia sudah gila. "Cupcakes.."

Aku langsung mengeluarkan box transparant ini dan membuang kantung plastik itu ditempat sampah.

"Darimana ia tahu kalau aku menyukai cupcakes?" Tanyaku pada Harold. Pria itu hanya menggidikkan bahunya pertanda tidak tahu.

 Pria itu hanya menggidikkan bahunya pertanda tidak tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap cupcakes itu lagi. Tampilannya juga menarik, tidak terlaly girly. Maksudku, aku akan membuang cupcakes itu jika tampilannya hellokitty.

"Babi.." Ucap Harold kemudian mengambil box cupcakes tersebut dariku. Kemudian ia membuka penutupnya dan memberikanku cupcakes yang terdapat bentuk pantat babi nya.

"Itu untukmu.. Kau pantas mendapatkan cupcakes pantat babi.." Apa-apaan? Cupcakes itu untukku.

"Tidak.. Semua itu milikku.. Berikan padaku.."

"Kau harus memikirkan mulutmu.. Ada beberapa luka disudut bibirmu.. Kau tidak boleh memakan cupcakes terlalu banyak.. Satu sudah cukup." Aku mendengus kesal kemudian membiarkan Harold melahap ketiga cupcakes tersebut. Lagipula, aku bisa membeli banyak dari itu. Aku juga tidak terlalu suka cokelat.

Aku langsung mengarahkan cupcakes itu kedalam mulutku.

Tapi..

Aku berhenti. Aku menurunkan tanganku kembali. Jika aku memakan cupcakes ini. Itu sama saja aku menerima pemberian dari Carolyn dan terlihat seperti aku sudah memaafkannya.

Aku langsung memanggil Harold yang sedang duduk disofa. Ia menatapku. Lihatlah, betapa bodohnya pria itu. Makan saja tidak becus. Cokelat yang ada di cupcakes tersebut menempel di janggut dan pipinya.

"Ada apa?"

"Ini.. Untukmu, aku sudah tidak selera.." Ucapku dan ia langsung mengerutkan dahinya.

"Kau serius?" Aku mengangguk kemudian ia mengambil cupcakes yang ku berikan padanya.

"Terimakasih." Aku mengangguk lagi kemudian merebahkan tubuhku diatas bangkar dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.

"Aku bisa membelinya sendiri." Gumanku pelan kemudian memejamkan mataku.

_________________

TBC

Maaf lama updatenya.

Jangan lupa vote + komentar..

Aku suka kalau kalian komentar terus, itu jadinya aku nggak akan molor-molor lagi untuk update..

Happy reading.

You Are Mine Ms.NelsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang